Jilbab Biru Dari Mr. Sipit

Lagu Maher Zein mengalun indah dari handphoneku. Aku lihat ada pesan di whatsapp. Segera aku buka dan ternyata pesan dari seorang teman kerja. 

"Kamu di mana?" Begitu pesan singkat yang dikirimkannya. Aku tak langsung menjawab pesannya. Karena sebentar lagi aku juga bakal masuk kerja dan akan jumpa dengannya. 

Beberapa menit kemudian dia mengirimkan pesan yang isinya sama dengan pesan yang dikirim pertama. "Aku di taman. Lagi makan" balasku. Dia merupakan guru, teman kerja satu team dan orang yang paling nyebelin dan membosankan. Setiap hari ada saja tingkah aneh yang dibuatnya. Tapi, terkadang lucu juga dengan rasa keingin tahuannya terhadap dunia islam. Dia yang merupakan warga Tionghoa yang ingin tau dunia islam. Setiap kali aku membaca buku tentang islam pasti selalu menarik perhatiannya. Tidak jarang dia meminjam buku atau majalah tersebut untuk dibawa pulang dan dibacanya. Hingga dia membaca majalah yang aku bawa dari mushola pabrik. Majalah itu membahas tentang pentingnya berkhitan bagi kesehatan. Akhirnya dia pun berkhitan ke negeri gajah putih. Dari sana dia semakin tertarik dengan dunia islam yang mengatur segala aspek kehidupan.

Seminggu sebelum hari lahirku dia sempat menanyakan warna kesukaanku. Tanpa menaruh rasa curiga aku pun menjawab pertayaannya.

"Hai... saya bagi pesan Whatsapp kenapa lama sangat balasnya" cerocosnya ketika aku masuk ruangan kerja. Dengan bahasa melayu logat China yang masih kental walau sejak lahir hidup di Malaysia tidak mengubah dialek bahasa China nya tenggelam. Aku masih cuek merapikan kertas-kertas di meja kerja. Sementara dia hanya memperhatikanku sambil menunggu jawaban atas pertanyaan. 

"Kan tadi saya sudah cakap lagi makan di taman" jawabku tanpa melihat kearahnya. Dia pun tersenyum sambil mengeluarkan bingkisan dari pelastik hitam yang diletakannya di meja kerja di sebelah mejaku. 

"Happy birtd day, Awak" ucapnya sambil memberikan bingkisan yang  ada ditanggannya. Senyumnya lebar sampai telinga. Sementara aku hanya bengong.

"Thanks. Ini hadiah untuk saya?" Tanyaku masih dengan keadaan bingung. Karana hampir sepuluh tahun kami kenal dia tidak pernah memberikan ucapan selamat apa lagi bingkisan. Seketika tawaku pecah tidak percaya. 

"Ia ini untuk awak. Sorry, kalau awak tak minat dengan hadiah dari saya. Saya tak tau nak bagi apa sama awak" jelasnya. 

"Thanks sangat-sangat pasti saya suka" aku terima hadiah pemberiannya. Seketika dia berlalu pergi setelah memberikan hadiah itu. Langsung saja aku buka kado yang terbungkus kertas kado motif kartun yang ada ditanganku. Dengan perlahan aku buka lakban yang melekat. Bungkusan berwarna biru terlihat di dalamnya. Aku buka pelastik pembungkusnya. Ternyata bergo semi instant yang cukup cantik. Rasa syukur menyelimuti. Ngga menyangka ia   memberi hadiah bergo. 

"Thanks buat hadiahnya. Saya suka" aku kirim pesan whatsapp kepadanya. 

"Sama-sama. Kalau suka jangan tak pakai ye" 

"Ok jangan risau" aku meyakinkannya bahwa aku benar-benar suka dengan pemberiannya. 

Ini hadiah hijab ke dua yang aku terima dari teman non muslimku di tempat kerja. Saat ulang tahunku di tahun 2014 aku juga pernah dihadiahkan hijab oleh seorang teman kerja yang beragama nasrani. Bagiku ini hadiah yang luar biasa. Karena di luar sana yang tidak sealiran dengan Islam bahkan sebagain ada yang menjadi islam phobia. Melihat muslim berjilbab seakan melihat setan hingga cepat-cepat menghindar. Mencap muslim teroris dan lain sebagainya. Alhamdulillah dilingkungan kerjaku dengan kemajemukan kepercayaan yang di yakini ada hindu, budha, kristian, islam bahkan atheis semua saling menghormati satu sama lain. 

Terimakasih Mr. Sipit atas hadiahnya. Semoga hidayah sampai padamu. 

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »