Mantra Menulis Dari Butet



Terlahir dari rahim siapa, keluarga yang seperti apa tidak bisa kita pilih. Berbahagialah Butet lahir dari rahim seorang seniman yang telah melahirkan beratus karya, dari novel hingga cerita anak. Dalam tubuhnya dialiri darah seniman kondang di Indonesia. Jadi tak heran jika Butet juga mewarisi bakat ibunya. 

Butet wanita cantik berkulit putih, hidung mancung, rambut lurus, bermata bening turunan Batak dan Sunda. Dengan kecerdasan luarbiasa, pemikirannya selalu fantastis, bacaannya juga buku-buku yang menurut saya bacaan kelas tinggi, seperti filsafat dan lainnya. Lulusan ilmu hukum dari Universitas Indonesia bukan penghalang untuk membatasi diri dari imajinasi liarnya. Terbukti karya-karyanya yang sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Bahkan karyanya sudah pernah nangkring di pameran buku di Frankfurt, Jerman. 

Beberapa bulan ini Butet rajin mengirim karya-karyanya ke media massa. Karyanya jarang menerima penolakan. Saya suka kagum dengannya. Dengan karya-karyanya. Saya juga bersyukur dengan bisa menjadi salah satu murid Ibunya, menimba ilmu langsung dari penulis kondang. Bahkan buku antologi pertama saya dan beberapa lainnya juga dibidani oleh beliau. Sesekali saya juga chat dengan Butet, membahas penulisan dan buku. Tidak jarang kami juga bertukar ebook. Tapi saya selalu mengernyitkan dahi kalau Butet mengirimkan ebook berbahasa inggris. Bahasa inggris saya cukup pas-pasan. Butet hanya tertawa jika saya mengeluh minta ebook berbahasa Indonesian. Sesekali ia berkomentar, bacaan itu harus bervariasi bahasanya. Sudah baca saja hitung-hitung mengasah bahasa inggris. Katanya, sambil memasang emot bermata lope.  

Suatu hari saya minta ajarin menulis dengannya. Namun Butet malah memberi mantra ajaib yang begitu hebat menurut saya " Telan buku, kunyah terus, yang banyak, yang baik dan yang busuk, jangan berhenti, sampai muak, sampai muntah kata, bersimbah kalimat, bangun dengan satu ide, tidur dengan seribu gagasan, terus begitu sampai satu-satunya hal di kepalamu adalah kata kata kata kata kata, sampai gila tak berdaya dan satu-satunya jalan agar bisa sekedar bernapas adalah menuliskannya. Dewie DeAn
Kalau belum juga, berarti belum lakukan dua kata pertama." Begitulah mantra menulis dari Butet. Membaca dan menulis adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Jika ingin jadi penulis tapi tidak suka membaca rasanya adalah sebuah kemustahilan. 

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

7 Comments

  1. Kereeeeen \^-^/
    Baiklah.. mantra mulai saya jalankan ^^

    BalasHapus
  2. Mantranya boleh juga, salam kenalah buat Nona Butet, Mba Wie... :D

    BalasHapus
  3. iya ya. ga akan bisa menulis dengan baik klo belum jadi pembaca yg baik . terima kasih sudah menyemangati :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak Bib. Membaca dan menulis ibarat saudara kembar hehe

      Hapus