Nulis Is My Way



“Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarang tidak mati. Ia baru saja memperpanjang umurnya lagi.” (Helvy Tiana Rosa)

"Menulis itu Peduli. Menulis itu Mencinta." (helvy Tiana Rosa)

Menulis adalah ajaib. Seperti halnya quote Bunda Helvy yang penuh keajaiban. Barangkali ada yang tertanya-tanya. Menulis ajaibnya dimana?. Masak iya sih ajaib?. Semua orang bisa nulis.

Saya bilang ajaib karena menulis itu memperpanjang umur sang penulisnya. Nah, di situ letak ajaibnya. Yup, secara sadar ataupun tidak, menulis itu akan memperpanjang usia penulisnya. Melampaui usia yang ditakdirkan Allah SWT.  Karena, ketika seorang penulis itu sudah meninggal maka karyanya akan tetap hidup. Tidak akan pernah mati. Tulisan-tulisan yang memberi manfaat kepada orang lain akan menjadi amal yang tidak akan ada putusnya. Dari tulisan juga bisa membuat orang jatuh cinta dan peduli. Itulah keajaiban dari sebuah tulisan. 

Siapapun bisa jadi penulis. Menulis itu bukan bakat turunan. Menulis itu adalah keahlian. Keahlian itu dapat diasah dengan berlatih. Sampai hari ini saya bukan seorang penulis. Untuk menobatkan diri sebagai penulis rasanya masih jauh dan saya juga sadar diri. Tetapi, menulis itu bagian dari perjalanan hidup. Karena dari menulis saya banyak sekali menemukan banyak hal. Dari menulis juga, saya menemukan obat untuk jiwa, luka dan duka.

Ada kepuasan tersendiri ketika dapat mengungkapkan sesuatu lewat tulisan. Dari hobi menulis dan membaca. Saya dapat berbagi banyak hal pula kepada orang lain. Karena hakikatnya perjalanan hidup ini tentang menerima dan berbagi. Menerima masukan, nasehat dan lainnya. Berbagi pula bukan sekedar prihal memberikan harta. Melainkan banyak hal yang bisa kita bagikan. Termasuk pengalaman-pengalaman yang ditulis ke dalam buku atau media digital. Sehingga orang lain dapat mengambil sebanyak-banyak manfaat dari apa yang kita tulis.

Menulis bagi saya seperti ekstasi. Orang yang sudah candu dengan menulis. Ketika tidak menulis  sehari saja langsung sakau. Ada yang hilang, galau.  Lantas untuk untuk meredakan sakau tersebut obatnya hanya satu. Yaitu menulis. Begitulah kenapa menulis tidak dapat dipisahkan dari kehidupan saya.

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »