Masa panen telah tiba. Bahkan sebagian sawah padi ada yang sudah habis dipanen. Biasanya saat musim panen, anak-anak begitu bahagia karena bisa bermain layang-layang di pematang sawah, mencari tutut, berlompatan di jerami padi yang telah mengering bahkan membuat popcorn dari sisa-sisa padi yang terbiar begitu saja.
"Yuk... main layang-layang," ajak Dafa pada teman-temannya. Saat itu matahari tengah terik. Tapi, bagi anak-anak SD seusia Dafa, Doddy, terik matahari bukan penghalang untuk tetap bermain. Karena dunia anak adalah dunia bermain, dunia kebebasan mengeksplore diri.
"Yuk lah. Kita main di sawah yang dibelakang rumah Mbah Joyo saja. Di sana sawah padinya sudah habis dipanen," sahut Ade. Himam dan Ozy juga meyutujui.
Akhirnya Dafa, Ade, Doddy, Himam dan Ozy pulang ke rumah untuk mengambil layangan mereka. Saat menuju ke rumah, Ozy bertemu Wahid.
"Hid, Yuk main layangan di belakang rumah Mbah Joyo," ajak Ozy. Namun ajakan itu tidak disambut gembira. Padahal biasanya Wahid yang nomer satu sesuai namanya soal bermain layang-layang.
"Ngga lah. Aku ngga punya layang-layang," jawab Wahid dengan muka lesu.
"Layangan kamu mana? Kemarin aku lihat kamu main layangan di tanah lapang depan balai desa"
"Layangannya sudah koyak kena hujan kemarin malam," ungkap Wahid.
"Oh... ya sudah. Nanti kita buat lagi gimana? sebelum main kita singgah rumah Mbah Joyo, barang kali ada bambu yang bisa kita minta untuk membuat layang-layang. Aku punya sisa kertas buat layang-layang kemarin," Ozy menghibur Wahid.
Wahid pun setuju dengan ide Ozy. Keduanya menuju rumah Mbah Joyo. Dafa, Ade, Himam dan Doddy sudah menunggu. Ozy menceritakan kepada Ade, Himam, Dafa dan Doddy, bahwa Wahid tidak punya layang-layang untuk diterbangkan. Ozy menjelaskan idenya kepada empat temannya untuk membantu Wahid membuat layangan. Pisau, kertas, lem dan benang sudah disiapkan oleh Ozy saat mengambil layangan. Akhirnya mereka berenam menuju rumah Mbah Joyo untuk meminta bambu yang akan dijadikan rangka layang-layang.
Siang itu Mbah Joyo duduk santai menikmati kopi dan getuk buatan istrinya. Enam anak kecil yang sudah diahapal wajahnya menghampiri.
"Eh... pada mau kemana siang terik begini" sapa Mbah Joyo
"Mau ke rumah Mbah Joyo"jawab Ozy, Wahid, Doddy, Himam, Dafa dan Ade serentak.
"Loh mau ngapain?" Mbah Joyo sedikit bingung
"Gini mbah. Kami mau minta bambu yang di belakang rumah Mba Joyo untuk buat layangan" jelas Ozy
"Oh pikir mbah ada apa. Kalau gitu ya silakan ambil bambu yang di hujung ngga terlalu besar," ucap Mbah Joyo sambil menunjukan pohon bambunya.
Setelah bambu selesai dipotong dan dibersihkan. keenamnya membuat rangka layang-layang. Tidak butuh waktu lama untuk mereka berenam merakit sebuah layang-layang hingga menjadi bentuk yang sempurna. Akhirnya Wahid punya layang-layang untuk diterbangkan.
Ozy, Wahid, Himam, Doddy, Dafa dan Ade menyusuri pematang sawah yang sudah dipanen. Sambil bersiul-siul memanggil angin. Entah siapa yang memulai siulan akan mendatangkan angin, namun hingga kini masih dipercayai. Keenam sekawan itu pun akhirnya bernyanyi riang.
Kuambil buluh sebatang
Kupotong sama panjang
Kuraut dan kutimbang dengan benang
Kujadikan layang-layang
Bermain berlari
Bermain layang-layang
Berlari kubawa ke pematang sawah
Hatiku riang dan senang
Mereka mengubah sedikit lirik lagu tanah lapang menjadi pematang sawah karena mereka tidak bermain di tanah lapang. Sambil menerbangkan layang-layang, mereka menarik ulur senar agar layang-layang bisa terbang tinggi mengangkasa.
#tantanganodop