Cerita Rindu Dari Kolong Langit Kuala Lumpur


Malam semakin pekat. Orang-orang mulai mengunci rapat pintu rumahnya. Tapi, di jalanan sana masih banyak orang terjaga.  Di kedai mamak 24 jam. Masih ramai orang-orang menikmati malam sembari menjamu selera. Anak-anak muda berputar melingkari meja. Melepas satu dua hembusan asap ke udara. Meneguk segelas teh tarik. Membicarakan yang hangat di antara mereka. 

Kuala Lumpur, seperti kota metropolitan kebanyakannya. Tidak pernah sepi bahkan tidak pernah tidur. Selalu terjaga. Habis jatah sang mentari menerangi, digantikan lagi oleh cahaya lampu yang terang benderang. Pantulan sinarnya menerangi wajah-wajah yang sudah seharian terbakar di bawah sinar matahari. 

Di lorong-lorong yang lain. Jiwa-jiwa penuh pengharapan. Bibirnya komat-kamit di bawah atap langit. Seolah-olah sedang tawar menawar dengan Tuhannya. Sedang mengemis pinta agar ada rezeki untuk mereka. Hingga akhirnya mereka tidur tanpa ruangan, tanpa pintu, tanpa atap apatah lagi tempat tidur. Di emperan kaki lima mereka membentang selembar kain yang sudah berubah warna dari cerah menjadi kelabu karena debu. Merebahkan badan, melepas lelah seharian beraktivitas. Entah aktivitas apa yang mereka kerjakan. Bagi mereka, apapun itu asal bisa menyambung nyawa. 

Di perempatan lampu merah. Sepasang suami istri memandang jauh ke depan. Tatapannya kosong. Di sampingnya ada beberapa bungkusan yang isinya entah. Suami istri yang sudah sepuh, kulit matanya sudah terlihat kedutan, giginya sudah tidak lagi sempurna. Mereka tersenyum. 

"Kamu seperti anakku," ketika seorang wanita berjalan di dekat mereka. Lantas wanita itu berhenti di dekat kedua orang tua yang menegurnya.

"Di mana anaknya, Bu?" Wanita itu bertanya kembali. Tatapannya iba. Teringat orangtuanya di kampung halaman. 

"Di kampung. Jauh," jawab ibu itu sembari memegang tangan wanita muda itu. 

Di antara jiwa-jiwa yang sedang sibuk satu sama lain. Di hati mereka ada rindu akan orang-orang tercinta. Mereka pergi karena tercampakkan dan karena sebuah cita-cita.[] 

#day1
#ramadhanmenulis
#penajuara
#ramadhanberkisah
#rindu

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »