Sang Penjaga Ayat-Ayat CintaNya



Fachri begitu orang-orang memanggilnya. Sepintas tidak ada yang istimewa dari sosoknya. Bahkan kedua kakinya terkena polio sejak kecil. Fachri lumpuh sepanjang hidupnya. Ia tidak bisa berlari bemain layangan di sawah  bersama teman sebayanya. Tapi Fachri yakin ia pasti bisa berlari, bermain kelereng dan bermain sepak bola. Tapi, takdir Allah tetap sama. Fachri tidak bisa berjalan padahal usianya sudah memasuki 15 tahun. 

Kursi roda penaman sejati. Ketika Fachri hendak kemana pun pergi. Ibunya yang tulus dan sabar tidak pernah henti-hentinya memberikan motivasi. Sehingga Fachri merasa disayangi. Tidak diabaikan. Di balik kekurangan Fachri ada kelebihan yang tidak banyak orang ketahui.

Dengan penuh kesabaran ayah dan ibunya selalu memotivasi Fachri menjadi seorang hafiz. Bukan hal yang mudah menjadikan anak seorang penjaga ayat-ayat cinta Allah. Tapi dengan penuh keyakinan orangtua Fachri terus mendampinginya. Padahal jika dilihat dari akademik sekolah Fachri tidak begitu menonjol. Hanya satu pelajaran yang paling digemari Fachri yaitu; melukis. Selain itu setiap hari tidak terlepas dari muroja'ah alqurannya. 

Setiap pertandingan tilawatil alquran Fachri selalu menyabet juara satu. Tidak heran piala kemenangan tilawatil alquran berderet di rumahnya. Ibu dan ayah Fachri begitu bangga. Padahal saat Fachri kecil banyak yang berpiran tidak akan hidup lama. Karena kondisinya.

Pengumuman kelulusan Sekolah Menengah Pertama diumumkan. Orangtua Fachri harap-harap cemas dengan hasil kelulusan anaknya. Keduanya pasrah. Tapi mereka yakin Fachri akan lulus. Saat menerima amplop yang berisi pernyataan lulus atau tidak lulus, jemari ibunya dingin, dadanya berdesir. Matanya berkaca-kaca. Dan perlahan amplop itu disobek dan dibuka perlahan. Kalimat puji-pujian kepada Allah dilafazkan hampir tak terdengar. Kalimat demi kalimat dibaca. Hasilnya Facri lulus. Ayah Facri langsung sujud syukur. 

Meskipun nilai Fachri tidak tinggi seperti teman kebanyakannya. Tapi mereka sudah mengucapkan syukur tidak terhingga.

"Selamat ya, Nak. Alhamdulillah lulus," ibunya memeluknya penuh kasih sayang.

"Maaf ya, Bu. Fachri belum bisa ngasilin nilai yang tinggi." Ibu dan anak berpelukan begitu erat.

"Ngga apa, sayang. Jika kita lemah dalam urusan dunia, unggul lah dalam urusan akhirat." 

#day7
#ramadhanberkisah
#penajuara


#ayat

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »