Review Film: Toba Dreams


Judul : Toba Dream

Sutradara : Benni Setiawan

Produser : Rizaludin Kurniawan

Penulis : TB Silalahi

Pemeran
Mathias Muchus
Marsha Timothy
Vino Bastian
Jajang C. Noer
Boris Bokir
Ajil Ditto

Perusahaan produksi : TB Silalahi Center

Distributor : Semesta Cinema

Dalam sebuah keluarga peran ayah sangat penting. Sebagai kepala keluarga sekaligus pendidik dan teman bagi anak-anaknya. Kedekatan orang tua dan anak dapat dibangun dengan komunikasi yang baik. Kisah antara anak dan orang tua selalu menarik diangkat menjadi sebuah film.

Salah satu film yang begitu apik dari dengan menyajikan konflik orang tua dan anak. Film Toba Dream yang diangkat dari sebuah buku karangan T.B Silalahi dengan judul yang sama. Kisah yang menceritakan pensiunan sersan T.B Silalahi (Mathias Muchus) bersama istri dan tiga orang anaknya Ronggur (Vino G Bastian), Samurung (Haykal Kamil), Taruli yang ingin kembali ke kampung halaman setelah habis masa abdinya.

Namun Ronggur tidak ingin pulang ke kampung bapaknya. Dengan alasan sudah betah tinggal di Jakarta. Sersan TB yang keras akhirnya berhasil memaksa Ronggur untuk ikut pindah ke Balige. Dari ketiga anaknya hanya Ronggur yang berbeda prinsip, keras. Sikap ini sebenarnya adalah sifat yang diturunkan sersan TB yang memiliki jiwa keras dan tegas.
Setelah beberapa lama di kampung, akhirnya Ronggur kembali ke Jakarta untuk menemui kekasihnya Andini (Marsha Timothy). Saying karena beda status sosial hubungan keduanya tidak direstui oleh orang tua Andini. Hal ini yang membuat Ronggur ingin menjadi orang kaya. Pekerjaan menjadi supir taksi pun dilakoninya dan untuk sementara waktu Ronggur menumpang di rumah temannya. Hingga akhirnya Ronggur terjebak dalam markas pentolan narkoba. Ia dijanjikan dengan bayaran yang menggiurkan. Meskipun hatinya memberontak namun pada akhirnya ia terima.

Dengan menjalankan pekerjaan haram Ronggur menjadi orang kaya. Hingga ia pun berhasil menikahi Andini dan membawanya ke kampung halamannya. Sersan TB mencurigai pekerjaan Ronggur, karena selama ini anak sulungnya tidak pernah menceritakan pekerjaannya kepada orang tuanya. Perdebatan demi perbedebatan ayah dan anak selalu terjadi. Hingga akhirnya Ronggur dan Andini hidup di Jakarta dan bertahun-tahun tidak mengunjungi ayah dan ibunya.

Hingga suatu hari, mafia narkoba menyuruh Ronggur untuk menjadi seorang pengedar dengan besar-besaran. Siapappun yang menghalangi bisnis mereka akan dibunuh. Namun Ronggur tidak mengindahkan perintah pembunuhan itu. Malah ia balik menghabisi nyawa-nyawa mafia tersebut. Hingga akhirnya berita pencarian Ronggur sampai pada ayahnya. Sementara Ronggur sudah memutuskan untuk bersembunyi di pinggiran Danau Toba.

Dari konflik ayah dan anak ini masih banyak kita jumpai di kehidupan nyata. Ayah yang terlalu keras mendidik anak-anaknya denggan anggapan anak sulung lah yang kelak akan menjadi penggatinya. Anak pertama lah yang akan membawa nama baik keluarga. Hingga pada akhirnya hubungan anak dan ayah menjadi kaku dibandingkan dengan ibu.

Peran Oppung (nenek) yang diperankan oleh Jajang C. Noer begitu apik sekali. Begitu alami. Seperti Oppung kebanyakannya di tanah batak  yang menyambut anak cucunya ketika pulang kampung. Selain aktris senior juga ada Boris (alumni stand up comedy) yang membuat film ini sedikit humoris. Ditambah lagi lagu-lagu batak yang dipilih menjadi soundtrack film yang di aransemen oleh Vicky Sianipar membuat setiap adegan film ini semakin bernyawa.

#odop #Bloggermuslimahindonesia

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »