Pudarnya Pesona Membaca Para Remaja



Kalau dengar kata membaca apa sih yang pertama teman-teman pikirkan? ya, tentu ada yang merasa bosan, ada yang merasa senang bahkan ada yang merasa biasa saja. Kalau kita fikir-fikir membaca adalah sumber ilmu yang paling bagus, dari membaca kita bisa tahu banyak hal. Tapi, kalau bagi yang kurang minat, membaca adalah aktifitas yang membosankan dan membaca adalah obat tidur yang paling mujarab, karena setiap membaca satu halaman atau dua halaman sudah tertidur.

Dalam dewasa ini, kemajuan zaman yang sangat pesat juga sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Dengan kemajuan teknologi juga memiliki dampak minat baca masyarakat terutamanya kalangan remaja. Banyak remaja bahkan hampir keseluruhan remaja yang saat ini sangat menggandrungi gawai. Sebenarnya gawai tidak melulu identik dengan hal negatif. Banyak juga hal positifnya, jika pandai menggunakan dan mengerti fungsi gawai itu sendiri. Namun, kebanyakan gawai canggih yang digunakan oleh para remaja hanya digunakan untuk chatting, sosmed dan semacamnya.

Semakin hari kemajuan teknologi semakin pesat, tiap bulannya ada saja gawai keluaran terbaru. Para remaja juga tidak ingin ketinggalan memiliki gawai keluaran terbaru. Rela merengek, melakukan aksi ke orangtua demi mendapatkan gawai keluaran baru tersebut.Tapi, malah sebaliknya jika dengan buku. Kebanyakan remaja, mereka hanya membuka buku pelajaran saja yang hanya dibuka saat di sekolah saja. Namun buku-buku lain sebagai pengantar tidur belaka.  Kecanggihan teknologi ternyata telah mampu menyihir para remaja untuk mengurangi porsi membaca mereka, sehingga anak-anak sekolah terkadang enggan membaca buku jika mereka sudah mengenal namanya gawai. Ini sebuah fakta lapangan yang tidak terbantahkan.

Ketika saya membaca buku kolaborasi Mas Gol A Gong dan Mas Agus M Irkham yang berjudul “GEMPA LITERASI DARI KAMPUNG UNTUK NUSANTARA”, di dalam buku tersebut telah gamblang memaparkan betapa kurangnya minat baca masyarakat Indonesia. Dari pendidikan dasar (SD) perpustakaan-perpustakaan sangatlah minim dan buku-buku yang tersedia juga terkadang kurang bagus keadaannya, karena mayoritas anak kenal membaca dari tingkat sekolah dasar.

Dari tingkat sekolah saja Jadi para remaja saat ini kurang mengenal buku dan menganggap buku adalah sebuah benda yang aneh.  Jika ketika mereka ditanya tentang buku terbaru atau buku apa yang sudah mereka baca pasti sering kali dijumpai jawaban "tidak tahu" atau "lupa." Namun jika ditanya gawai keluaran terbaru dan kecanggihan apa saja yang ada di dalamnya pasti semua pada tahu.

Untuk remaja islam pasti sudah tahu Qs Al Alaq yaitu surah ke 96, arti dari ayat pertama adalah “ (Wahai Muhammad) Bacalah dengan nama Tuhanmu yang yang telah menciptakan (seluruh makhluk)”. Sedangkan Allah di dalam surat tersebut telah jelas memerintahkan untuk membaca, jadi, kita kenapa masih bermalas-malasan untuk membaca. Emang embaca pakai media elektronik seperti handphone, tab, laptop dan lain sebagainya juga bisa, tetapi membaca melalui media  buku juga harus ditingkatkan. Karena membaca melalui buku merupakan gerakan untuk mendukung para penulis untuk lebih semangat dalam menuliskan ilmu-ilmu mereka kedalam buku, serta buku juga saham yang tak akan pernah berkurang nilainya. Dari buku yang baik, ilmu-ilmu yang baik yang ditungkan dalam tulisan akan melahirkan peradaban-peradaban yang baik pula pada generasi selanjutnya.

Mas Gol A Gong menuliskan dalam sebuah essay  ” Kita memiliki tokoh pemimpin yang hebat di negeri ini yang terbentuk dari kebiasaan membaca. Adam malik bukan sarjana, tapi karena gemar membaca, ia bisa menjadi Presiden. Bung Karno gila membaca dan jejak-jejak pemikirannya bisa kita nikmati dalam buku-buku warisannya”. Jadi, kita para remaja harus meningkatkan minat baca kita, karena usia remaja adalah usia yang ingin tahu ini dan itu, untuk menjawab keingin tahuan kita mari kita sama-sama membaca. Buku yang kita baca tentunya buku yang di dalamnya memiliki nilai ilmu yang bermanfaat dan tidak menyesatkan.

Masyarakat yang maju ditopang oleh masyarakat yang gemar membaca (buku). Reading society menjadi prasyarat utama menuju advance society. “Kalau kita ingin menjadi advance society maka kita harus berangkat dari reading society. Inilah jalan yang tepat,” Terang Presiden SBY kalau itu. Jadi, untuk menjadi remaja yang maju kita harus memiliki minat baca yang tinggi.

Budaya membaca juga harus dikampanyekan dari pondasi dasar (rumah)  bukan sekolah. Jika dari rumah sudah memulai, menjadikan kegiatan membaca adalah sebuah kewajiban, maka di sekolah sang anak tidak perlu dipaksa lagi untuk cinta membaca. Tapi tinggal mengarahkan saja dan lebih mendalami.

Secanggih apapun handphone, tab, laptop yang kita miliki jangan pernah meninggalkan buku sebagai media bacaan. Karena buku yang kita beli,yang kita baca, nantinya juga akan menjadi warisan untuk generasi kita.

#bloggermuslimahindonesia

#postingantematik(Postem)

Note: Tulisan ini diikutkan dalam Postingan Tematik (Postem) Blogger Muslimah Indonesia

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

28 Comments

  1. sekarang minat baca, bener bener berkurang mbak. pengennya anak anak, buka hape main game, buku ditutup selesai sekolah :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menjadi PR kita bersama, mas, untuk lbh mengenalkan mereka dgn buku

      Hapus
  2. Iya mba, dari dulu aku smp, perpus sebesar itu cuma aku yg menikmati..sedih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tempat ramai yg sepi. Sama mb, di sekolah SMA ku jg gitu 😊

      Hapus
  3. Minat baca yan rendah di kalangan remaja kita memang memprihatinkan. Kalaupun ada yang berminat membaca, itupun hanya segelintir saja :(

    BalasHapus
  4. PR para orang tua untuk memasang pondasi minat baca pada anak2nya, PR calon ortu juga ;)

    BalasHapus
  5. Memang, Mbak. Secara umum remaja kita membaca-nya adalah via gawai mereka. Mungkin lebih banyak membaca seliweran informasi daripada membaca e-book yang sebenarnya tujuannya sama: memahami suatu topik secara mendalam.
    Sedikit terhibur dengan keberadaan bookstagrammer. Belum tau sih apakah mayoritas mereka itu remaja. Ah, PR besar. Dan benar, mulai yuk dari rumah lalu tularkan ke tetangga, dan seterusnya. ^^

    BalasHapus
  6. Banyak orang khususnya Remaja saat disuruh membaca buku merasa ogah ogahan, bahkan banyak yang menolak tidak suka, tapi giliran disuruh lihat status teman yang menarik atau gosip terkini langsung menghampiri

    BalasHapus
  7. Benar, kalau dari rumah sudah kuat dasarnya, sekolah tinggal mendukung saja minat baca remaja. Jadi memang peran orang tua yang utama..Yuks semangat para orang tua!

    BalasHapus
  8. Memang repot ya Mba kalau keluarga di rumah tidak suka membaca buku. Senangnya main laptop atau tab. Jadi anak menurun.

    BalasHapus
  9. Ketika membaca judul ingat novel Pudarnya Pesona Cleopatra #coment_oot
    Tapi benar kok mbak membaca di generasi membaca sangat menurun. Saya bisa melihat dr kebiasaan murid2 ku.

    BalasHapus
  10. Wah, judulnya mengingatkanku pada novel Pudarnya Pesona Cleopatra ^^

    BalasHapus
  11. Wah, judulnya mengingatkanku pada novel Pudarnya Pesona Cleopatra ^^

    BalasHapus
  12. orang-orang yang hebat, mereka tak melupakan membaca ternyata, ya.. nice post mba :)

    BalasHapus
  13. Membaca buku memang sesuatu yang semestinya dijadikan kebiasaan ya, Mbak. By the way, dari membaca pun saya akhirnya memutuskan untuk kuliah lagi. Saya sudah membaca karya antologi Babu Backpacker loh, mbak. Dan setelah itu memutuskan kuliah di UT juga, saat ini masih status mahasiswi UT. Itu semua berkat membaca :)

    Salam.

    BalasHapus
  14. Saya terus terang paling nggak nyaman kalau baca lewat HP atau lappy lebih nyaman pakai buku, ebook aja seringnya aku print baru kubaca. Dan ini lagi menularkan kegemaran baca pada anak-anakku

    BalasHapus
  15. Eike pake gawai dan eike masuk d dunianya abegeh. Buat orang2 yg udh lewat umurannya mereka, apa yg mereka lakukan itu negatif. Cuma belajar d sekolah, sampe rumah maen gadget. Beneran mereka main doang? Eike mengamati. Dan ternyata gak jg. Mereka membaca n berkarya via gadget mereka. Munkin gak semua kya gt, tp gak semuanya jg jelek. Skrg emang zamannya generasi Y n Z, yg nyaris full digital. Maksa mereka suka baca buku kya kita dlu kyanya susah. So, mending sajikan bacaan2 bagus buat mereka lewat aplikasi2 yg biasa mereka pake.

    Sorry jd panjang kan. Eike malah ngeluarin uneg2 biz BW postem dimari

    BalasHapus
  16. Gawai, tab dan laptop sebenarnya hanya alat. Tergantung manusia menggunakannya untuk apa. Bisa negatif kalau hanya digunakan untuk chat gosip atau games kayak Mbak bilang. Tapi bisa positif juga kok kalau buat nyimpan ebook kitab atau buku-buku para ulama, hasil penelitian, dll. Semoga kita termasuk yang bijak memanfaatkan kecanggihan teknologi ya, Mbak? ;)

    BalasHapus
  17. Betul Mba, semoga sih mereka yang demen pakai gawai juga rajin membaca lewat smartphone. Meski kenyataannya lebih banyak yang nggak :(

    BalasHapus
  18. Iya ya, sekarang di kalangan remaja membaca buku jadi kelihatan aneh. Mungkin julukannya bukan kutu buku lagi tapi virus buku hehehe

    BalasHapus
  19. Iya mba.. kemajuan teknologi jadi seperti 2 mata pedang ya. Bagaimana kifa harus positif memanfaatkan kemajuan teknologi ini dg bijak :)
    Salah satunya sbg sarana membaca dg mudah

    BalasHapus
  20. Judulnya... begitu baca dah otomatis lanjutin sendiri ... "Cleopatra", ^^.

    Quote dr Pak SB. Yudhoyono itu tepat sangat, Reading Society. Masih super banyak dan tak ringan PR soal minat baca ini. Dan yuuk, mulai dr diri, keluarga, tularkan ke tetangga lalu antero Indonesia.



    Ps: Maaf, Mba, ketikannya lumayan bertabur typo, ^^v

    BalasHapus
  21. Menjadi tugas kita semua untuk menumbuhkan kembali minat baca di negeri kita. Mulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan hingga akan terbentuk lingkungan masyarakat yang gemar membaca. Semoga di tahun-tahun mendatang, peringkat Indonesia sebagai negara ke 60 dari 61 negara dengan minat baca terendah dapat merangkak naik. Semangat.

    BalasHapus
  22. Masukkan saja buku2 ke dalam gawai yang setiap hari kita gunakan. Praktis :)

    BalasHapus