By Google |
Pagi itu langit Jogja begitu cerah. Dua orang wanita siap-siap hendak meninggalkan penginapan yang mereka sewa selama semalam. Dua wanita tadi memanggil becak yang mangkal tidak jauh dari penginapan. Mereka hendak ke Warung gudeg area Wijilan yang sudah terkenal akan lezatnya gudeg wijilan. Setelah negosiasi harga dengan bapak becak, dua wanita dengan tas backpack yang super gede akhirnya naik ke becak si bapak.
Selama perjalanan mereka membincangkan seorang teman yang super pintar dan cerdas. Sehingga ia selalu mendapat rangking dan beasiswa, saat kuliah pun ia selalu mendapat IPK tinggi, beasiswa pun dikantonginya. Dan sebelum kedua wanita itu beranjak dari penginapan sang teman yang cerdas dan pintar luar biasa itu sempat juga cerita akan menempuh S2 ke luar negeri dengan beasiswa karena kecerdasan dan kepintarannya. Tapi sayang... kecerdasan dan kepintarannya hanya sebatas akademik. Tidak untuk perilakunya. Perilakunya sungguh berbanding terbalik dengan kepintaran dan kecerdasan akademiknya.
Pintar tapi tidak pernah mendengar nasihat orang disekitarnya bahkan tidak jarang membantah kata-kata orang tua. Sifatnya kasar, mau menang sendiri. Sungguh kecerdasan akademiknya tertutupi oleh perilaku, sopan santun yang tidak cerdas. Rasanya tidak ada gunanya jika kecerdasan akademik tinggi sekalipun tapi attitude (perilaku), tata krama, sopan santunnya tidak ada.