Orang-orang Desa




Masyarakat desa 

Pemilik tanah ladang dan sawah

Dijanjikan hidup layak

Oleh pemilik modal tak punya otak


Pabrik-pabrik dibangun di atas tanah warga

Janji manis terlontar dari para tengkulak

Orang desa senang bahagia

Ternyata itu hanya tipuan belaka


Kini suara mesin pabrik instrumen paling indah

Peluh dan lelah tak jadi masalah

Tak ada tanah dan sawah pun bisa bekerja

Dipabrik beton nan megah


Pabrik maju berkat peluh warga

Saham yang dijanjikan hanya omong kosong semata

Gaji yang dibayar hanya sekerat saja

Tidak peduli tanah milik siapa


Sakit pekerja peduli apa mereka? 

Tidak bekerja, ya tidak digaji pula

Seketika diberhentikan saja

Tanpa rasa empati apa lagi upah


Puisi ini untuk tantangan Reading Challenge ODOP terinspirasi dari buku berjudul "Pabrik" karya Putu Wijaya .

#RCO9

#OneDayOnePost

#ReadingChallengeODOP9


Pizza Rumahan Ala Dapur Miukara yang Menggoyang Lidah



By Miukara pizza

Anda pecinta pizza? tidak ada salahnya nyobain pizza rumahan yang rasanya ngga kalah sama pizza harga ratusan ribu. 

Iyupz ini ada pizza rumahan dengan merek Miukara. Pizza yang dari rasanya dan penampilannya selalu menggoda selera. Mengundang air liur untuk dapat menikmati kelezatannya.
Dokumen pribadi 

Di pizza Miukara banyak pilihan rasa. Tinggal pilih saja topping yang kamu mau. Harganya juga bervariasi. Da bandrol dari harga 40.000 sampai 80.000. Masih terjangkau sama kantong kita.

By miukara pizza


Pizza Miukara dengan rotinya yang lembut, toppingnya yang melimpah serta sausnya yang lezat berhasil menggoyang lidah. Menikmati sensasi rasanya. Ada topping untuk yang lagi vegetarian juga loh. Jadi rekomen banget lah untuk kamu yang lagi nyari pizza enak dengan harga terjangkau.

By miukara pizza 
Pizza Miukara belum punya toko/outlet. Masih benar-benar pizza rumahan. Ketika kami ke sana sesuai namanya di spanduk yang tergantung tertulis dapur Miukara. Tempat pembuatannya dapur rumah yang disulap menjadi tempat produksi. Tapi jangan tanya orderannya selalu banyak. Yang pesan pun tidak sekedar dari kota Tebing tinggi, namun sampai kabupaten Serdang bedagai seperti Suka damai, Rampah, Kampung Pon dan lainnya. 

Alamat dapur Miukara di Jl. Ahmad Yani (Kampung durian). Depan kuburan kampung durian ada ruko Toko Muslim Aisyah. Sebelah ruko ada gang kecil. Nanti di mulut gang kamu akan jumpa dengan bacaan dapur Miukara. Dari gang sekitar 100 meter. 

Bisa juga langsung hubungi ownernya di facebook Nay Erai atau juga bisa langsung Whatsapp ke nomer +62 813-7044-5546.


Merawat Ingatan Tentangmu

Pixabay

Tepat pukul 0:01 dini hari aku mengetikkan huruf pertama pada tulisan ini. Setelah sebelumnya aku gemetar dan menangis atas kabar duka akan dirimu. Dan tulisan ini ada gara-gara dirimu. Meskipun aku tau kamu tidak akan membacanya mba.

Perkenalan kita memang singkat. Karena ODOP juga kita bisa kenal. Dan kita di tempatkan di grup Konstantinopel. Dari sana kedekatan kita berlanjut. Meskipun hanya sebatas dunia maya. Tapi, obrolan kita setiap harinya lebih dari pada orang yang ketemu di dunia nyata.

Hari ini aku memang tidak banyak membuka grup. Ba'da magrib baru aku membuka grup kesayangan kita. Grup di dalamnya banyak canda tawa kita tanpa ada rasa menyakiti. Grup yang di dalamnya kita suka banget berbagi ilmu. Tapi, hari ini grup itu berubah dingin. Di sana ada kabar duka. Duka itu dialamatkan pada dirimu Mba Prajna. Lantas aku mengecek media sosialmu. Di sana sudah banyak sekali ucapan bela sungkawa. Innalillahi wa innailaihi rajiun. Begitu ucapannya.

Tanpa menunggu perintah butiran jernih mengaliri pipiku lantas jatuh ke bumi. Badanku gemetar, tidak percaya kalau itu kamu yang telah tiada. Allah... Kupejam mata. Mengingat obrolan-obrolan kita. Teringat kata-kata semangat yang pernah kamu ucapkan. Teringat ucapanmu ketika kita saling cerita pengalaman "Kamu hebat, Mba." Sebenarnya kamulah yang hebat, Mba Prajna.

Banyak kebaikan yang pernah kamu bagi. Hingga tak kuasa jari menyebutkan satu persatu.

Merawat Ingatan
Juni baru saja mendarat
Meskipun belum sempurna
Hari ini juga tidak ada hujan yang jatuh
Tapi, ada air mata yang menderas
menyentuh pipi lalu turun ke bumi

Berita lelayu tiba
Berita duka akan dirimu
Menghiasi sosial media
Bahkan grup yang di dalamnya ada kita berdua

Aku ingin merawat ingatan tentang kita
Tapi aku benci keterikatan dan kehilangan
Apa aku salah? rasanya tidak kan?
Tapi aku tidak punya pilihan
Aku harus damai dengan keterikatan dan kehilangan
Karena Tuhan yang menciptakan keduanya
Sehingga keduanya ada

Pertemuan kita bukan tanpa maksud
Baik tersirat maupun tersurat
Tapi, hari ini aku paham maksud Tuhan
Dari dirimu aku mendapat banyak hal
Kebaikan, kesenangan meskipun dalam obrolan

Mba Nyit, Selamat jalan dikeabadian
Semoga Husnul khatimah
Semoga Allah menjamu dengan sebaik-baik jamuan. aamiin

Semoga kita bertemu kembali di tempat terbaiknya Allah. Di mana tidak ada kesedihan dan perpisahan. Al-fatihah buat Mba Prajna.

Corona Virus : Angka Kematian yang Naik Drastis Di Ibu Kota Jakarta


Indonesia mulai mengumumkan adanya Corona Virus (Covid-19) pada awal maret lalu. Setelah itu dibentuklah penanganan Covid-19 dan juga protokol yang harus ditaati oleh masyarakat. Seperti mencuci tangan, memakai masker saat keluar rumah, tidak menyentuh area muka seperti hidung dan mata.

Penyebaran virus ini sangat cepat sekali. Sehingga penanganan pemerintah harus cepat. Namuj, pada kenyataan di lapangan masih banyak ketidak jelasan. Sehingga membuat masyarakat tidak begitu peduli dan kurang waspada. Terlihat Masih banyak yang keluar rumah tanpa menggunakan masker. Tidak menghindari tempat-tempat ramai.

Hingga akhirnya pemerintah kota DKI Jakarta sebagai ibu kota mengambil langkah cepat. Karena di sana merupakan tempat berkumpulnya orang dari berbagai daerah dan negara dan padat penduduk. Pemerintah Jakarta memberlakukan PSBB untuk menekan penyebaran virus.

Tercatat angka kematian dari bulan maret hingga april sekitar 297 orang. Angka tersebut lebih besar dari pada angka kesembuhan. Pemerintah DKI Jakarta juga mencatat angka yang terjangkit atau positif corona sebesar 3.112 orang. 

Sehingga Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan kematian akibat covid-19 cukup tinggi. Beliau menghimbau agar warga membiasakan pola hidup sehat dan menerapkan pembatasan interaksi fisik dan sosial.

NB : informasi diambil dari beberapa sumber berita

Seharusnya Kita Malu Pada Anak-Anak Di Gaza

sumber : Facebook

Dalam beberapa minggu terakhir Israel mulai kembali menyerang Palestin. Rumah-rumah warga, hingga pertanian masyarakat  menjadi korbannya. Tidak sekedar itu saja. Anak-anak, orang dewasa, wanita juga menjadi korban. Bertambah jumlah anak yang sahid, anak yang menjadi yatim, istri yang menjadi janda, bahkan keluarga yang kehilangan seluruh harta bendanya. 

Teman, aku ingin duduk berdampingan kepadamu. Duduk sambil menikmati senja yang merona jingga. Sambil menyeruput kopi atau teh dengan sepiring cemilan yang kita suka. Jika waktumu tidak banyak, biarlah aku yang akan menghampirimu. Agar kita leluasa.

Kawan, anak-anak di Gaza, Palestina adalah anak-anak tidak berdosa. Namun mereka menjadi korban keberutalan zionis yang tidak punya hati nurani. Hati yang sudah lama mati tidak akan pernah tumbuh kembali. Apakah kamu juga seperti mereka?. Ketika melihat anak-anak kehilangan ibu dan bapaknya menjadi yatim piatu. Hatimu tidak bergetar?. Jika tidak, coba dicek lagi hatimu, mungkin ada yang salah di sana. Di bilik-bilik hati yang harusnya menyimpan sedikit belas kasih. 

Anak-anak bayi mungil yang senyumnya melegakan sepanjanh usia. Aroma tubuhnya masih tercium aroma surga. Tatapannya seperti oase. Mereka harus menjadi korban. Kehilangan tangan, kaki, mata. Kepala berlumur darah. Namun, masih dapat memberikan senyuman indah. 

Rasanya dunia tidak adil. Memang dunia tidak ada yang adil. PBB sebagai pemersatu bangsa-bangsa pun tidak dapat menghentikan itu. Gaung HAM tidak berlaku untuk Palestina. Lantas HAM yang mana yang mau dibela?. Apakah kejadian Palestina sudah menjadi hal yang lumrah?. 

Kawan, apakah isi pikiran kita sama?. Ketika saudara-saudara kita dibantai. Masyarakat yang tidak berdosa menjadi imbas. Kita sisipkan belas kasih untuk mereka. Kita tidak harus menjadi muslim untuk simpati kepada Palestina. Karena di sana tidak hanya muslim. 

Ketika kita melihat fenomena hari ini. Ketika ada kekerasan, pengeboman Muslim selalu disudutkan dengan lebel teroris. Tetapi, orang-orang Israel yang menghancurkan, membom, menembaki orang-orangtua, anak muda bahkan bayi. Mereka adalah teroris sesungguhnya. Teroris Yang nyata. 

Di negara ini bercadar dijadikan bahan kecurigaan indikasi teroris. Coba lihat di Palestina, ibu-ibu pata wanita bercadar yang menjadi korban kekerasan para zionis Israel.  Apakah kalian tidak dapat berfikir hal itu?. Berfikirlah sejenak. Tarik napas. Jernihkan pikiran agar dapat melihat segalanya dengan kewarasan. Dengan jiwa kemanusiaan. 

Kawan, kalian tidak perlu menjadi muslim, hanya perlu menjadi manusia yang berhati agar lebih waras. Bagaimana jika anak-anak Gaza adalah anak-anakmu yang diserang membabi buta. Apakah tidak berfikir sampai sana?. Jika anak-anakmu harus kehilangan ibu dan bapak. Apakah tidak rasa belas kasih lagi di hatimu?. 





Es Sekoteng Tebing Tinggi Yang Manisnya Mantap

Es Sekoteng Tebing Tinggi Yang Manisnya Mantap

Tebing Tinggi sebuah kota kecil yang jaraknya 82km dari Pusat Kota Medan. Kota Tebing Tinggi juga kota dimana aku dilahirkan dan dibesarkan. Kota kecil ini dikenal dengan kota lemang dan  kota persinggahan.

Di Kota Tebing Tinggi ini banyak menyajikan kuliner. Salah satunya es Sekoteng. Minuman yang isinya campuran dari es batu serut, kolang kaling (buah aren), cincau, pipilan jagung muda yang direbus, agar-agar, biji selasih dan air gula. Ada es sekoteng yang paling aku suka. Hal yang membuat aku suka karena pemanis yang digunakan memakai gula putih asli. Sehingga di lidah tidak terasa pahit. Karena kebanyakannya penjual es atau minuman banyak yang menggunakan pemanis buatan seperti sari manis. Sehingga ketika diminum terasa pahit di lidah dan tenggorokan.

Bapak itu berjualan dengan gerobak kecilnya. Ia selalu mangkal di depan toko obat atau Apotik Sempurna di Jalan Patimura. Lokasinya tidak jauh dari simpang empat Tebing Tinggi ataupun Mesjid Raya. Harga seporsi es sekoteng juga tidak mahal hanya dengan uang Rp.10000 kita sudah bisa menikmati es Sekoteng yang sengernya maknyuss di tenggorokan.

Jika main ke Tebing Tinggi selain menikmati es sekoteng jangan lupa singgah silaturahmi ke rumahku.

Gemar Membaca Berawal Dari Kebiasaan Di Rumah

Sumber foto dari pixabay

Banyak para orangtua yang mengeluhkan putra-putrinya tidak minat membaca. Padahal sudah dibelikan buku bacaan. Alasan yang paling sering karena TV, gadget, internet dan sebagainya. Alasan yang paling tepat dan benar yang selalu dipakai.

Jika para orangtua ingin mendapat jawaban yang paling tepat, kenapa anaknya susah sekali untuk membaca bisa lihat dalam lingkungan keluarga. Karena anak itu adalah peniru ulung orangtuanya.
Jika anak dibelikan buku. Disuruh membaca. Namun orangtua masih sibuk dengan gadget dan hal lainnya. Maka begitu juga anaknya. Tidak akan bisa fokus pada buku. Rasanya juga tidak adil, menyuruh anak membaca buku tanpa ditemani orangtuanya.

Saya juga masih yang termasuk malas membaca buku. Ketika saya membandingkan diri saya pada teman-teman yang sebulan bisa melahap 8-13 buku. Ini luarbiasa sekali. Saya hanya bisa menghabiskan buku bacaam sebanyak 4-5 buku. Itu maksimal. 

Minat membaca ini saya dapatkan dari orangtua. Kami bukan keluarga kayak, namun tidak miskin tapi cukup sederhana. Bapak kami hobinya membaca. Selain buku, setiap pagi selalu ada koran baru yang dibelinya. Beruntung sekali pemandangan itu selalu saya dapatkan di rumah. Berangkat dari sanalah hobi itu lahir.

Jadi, hobi membaca itu kebiasa dari ahli keluarga di rumah bukan dari sekolahan. Sekolah faktor pendukung untuk menguatkan minat baca. Tempat berdiskusi bahan bacaan agar lebih kritis.




Biografi Sakifah Ismail

Biografi Sakifah Ismail



Lahir di Gunungkidul, pada akhir September menjelang awal 90’an. Gunungkidul adalah tempat asal sang ibu. Sakifah tumbuh menjadi anak gunung sampai usai sekolah TK ABA 1 Playen. Masuk usia SD, Ibu mengajaknya menyusul sang ayah yang bekerja di ibukota.

Jadilah kehidupan kota metropolitan yang baru menggeliat di pertengahan tahun 90 itu menjadi tempatnya belajar. Bahasa Lo-gue, akrab dengan amang penjual jajanan, sampai bermain hingga larut melam menjadi keseharian yang seolah tak bisa dihentikan.


Setahun hidup di Jakarta, sang ayah memboyong keluarga kecilnya ke kota santri, daerah tempatnya dilahirkan. Sakifah harus adaptasi lagi di tempat baru. Menjauhi hedonisme, hiruk pikuk dan polusi di kota, tinggal di desa terpencil yang jauh dari keramaian dan fasilitas umum. Beruntung, disini ada banyak orang baik yang mendidiknya tumbuh menjadi anak yang mandiri dan tidak lagi manja.
Di kota santri inilah, Sakifah menuntaskan pendidikan sampai sekolah menengah atas.

Lulus SMA, keinginan untuk menuntut ilmu tak surut. Takdir membawanya kuliah di STEI Hamfara Yogyakarta, merintis cita-cita memahami dan menyebarluaskan pemahaman tentang Ekonomi Islam di seluruh penjuru dunia. Alhamdulillah, disini bisa lulus tepat waktu meski IPK hanya berjarak selemparan koma untuk disebut cumlaude.

Lulus kuliah, waktu belum mengizinkannya lulus dari status jomlo. Pengalaman mengajar SDIT dan menjadi guru kelas menantinya. Sampai hampir tiga tahun kemudian, takdir mengizinkan kembali menikmati bangku kuliah magister Keuangan dan Perbankan Syariah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

 Saat kuliah inilah Sakifah berkenalan dengan komunitas ODOP dan menuruti nalurinya untuk lebih tekun menulis. Dua tahun kemudian, tepatnya 2017 kemarin lulus dengan status magister.
Setelahnya hingga saat ini, Sakifah aktif megajar di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Selatan.

Doakan dia selalu dikuatkan dalam kesabaran dan keinginan untuk terus menulis, sehingga perjalanan hidup mengajaknya bertualang ke tempat baru dan mengakhiri status jomlo dengan seorang yang Allah ridhai dunia akhiratnya.
Alter Ego Episode 5 # Sosok Lubna Yang Lain

Alter Ego Episode 5 # Sosok Lubna Yang Lain




Lubna tertekan. Lebih sering menyendiri di kamar. Setiap mendengar pertengkaran papa dan mamanya selalu mengurung diri di toilet.

Semenjak itu ada yang beda dari diri Lubna. Wajahnya selalu murung. Tidak bersemangat. Jika senang selalu meledak-ledak tawanya sampai tidak ada kontrol. Jika marah semua benda-benda dibanting. Terkadang menjadi sosok yang jago matematika seperti yang diinginkan papanya. Namun semua itu seringkali tidak disadarinya.

Baginya rumah bukan lagi tempat yang nyaman. Rasanya rumah bagai neraka. Tidak ada ketenangan apalagi kasih sayang. Papa dan mamanya setiap hari berantam. Perlakuan kasar selalu diarahkan ke ibunya.

****

Malam itu terjadi pertengkaran hebat di rumahnya. Lubna yang sudah tertidur menjadi bangun karena suara pertengkaran papa dan mamanya. Lubna tidak berani melihat ke ruang tamu. Dari lubang kunci Lubna menyaksikan mamanya dipukul kasar oleh papanya. Mamanya tersungkur. Keningnya berdarah menatap ujung kursi.

Lubna tidak tahan melihat itu. Jiwanya yang lain seakan hadir menguasainya. Lubna berjalan ke meja belajar. Di raihnya gunting. Lantas dengan wajah memerah. Mata penuh dengan kebencian. Dari belakang, Lubna menusukkan gunting ke kepala papanya. Seketika papanya tumbang ke lantai. Darah mengalir deras. Papanya tidak berdaya. Namun Lubna masih membabi buta. Ditusukkan lagi gunting tadi dada papanya hingga berkali-kali.

The End.
Alter Ego Episode 4 # Tempat Hiburan

Alter Ego Episode 4 # Tempat Hiburan

Semakin hari Rino semakin sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan seringkali tidak pulang ke rumah. Karena sudah lelah, tidak sanggup nyetir mobil ke rumah. Akhirnya tidur di kantor.

Sudah semakin sering Rino tidak pulang ke rumah. Lubna selalu menanyakan papanya. Namun, alasan yang sama keluar dari mulut mamanya. Papanya masih banyak kerjaan.

Ketika pulang pun selalunya pertengkaran terjadi. Suara nada tinggi yang saling bersahutan. Fitri sudah terlalu banyak mengalah terhadap Rino yang menjadi tempramen.

*****
Bahkan pernah Rino seminggu tidak pulang. Alasannya masih sama. Banyak kerjaan di kantor. Letih untuk pulang tengah malam, pagi-pagi harus pergi lagi.

Rino berjumpa dengan teman lamanya saat makan di cafe. Mereka berdua mengenang masa lalu. Saat masih sama-sama kuliah.  Kini temannya terlihat sukses. Bisnisnya dimana-mana.

Hari-hari selanjutnya meraka sering ketemu. Saling berbagi pengalaman dalam dunia bisnis. Sering keluar tempat hiburan.

Dari saat itu Rino suka ke cafe melepaskan lelah. Suka minum-minuman keras. Bercanda tawa dengan wanita-wanita penghibur.

Rumah tidak lagi dianggap tempat paling nyaman. Pulang hanya sekedar tempat tidur dan pagi berangkat kerja lagi.

Keributan selalu terjadi. Tangannya lebih ringan untuk memukul anak istri. Kata-katanya kasar. Ibadah sudah jauh dari dirinya.

Alter Ego episode 3 # Lubna Gadis Kecil

Alter Ego episode 3 # Lubna Gadis Kecil

Kerja... Kerja... Kerja...
Begitulah rutinas seharian Rino. Urusan rumah bukan hal utama lagi baginya. Pergi pagi sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari jauh terbenam. 

Lubna anak semata wayangnya yang masih sekolah dasar merindukan kumpul bersama papa dan mamanya. Namun, rasanya itu sangat mahal. Bahkan saat akhir pekan juga papanya sering tidak ada di rumah. Selalu saja keluar dengan urusan kerja atau berjumpa client.

Semenjak saat itu juga Rino sering marah-marah. Dengan alasan capek. Tidak jarang pula ketika pulang dengan membawa beban kantor ke rumah dilampiaskan ke Fitri istrinya. Rumah baginya hanya tempat melampiaskan kemarahan dari tempat kerjanya.

****

Fitri selalu saja sabar menghadapi Rino yang berubah menjadi tempramen. Lubna semakin ketakutan jika mendengar ayahnya bersuara keras. Gadis kecil itu seakan trauma. Setelah menyaksikan diam-diam mamanya dipukul oleh papanya.

"Pa, kapan kita jalan-jalan? sebentar lagi sudah mau liburan. Papa kan sudah jarang ngajak Lubna jalan-jalan," Lubna memberanikan diri ketika melihat papanya di ruang tv.

Rino tidak begitu menghiraukan. Seakan tidak didengarnya kata-kata Lubna yang barusan.

"Pa, kapan kita jalan-jalan kayak dulu lagi?" Lubna merengek lagi. Rengekan khas anak kecil yang pengen bermanja dengan papanya.

"Kita tidak ada liburan. Papa sibuk di kantor!. Selama liburan kamu harus belajar, biar pandai. Biar ahli matematika!" Suara Rino sedikit tinggi. Lubna terkejut mendengar suara papanya.

Segera gadis kecil itu lari ke kamarnya. Matanya basah. Hatinya terasa kecewa. Sudah lama Lubna ingin sekali jalan-jalan bersama kedua orangtuanya. Seperti saat liburan sebelumnya. 

Namun kini semua berubah. Tidak seperti yang dulu-dulu. Rumah seakan menjadi neraka. Tidak ada tempat bermain dan bermanja. Tidak ada liburan ke luar kota.




Ego Alter Episode 2 # Tekanan Kerja

Ego Alter Episode 2 # Tekanan Kerja


Sudah hampir satu jam berlalu diantara kemacetan jalan yang geraknya begitu lambat. Akhirnya menemukan mulut tol. Tetapi masih saja sesak dengan pengendara yang lainnya.

Rino menghubungi beberapa rekan kerjanya. Mengabarkan dirinya sedang terjabak macat di dalam tol.

Setelah keluar dari tol Rino langsung tancap gas menuju kantor, jalanan tetap padat. Rino mencari jalan pintas untuk bisa sampai ke kantornya.

*****

Meeting berlangsung dengan penuh ketegangan. Beberapa evaluasi kerja dari tingkat keuangan. Beberapa data yang dipaparkan Rino tidak memuaskan menejer.

Perusahaan diambang gulung tikar. Jika, sistem tidak diubah. Karena perusahaan kompetitor semakin menampakkan tajinya bahkan taringnya. Beringas dan ganas. Sehingga mau tidak mau, perampingan karyawan harus dilakukan.

Rino semakin sakit kepala dibuat persaingan bisnis. Mau tidak mau beberapa bulan terakhir ini dan ke depannya harus fokus untuk menyelematkan perusahaan. Beberapa departemen harus diselamatkannya. Periuk nasi karyawan harus diperjuangkan. Termasuk periuk nasinya sendiri.

Berbagai sistem dibuat. Pengeluaran-pengeluaran yang tidak penting harus dipangkas. Agar kas perusahaan tidak begitu deras mengalir.

Semenjak krisis, tekanan kerjaan semakin banyak. Jam kerja harus lebih banyak dari biasanya.





Alter Ego Episode 1 # Berkejaran Oleh Waktu


Siang di ibu kota penuh hiruk pikuk dunia. Seakan satu sama lain saling sikut untuk menjemput rezeki. Metro mini penuh, MRT sesak. Semua ingin cepat sampai tujuan. Semua saling desak. Tidak peduli lagi orang kantoran atau pedagang asongan. 

Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 wib. Rino mengejar waktu untuk ke kantornya. Pukul 9.30 wib harus sudah sampai di kantor. Karena hari itu jadwal meeting bulanan dengan para menejer. 

Jalanan terlalu padat merayap. Tol pun sudah seperti jalan nasional. Tidak ada jarak antara kendaraan satu dengan yang lainnya. Matahari mulai meninggi. Sesak jalanan makin terasa panas.

Emosi para pengendara semakin tidak terkontrol. Suara klakson saling bersahutan. Tapi, tidak bisa berbuat apa-apa selain sabar menunggu kemacetan yang panjang.

"Di depan sana ada apa, pak? Kenapa macet panjang banget?" Rino mengeluarkan kepala dari kaca mobilnya dan bertanya kepada pengendara yang di dekatnya. 

"Ngga tau, mas"

Jam di tangan seakan begitu cepat berpindah dari detik ke menit jalannya semakin laju. Kepanikan semakin merasuki Rino.



Kontemplasi Nikmat


”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)

Ketika badan terbaring dengan suhu badan yang cukup tinggi. Rasa mual, mata panas, kepala pusing, mulut terasa pahit. Rasanya ngga enak sekali. Dan teringat sebuah hadits soal kenikmatan yang selalu lalai.

Melihat kegitan beberapa bulan terakhir. Rasanya memang sudah menzolimi diri sindiri. Siang dihabiskan kegiatan luar. Tengah malam hingga pagi dibuat begadang untuk bekerja. Sungguh hidup yang tidak wajar. Padahal Allah sudah membuat malam untuk istirahat dan siang untuk bekerja dan beraktivitas.

Jika melihat beberapa bulan belakangan lagi. Makanan yang masuk dalam mulut dan pastinya akan mengalir dalam tubuh tidak terlalu diperhatikan. Asal mahu saja mulut menerima, begitu juga lah ditelan. Tidak butuh mikir. Asal selera beli, makan, kenyang. Padahal sumber penyakit salah satunya dari makanan yang masuk dalam mulut.

Beberapa hari sakit. Rasanya teguran. Menjadi kontemplasi diri. Mengevaluasi dari kegiatan-kegiatan. Harus memangkas kegiatan yang tidak jadi prioritas. Beberapa bulan ini telah mengbaikan nikmat sehat.

Semoga sakit ini juga bagian dari penggugur dosa yang telah diperbuat. Menghargai nikmat sehat. Dan lebih selectiv memilih makanan. Karena memasukkan sembarangan makanan termasuk menzolimi diri sendiri.
Layang-Layang

Layang-Layang




Masa panen telah tiba. Bahkan sebagian sawah padi ada yang sudah habis dipanen. Biasanya saat musim panen, anak-anak begitu bahagia karena bisa bermain layang-layang di pematang sawah, mencari tutut, berlompatan di jerami padi yang telah mengering bahkan membuat popcorn dari sisa-sisa padi yang terbiar begitu saja.

"Yuk... main layang-layang," ajak Dafa pada teman-temannya. Saat itu matahari tengah terik. Tapi, bagi  anak-anak SD seusia Dafa, Doddy, terik matahari bukan penghalang untuk tetap bermain. Karena dunia anak adalah dunia bermain, dunia kebebasan mengeksplore diri.

"Yuk lah. Kita main di sawah yang dibelakang rumah Mbah Joyo saja. Di sana sawah padinya sudah habis dipanen," sahut Ade. Himam dan Ozy juga meyutujui.

Akhirnya Dafa, Ade, Doddy, Himam dan Ozy pulang ke rumah untuk mengambil layangan mereka. Saat menuju ke rumah, Ozy bertemu Wahid.

"Hid, Yuk main layangan di belakang rumah Mbah Joyo," ajak Ozy. Namun ajakan itu tidak disambut gembira. Padahal biasanya Wahid yang nomer satu sesuai namanya soal bermain layang-layang.

"Ngga lah. Aku ngga punya layang-layang," jawab Wahid dengan muka lesu.

"Layangan kamu mana? Kemarin aku lihat kamu main layangan di tanah lapang depan balai desa"

"Layangannya sudah koyak kena hujan kemarin malam," ungkap Wahid.

"Oh... ya sudah. Nanti kita buat lagi gimana? sebelum main kita singgah rumah Mbah Joyo, barang kali ada bambu yang bisa kita minta untuk membuat layang-layang. Aku punya sisa kertas buat layang-layang kemarin," Ozy menghibur Wahid.

Wahid pun setuju dengan ide Ozy. Keduanya menuju rumah Mbah Joyo. Dafa, Ade, Himam dan Doddy sudah menunggu. Ozy menceritakan kepada Ade, Himam, Dafa dan Doddy, bahwa Wahid tidak punya layang-layang untuk diterbangkan. Ozy menjelaskan idenya kepada empat temannya untuk membantu Wahid membuat layangan. Pisau, kertas, lem dan benang sudah disiapkan oleh Ozy saat mengambil layangan. Akhirnya mereka berenam menuju rumah Mbah Joyo untuk meminta bambu yang akan dijadikan rangka layang-layang.

Siang itu Mbah Joyo duduk santai menikmati kopi dan getuk buatan istrinya. Enam anak kecil yang sudah diahapal wajahnya menghampiri.

"Eh... pada mau kemana siang terik begini" sapa Mbah Joyo

"Mau ke rumah Mbah Joyo"jawab Ozy, Wahid, Doddy, Himam, Dafa dan Ade serentak.

"Loh mau ngapain?" Mbah Joyo sedikit bingung

"Gini mbah. Kami mau minta bambu yang di belakang rumah Mba Joyo untuk buat layangan" jelas Ozy

"Oh pikir mbah ada apa. Kalau gitu ya silakan ambil bambu yang di hujung ngga terlalu besar," ucap Mbah Joyo sambil menunjukan pohon bambunya.

Setelah bambu selesai dipotong dan dibersihkan. keenamnya membuat rangka layang-layang. Tidak butuh waktu lama untuk mereka berenam merakit sebuah layang-layang hingga menjadi bentuk yang sempurna. Akhirnya Wahid punya layang-layang untuk diterbangkan.

Ozy, Wahid, Himam, Doddy, Dafa  dan Ade menyusuri pematang sawah yang sudah dipanen. Sambil bersiul-siul memanggil angin. Entah siapa yang memulai siulan akan mendatangkan angin, namun hingga kini masih dipercayai. Keenam sekawan itu pun akhirnya bernyanyi riang.

Kuambil buluh sebatang
Kupotong sama panjang
Kuraut dan kutimbang dengan benang
Kujadikan layang-layang

Bermain berlari
Bermain layang-layang
Berlari kubawa ke pematang sawah
Hatiku riang dan senang

Mereka mengubah sedikit lirik lagu tanah lapang menjadi pematang sawah karena mereka tidak bermain di tanah lapang. Sambil menerbangkan layang-layang, mereka menarik ulur senar agar layang-layang bisa terbang tinggi mengangkasa.

#tantanganodop
Selamat Hari Blogger Nasional

Selamat Hari Blogger Nasional


Saya mau ngucapin Selamat Hari Blogger Nasional buat seluruh blogger.

Di awal tulisan ini saya ingin bertanya sejauh mana sih blogger diminati para peternak blog dan penulis blog?. Loh apa bedanya peternak blog dan penulis blog?.

Nah, di sini saya akan beropini soal Peternak dan penulis. Jika kota artikan peternak bearti pemilik blog yang bisa jadi blognya lebih dari satu. Sedangkan penulis blog bearti pemilik blog dan pengisi konten-konten baik itu blog pribadi dan blog milik orang lain. 

Semakin ke sini jasa content writer semakin diminati. Sehingga peternak-peternak blog yang jumlah blognya lebih dari 1bahkan ada yang sampai 10. Mereka sudah lebih enak untuk memesan konten yang mereka mau agar blog mereka terisi sesuai goal yang mereka inginkan.

Bearti peternak blog, belum tentu penilis blog. Karena banyak website yang konten-kontennya menggunakan jasa para konten writer. Sehingga tidak heran meskipun blognya banyak, tidak merasa pusing soal konten. Asal ada duit untuk membayar jasa content writer semua aman.

Karena peternak blog biasanya hanya sekedar untuk memonetisasi blog. Dengan dengan menjadikan blog ladang uang dengan mendaftarkan di adsens.

Lantas bagaimana peternak blog yang menulis kontennya sendiri?. Sudah berapa lama blognya tidak terisi?. Jangan-jangan sudah banyak sarang laba-labanya. 😀

Writer Block : In Out yang Tersendat



Menulis itu adalah sebuah proses. Proses menghasilkan. Bearti sebelum ada hasil yang dikerluarkan harus ada yang dimasukkan. Seperti halnya membaca. Salah satu masukan yang nantinya bisa menjadi bahan tulisan. 

Beberapa minggu belakangan ini. Semangat nulis lagi turun drastis. Hingga beberapa job content writer harus ditolak. Bukan ingin berniat sombong. Tetapi, menulis butuh semangat dan ilmu yang baik. Ketika diri ini lagi berada pada titik paling malas untuk menulis. Maka, bisa jadi output yang dihasilkan juga tidak akan baik.

Belakangan ini juga semangat membaca juga berkurang. Seakan setiap huruf yang terangakai menjadi kata lantas menjadi kalimat tidak begitu menarik. Membaca beberapa lembar sudah mengantuk.

Tidak sampai di situ saja. Seharusnya sesibuk apapun aktivitas. Maka menulis bisa menjadi refreshing, mengeluarkan sampah-sampah dalam pikiran. Agar segala uneg-uneg terbuang pada tempat yang tepat.

Mungkin hal ini bisa yang disebut dengan writer block. Salah satu penyebab writer block adalah kekurangan informasi atau input. Sehingga outputnya menjadi terkendala, macet.

Rindu



Tidak ada obat rindu yang paling mujarab selain bertemu, berpeluk dan saling mendoakan. Seringkali kejutan tidak harus berupa hadiah, kado yang mewah. Tetapi, datang bertemu alasan rindu itu masya Allah sekali. Bahkan kedatangannya diungkapkan dengan seribu alasan padahal jika disederhanakan hanya satu kata yaitu ; Rindu. 

Pertemuan singkat dan sederhana bisa menjadi obat rindu yang sudah disimpan beberapa lama. Terkadang hati memang tidak ingin menjadi lebay. Tetapi, hati tidak bisa berbohong. Semakin disimpan, semakin sesak rasanya.

Tuhan Maha Baik. Diperjalankan dan dipertemuakan oleh orang-orang yang baik sifatnya dan hatinya. Hingga getaran-getaran yang berasal dari hati sampai ke hati. Terikat meskipun tanpa perjanjian. Semuanua mengalir dengan keikhlasan. 

Biarlah perasaan saling rindu ini tetap ada. Jika bertemu jangan obati rasa itu seluruhnya. Biarkan ada sedikit sisa. Lantas biarkan berkembang dan kita panen bersama ketika bertemu dilain waktu.

Semoga persahabatan dan rasa rindu ini selalu ada untuk alasan kita tetap bertemu. Bukan tidak ada sifat buruk diantara sehingga kedekatan ini terjalin. Tapi, karena kita hanya melihat kebaikan saja. Jikapun ada keburukan akan kalah dengan alasan kebaikan.

Miso Enak Di Kota Tebing Tinggi


Indonesia kaya akan kulinernya. Setiap daerah memiliki ciri khas atau makanan yang menjadi primadona. Seperti halnya di Tebing Tinggi. Kota Tebing tinggi dikenal dengan julukan kota lemang. Selain lemang kuliner Tebing Tinggi itu super enak. Harganya juga masih cukup terjangkau. 

Teman-teman tau miso?. Yupzzz miso itu mie sop. Mie yang disiram dengan kuah ditambah dengan suiran ayam. Tetapi, rasanya sangat segar. Rempahnya memanjakan lidah. Di Tebing Tinggi ada miso yang enak banget. Meskipun tempat jualannya sangat sederhana. 

1.Miso Kriuk
Miso kriuk ini juara banget di Kota Tebing Tinggi. Kuah misonya segar banget. Ayamnya beda dari yang lainnya. Ayamnya crispy tidak seperti miso pada umumnya. Sehingga miso ini diberi nama miso kriuk.

Warung miso kriuk ini  melanggar metode marketing pada umumnya. Dengan teori harus di jalan yang ramai. Pusat keramaian dan lainnya. Warung miso kriuk ini terletak di Jalan Bulian. Masuk ke gang kecil dan terletak di belakang-belakang rumah orang. Jualannya pun diemperan rumah saja. Tanpa ada tempat khusus. Tapi ramenya luarbiasa. Sampai pernah masuk Net TV.

2. Miso Tek Iju
Miso Tek Iju ini juga juara. Miso kampung Rp. 3000. Namun rasanya jangan diragukan. Porsinya juga pas tidak berlebihan. Di warung Tek Iju juga ada mie ayam. Dengan cinta rasa yang mantap. Ayam semurnya rumahan banget. Tanpa saus dan kecap sudah pas di lidah.

Warung miso Tek Iju biasa saja. Tidak di ruko. Hanya di warung kecil emperan. Alamat warungnya di jalan Dr. Hamka depan pintu stadion Tebing Tinggi. 

3. Miso BTN
Miso BTN ini dulu hanya pakai gerobak. Kini sudah ada tempat. Misonya seger banget. Ramenya luarbiasa. Dari kalangan bawah sampai pejabat suka makan di sana. Yang makan di sana sering minta telur muda untuk dicampur ke dalam miso.

Alamatnya di simpang BTN Kampung Lalang. Masuk simpang sedikit sudah terlihat. Miso ini juga sudah turun temurun.

Lelaki Ojek Payung


Orang-orang pasti tahu jika sering naik turun angkutan di terminal Bandar kajum. Laki-laki dengan perawakan kecil, dengan pakaian yang rapi, selalu memakai topi fedora dan celana begi.

Laki-laki yang masih betah menyendiri. Masih bertahan denga status single. Laki-laki yang usianya tak lagi muda. Teman-teman sebayanya sudah mempunyai cucu. Namun, lelaki itu masih tetap betah sendiri.

Lelaki itu tidak memiliki pekerjaan tetap. Salah satu yang bisa dilakukannya menjadi ojek payung. Tidak harus menunggu hujan untuk menjadi ojek payung. Panas terik pun ia tetap memayungi para penumpang yang akan pindah angkutan, dari angkutan satu ke angkutan lainnya.

Dari sana pundi-pundi receh berpindah ke tangannya. Tidak banyak hasilnya. Meskipun ia memulai pekerjaannya dari pagi hingga petang menjelang. Namun, untuk lepas makan sehari sudah cukup baginya. Toh tidak ada anak, istri yang akan dibiayai.

"Ta, kopi satu ya. Seperti biasa" Ejen meletakkan payungnya di sudut warung. Lantas duduk di kursi belakang. Melepas topi dan mengelap keringat. 

Saat jam makan siang selalu memesan kopi tubruk dan nasi dengan lauk seadanya.

Riuh suara bus-bus besar di terminal sudah biasa baginya. Tidak peduli dengan kegaduhan terminal. Bagi dirinya biarlah kesunyian dalam hidupnya yang tetap kekal. Namun, jangan lingkungan di sekitarnya yang sunyi. Karena keramaian dirinya sedikit hiburan agar tetap waras.