Angkringan Kopi Joss Jogja

 ngemper di stasiun senen jakarta nunggu keberangkatsn kerete
menunggu berqualitas ^_^

stasiun Jogja 


Beberapa bulan lalu saat saya launching buku di Jakarta, saya merencanakan setelah dari jakarta saya pengen muter-muter Jawa. Akhirnya setelah selesai acara selang satu hari saya dan dua teman saya langsung capcus ke Jawa tujuan Jogja dengan menaiki kereta api. Kereta pun membelah malam tut...tut.. gujes..gujes...dari stasiun senen ke stasiun tugu Jogja. Perjalanan yang begitu menyenangkan, bisa berbacpacker di negara sendiri. Secara saya yang emang menjadi TKI di Malaysia lebih banyak melakukan perjalanan di wilayah Malaysia. Meskipun transportasi di Indonesia belum secanggih Malaysia tetapi banyak memberi pengalaman yang menarik. Kebetulan saat itu kami menaiki kereta apai kelas ekonomi, karena kami melakukan perjalanan ala backpacker dengan buget minim jadi kami harus pandai-pandai mengatur kuangan meskipun di negara sendiri. Walaupun kelas ekonomi tetapi pelayanannya cukup bagus dan gerbong kreta juga bersih.
Perjalanan dari stasiun senen Jakarta sampai stasiun Jogja memakan waktu 8 jam cukuplah buat kaki kebas. Tetapi saat pagi menjelang di sepanjang perjalanan di suguhi pemandangan sawah yang membentang hijau bak karpet yang di bentangkan yang maha pencipta. Mata yang satu malaman antara tidur dan tidak tidur menjadi segar ketika melihat hamparan sawah. Rasanya sangat bersyukur terlair di Indonesia yang subur.
Masih terlalu pagi kami sampai di kota Jogja. Tetapi para warganya sudah banyak yang beraktifitas, dari bapak-bapak pengayuh becak, penjual kacang rebus, kue-kue, dan para angkringan penjual gudeg juga sudah terlihat ramai di kunjungi pelanggannya ataupun para wisatawan yang datang kejogja untuk menghabiskan waktu liburan. Warga Jogja cukup ramah dan santun, begitulah orang jawa yang terkenal dengan kelemah lembutannya. Dari stasiun kami pun langsung menuju jalan Malioboro sebagai pusat kota Jogja. Kami berjalan kaki dari stasiun jogja sambil melihat hotel yang pas dengan kantong kami. Hotel yang tidak perlu mahal yang penting bisa buat tempat istrahat. Sepanjang Malioboro banyak hotel-hotel bagi para backpacker dengan harga berfariasi tergantung kelengkapan kamar hotel.
malioboro im coming 
akhirnya sampai juga di malioboro



Sebelum kami menemukan hotel yang yang akan kami tempati, perut sudah menagih haknya. Akhirnya kami singgah di angkringan gudeg. Kami bertiga langsung memesan makanan Gudeg tiga porsi, tempe bacem, tahu dan teh manis panas. Saat masukan suapan pertama ke dalam mulut saya terdiam sejenak untuk benar-benar rasa gudeg Jogja. Saya yang orang Medan suku jawa menurut saya gudeg itu rasanya begitu manis dan cukup sedap. Alhamdulillah perut terisi dengan makan yang menjadi ciri khas jogja. Setelah kenyang kami pun memanggil becak untuk mengantarkan kami ke hotel. Setelah sampai hotel kami bersih-bersih dan lanjut perjalanan muter-muter Malioboro keluar masuk pasar bringharjo pusatnya batik. Dan tak lupa kami ke pemandian putri kraton dan kraton jogjakarta.

sarapan gudeg di jalan malioboro 


nongkrong bareng abdi dalem kraton jogja 

Hingga malam menjelang suasana jalan Malioboro bukan semakin sepi tetapi semakin rame laiknya di siang hari. Warung angkringan makin banyak yang buka untuk mrnjajakan kuliner. Saya dan teman-teman menikmati makan malam di sebuah butik di jalan malioboro dan di atasnya ternyata cafe yang cukup bagus dan harga makanan juga terjangkau. Saya juga janjian dengan seorang teman namanya mas Saka Jogja ya beliau asli Jogja. Sambil makan sambil nunggu mas Saka yang tak kunjung datang hingga akhirnya hujan deras mengguyur kota Jogja dengan derasnya. Saat keluar dari cafe ternyata sosok ndut mas saka sudah menunggu di luar. Sambil kami menunggu hujan reda kami ngobrol-ngobrol dan si mas saka yang kocak abis buat kami tertawa sampai sakit perut.

Hujan mulai reda kami pun bingung ntah mau kemana, akhirnya kami putuskan ke ankringan Kopi Joss. Dengan menembus hujan yang lumayan lebat kami menuju angkringan dengan beberapa teman saya yang dulu sama-sama bekerja di Malaysia. Hingga akhinya nyasar karena kehilangan jejak mas saka dan mba Desi. Huaaa nyasar sambil hujan-hujanan ternyata cukup seru juga seperti film india. heheh. Akhrnya Mas Saka menjemput kami di perempatan lampu merah dekat taman pintar. Dan kami sama-sama menuju angkringan kopi joss. Habis hujan-hujanan baju basah kuyub emang mantab minum dan makan yang anget-anget. Saya juga penasaran dengan jyang namanya kopi joss. Akhirnya saya memesan KOPASUSJA JOSS (kopi susu jahe Joss). Saya sempet heran dengan pembutan kopi joss sendiri. Kopi arabica hitam yang di masukan dengan bara arang. Awal mulanya saya juga agak gimana gitu melihatnya, tetetapi setelah di rasa ternyata rasanya begitu khas. Tidak ada rasa arangnya. Dan penjual kopi joss menyuguhi dengan cemilan sate usus dan kaki ayam goreng (ceker ayam goreng).Jangan di lihat dari penampilan kopi joss tapi rasakan nikmatnya kopi joss. Bagi saya kopi joss ini adalah minuman yang paling aneh di dunia dan hanya terdapat di Indonesia tepatnya di Jogja.Saat saya pertama kali menikmati kopi joss ini, saya langsung jatuh cinta, walaupun saya bukan candunya kopi tapi saya suka dengan minum kopi saat tugas shift malam.

angkringan kopi joss 


Bagi anda yang pecandu kopi, sudah pernah belum minum kopi jos?. Jika belum pernah bearti anda harus menikmati kenikmatan kopi jos.
Jogja yang di kenal sebagai kota pendidikan, bagi saya tidak hanya sekedar kota pendidikan saja tetapi kota pengusaha dan bisa di ibaratkan Singaporenya pulau jawa. Karena disana juga merupakan tempat belanja yang cukup murah di bandingkan jakarta dan beberapa kota lainnya.
Saat saya pertama kali menikmati kopi joss ini, saya langsung jatuh cinta, walaupun saya bukan candunya kopi tapi saya suka dengan minuman yang mengandung cafein ini.




Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

2 Comments

  1. Kota Jogja keliatan nya Rapi dan Indah. Jadi pengin kesini nih :-)

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus