Investasi Wong Ndeso : Jangan Biarkan Dana Segar yang Kamu Miliki Mengendap Lama Di Bank


Sudah lima tahun saya tertarik dan belajar tentang investasi. Mulanya saya tertarik setelah berfikir "Purna TKI mau kemana?." Pertanyaan yang seringkali melintas di pikiran. Pertanyaan yang berbau ketakutan, setelah menjadi TKI saya harus kemana? dan apa iya, saya harus menjadi TKI lagi.

Dari pertanyaan itu otak saya mulai bekerja untuk membuat sesuatu yang menjadikan saya punya pengalaman. Qodarullah saya dipertemukan dengan seseorang yang menggeluti dunia bisnis kuliner, laundry dan konveksi. Dari sana mulailah sebuah diskusi seputar bisnis. Hingga akhirnya saya yang belum punya bisnis sampe sekarang juga belum punya bisnis secara mandiri ikut beberapa seminar ataupun kelas bisnis.

Dari bisnis saya mulai belajar investasi, belajar dunia saham dan tetekbengeknya. Hingga akhirnya teman saya yang memiliki usaha kuliner mengajak kerja sama. Saya setujuin. Dengan modal minim dan minimalis (uda minim, minimalis pula) saya bekerja sama dalam bentuk modal. Alhamdulillah kerja sama kami masih langgeng hingga sekarang meskipun pendapatan laba naik turun jumlahnya. Namanya usaha ya ngga bisa tetap pendapatannya, besar kecil laba asal tidak rugi itu sesuatu luar biasa.

Tidak sekedar bidang kuliner. Saya juga iku menanam modal dalam usaha laundry dan konveksi. Di sini modal saya mungkin hanya 1%. Kecil sekali jumlahnya. Dalam masa setahun saya mendapat laba beberapa kali setelah itu tidak dapat lagi. Karena kesalahan menejemen hingga hingga akhirnya laba mencapai minus (laba kok minus) kerugian pun terjadi dan akhirnya usaha ini tutup.

Dari kejadian itu saya berfikir apa yang salah, kurangnya dimana dan lainnya. Hingga tidak terasa usia bertambah(bahaya kan klo usia tambah tapi ngga nyadar). Daripada berkelanjutan akhirnya saya memutuskan untuk ridho dan ikhlas. Mungkin ini yang dinamakan menghabiskan jatah gagal.

Dari usaha kuliner saya belajar bagaimana untuk tetap hidup dalam menjalankan usaha. Saya belajar caranya berinovasi, belajar menejemen keuangan dalam usaha, belajar bagaimana mempertahankan cita rasa masakan agar pelanggan tetap mendapatkan rasa yang sama. Ilmu ini bisa saya jadikan ketika suatu hari membuka usaha kuliner sekembalinya ke tanah air beta. Aamiin

Saya juga pernah bermain di dunia saham. Saya sok-sokan bermain trading dan membeli saham bank dengan nilai nominal. Lumayan lah 10 lembar saham. Akhirnya saya jual dan mendapat keuntungan meskipun sedikit.  Setelah menjual saham-saham itu saya berhenti dalam dunia trading.

Kini saya coba inves dalam peternakan. Sebenarnya niat ini sudah lama. Tapi saya banyak mikir kalau saya buat ternak kambing mau buat kandang dimana?. Rumah saya di kampung itu kanan-kiri uda mepet rumah tetangga, belakang sudah tanah orang, ada sisa sedikit juga dibuat jemuran. Akhirnya saya urungkan beberapa lama. Lagi-lagi Allah ngasih jalan. Pas pulang kampung kemarin saya main ke rumah sepupu yang rumahnya di kampung nenek.  Nah, sepupu melihara kambing. Akhirnya niat untuk memelihara kambing saya utarakan ke Abah. Bagaimana kalau saya beli kambing terus dititipkan sama sepupu. Akhirnya Abah ngomong sama sepupu dan sepupu juga setuju. Kami pun kerja sama dengan akad mudarabah atau bagi hasil.  Lagi-lagi Allah ngasih kemudahan. Pas kebetulan sekali saat itu ada orang yang ingin menjual kambingnya 3 ekor hanya sekian juta. Baru beberapa bulan saya beli, kemarin adik saya memberi kabar kambingnya sudah beranak. Alhamdulillah semoga tambah banyak lagi. 😍😍

Jadi, jika ingin mendapat value (nilai)  lebih dari dana segar yang kita punya jangan diamkan berlama-lama dana itu mengendap di bank. Ini hanya cara investasi Wong ndeso seperti saya. 😊

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

2 Comments