Mendekap yang Berdebu


Aku masuk ke sebuah tempat dimana dulu saat aku kecil mengaji di sana. Di sana aku diajar huruf hijaiya. Dari alif, ba, ta, tsa dan ya. Hingga berlanjut sampai alquran. Tempat itu kini terlihat suram. Entah sudah berapa lama tempat ini terbiar. Tidak ada yang mengurus. Warga desa tidak ada yang peduli dengan kondisinya. Padahal jika dirawat mushola kecil itu bisa digunakan untuk kegiatan anak-anak mengaji. 

Kubuka pintu mushola. Terlihat di sana begitu begitu berantakan. Sajadah yang bertumpuk di sana sini, debu menebal di lantainya. Lemari kayu yang reot di ujung ruangan di atasnya tersusun iqro dan alquran. Aku mengusap debu di atas alquran. Alquran yang dulu menemaniku dan selalu kubaca ketika mengaji. Tiba-tiba hatiku mendung, mataku meneteskan gerimis yang perlahan luruh ke pipi. 
Kalam Allah yang begitu mulia dibiarkan saja. Tidak pernah terbaca. Kudekap alquran itu di dadaku. Tiba-tiba ada rasa marah. Ah... Tapi bukan saatnya marah. Aku juga sudah lama tidak tinggal di kampung ini. Barangkali orang-orang kampung begitu sibuk dengan aktifitas domestik mereka. Sehingga tidak sempat membersihakan tempat penuh ilmu di masa kecilku dulu. 

Kini aku sudah kembali ke kampung halaman. Setelah belasan tahun merantau di negara orang. Sudah saatnya aku harus mengabdi di kampung yang telah banyak memberikan pelajaran serta menerimaku setelah kepergianku. Kubersihkan lagi mushola yang sudah kusam. Debu-debu yang menebal disapu dan dipel. Kain jendela yang kusam karena debu dibersikan. Rak yang sudah reot dan lapuk diganti, sajadah yang penuh debu sudah dicuci. Kini semuanya sudah bersih. Satu dua orang penduduk kampung melihatku. Anak-anak muda kampung mulai tergerak hatinya untuk turut serta membersihkan. Sesekali mereka memberi masukan untuk kegiatan. Aku setuju selagi masih dalam kegiatan positif. Kuumumkan kepada warga setiap sore hari akan ada mengaji membaca iqro dan alquran. Warga menyambut dengan kelegaan. Anak-anak berduyun-duyun membawa iqro dan alquran dalam dekapan mereka. Tidak ketinggalan juga para orangtua. Hati ini menjadi lega. Yang lama berdebu kini dalam dekapan mereka.

#day5
#ramadhanberkisah
#penajuara
#dekap 

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

1 Response to "Mendekap yang Berdebu "