Jalan Hijrah Part 1 : Ketika Allah Menghampiriku Dengan Hidayahnya


Perjalan hidup manusia tidak ada yang tahu kecuali sang pencipta. Hidup, mati, jodoh, rezeki adalah sederetan misteri. Setiap orang pasti mengalami itu. Bahkan hidayah Allah kepada hamba yang Ia kehendaki adalah misteri. Hanya Dia yang berhak membolak balikan hati hambanya. 

Ketika Hidayah Allah Menyapa 
Semenjak sekolah menengah pertama (SMP) sudah menyuruhku untuk memakai jilbab. Sementara aku yang bersekolah di sekolah mayoritas China masih ogah-ogahan untuk memakai jilbab. Meskipun satu, dua orang teman ada yang berjilbab. Tapi, kebanyakannya tidak memakai jikbab karena mayoritas China. Aku yang masih labil, jiwa remaja yang menggebu-gebu masih tetap enggan menuruti permintaan ibu untuk memakai jilbab. Tapi, saat itu Ibu dan Abah tidak memaksa dengan kasar agar aku mau menuruti kata mereka. Meskipun itu adalah perintah wajib bahwa anak wanita yang sudah akhil balig harus menutu auratnya seperti yang dikatakan Al Quran. 

Waktu kian merangkak. Tidak terasa masa SMP akan tamat. Lanjut ke jenjang SMA. Aku masih tetap keukeh untuk tidak ikut apa mau mereka. Di bulan pertama sekolah dengan seragam baju lengan pendek, rok selutut. Aku mencoba berbagai kegiatan ekstra kulikuler yang ada di sekolah termsuklah rohani islam sekolah (ROHIS). 

Entah apa yang menggerakan kakiku untuk mengikuti rohis di mushola sekolah.  Sementara temanku yang lain ada yang menganggap ekskul rohis adalah kegiatan norak, ngebosenin, cuma dengar ceramah. Sementara aku dengan percaya diri melangkah ke musholah dengan pakaian yang tidak menutup aurat. Namun aku yakin. Yang menggerakan kakiku adalah Allah. Karena Allah lah yang membolak balikan hati.  Sehingga anggota tubuh juga menurutinya. Dari saat itu aku merasa nyaman. Ada rasa yang tak biasa untuk sekedar dijelaskan dengan kata-kata. 

Di bulan ke-2 aku mulai merengek minta dibelikan seragam sekolah baju lengan panjang, rok panjang pastinya jilbab juga. Sementara baju seragam sudah diukur oleh pihak sekolah. Karena waktu itu pembelian seragam sekolah melalui koprasi sekolah. Terpaksa ibu harus menempah dua baju seragam. Dari sana lah awalnya bermula, tiga belas tahun silam langkah awal aku berhijrah dan bagiku itu bukan sekedar hijrah biasa.  

Semakin hari aku semakin menikmati kegiatan rohis. Jiwaku sudah tertambat di sana. Bersama mereka duduk melingkar dengan kajian, majelis ilmu, memang tak banyak yang turut andil dalam jalan ini. Bahkan seringkali kegiatan ini dicibir, dibilang norak, gak gaul, sok alim. Semua itu sudah biasa kami dengar. Tapi, ketika sudah nyaman, mengakrabinya hal itu bagai angin lalu saja. Hingga sampailah di penghujung sekolah SMA aku tetap dengan jalan hijrahku. 

Ketika Merasa Sepi dan Sendiri 
Setamatnya sekolah aku juga sama dengan anak-anak lainnya. Ingin menyambung ke pendidikan yang lebih tinggi. Berbagai tes penerimaan mahasiswa baru aku ikutin. Tapi, Allah belum mengijinkanku untuk menjadi mahasiswa. Rencana Allah itu indah guys!. Saat itu orang tua bukan tak mampu membiayaiku kuliah di kampus swasta. Karena biaya pendidikan sudah disediakan jauh hari sebelum aku tamat SMA. Tapi, kehendak berkata lain. Aku yang keras dengan kemauanku ingin menjadi seorang tenaga kerja Indonesia (TKI). Lagi-lagi ini jalan Sepi. Jalan yang jarang sekali dipilih apalagi punya kesempatan baik untuk bisa kuliah. Bagiku ini langkah misteri yang disiapkan Allah untuk aku menjemput rezekinya. Bumi Allah  itu luas jangan ragu atas rezekinya. 

****** Bersambung ******

#adakekuatandibalikkesederhanaan
#Odopchallenge 

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

6 Comments

  1. inspiring sekali mba, udah mulai deg2 an neh... eaaaa bersambung.

    Btw, terimakasih sekali udah mau berbagi kisahnya ya Mba Dewie :)

    BalasHapus
  2. inspiring sekali mba, udah mulai deg2 an neh... eaaaa bersambung.

    Btw, terimakasih sekali udah mau berbagi kisahnya ya Mba Dewie :)

    BalasHapus
  3. Lha kok bersambung, ditunggu lanjutannya mbak Wie

    BalasHapus
  4. Awas aja klo episodenya banyak.. Hhii

    BalasHapus