Jalan Hijrah Part 2 : Allah Jangan Kau Cabut Hidayahmu Daripadaku


Asrama Rasa Bangsal 
Selamat datang di Malaysia. Kalimat pertama yang aku baca di Bandara Kuala lumpur. Hingga pihak human resource department (HRD) membawaku dan tiga puluh dua orang lainnya menuju asrama. Perjalanan dari bandara menuju asrama cukup membuat lelah. Dari bandara ke asrama yang akan aku huni lebih kurang sekitar empat jam perjalanan dengan menaiki bus. Sampainya di asrama lagi-lagi disambut dengan kata-kata selamat datang dan disambut oleh warden (ibu asrama). 

Asrama dengan bentuk rumah flat. Bangunan lima lantai yang terdiri dari empar blok yaitu blok A-1, A-2, B-1, B-2. Asrama ini kononnya asrama tetap untuk pekerja yang bekerja diperusahaan yang nantinya aku juga akan bekerja di sana. Rumah blok A-2-6 adalah rumah pertamaku saat di Malaysia. Cukup nyaman meskipun harus dihuni oleh sepuluh orang dalam satu rumah.  

Hari ke dua di Malaysia aku sudah masuk perusahaan sebagai status training.  Pekerja baru harus ditraining selama tiga bulan. Aku enjoy menikmatinya. Seminggu kemudian ternyata aku dan teman-temanku harus mengukuti aturan kerja.  Dari  tiga puluh dua orang dibagi dua. Satu kelompok tetap tinggal di perusahaan yang pertama kali kami masuki, sementara aku dan beberapa teman harus pindah ke perusahaan yang satunya. Perusahaannya satu bos, cuma yang membedakan perusahaan cabang dan induk. Akhirnya aku harus pindah asrama.  

Sebaik menapakkan kaki di asrama baru, sedikit kaget. Asrama yang baru tidak seperti asrama yang sebelumnya. "Ini asrama apa bangsal?" Pekikku dalam hati. Air mata mengambang di pelupuk mata teringat Abah, Ibu dan adik-adik di rumah. Asrama kononnya begitu. Tapi, lebih pantas disebut bangsal putri Karena penghuninya wanita semua. Ruma toko (ruko) yang dihuni 30 orang dalam satu ruko. Katil bujang dua tingkat berjejer tanpa sekat. Hanya bagian depan saja yang disekat oleh lemari satu pintu. Lemari minimalis milik penghuni lama yang telah mendiami bangsal putri.  Eh asrama putri. Dan kini aku sudah lima kali pindah asrama. 

Ekonomi Global Merosot Parah
Terbang ke negera tetangga dengan membawa sekantong harapan. Mengumpulkan pundi-pundi rezeki untuk bisa kuliah dengan biaya sendiri. Ketika orang menilaiku bodoh dengan alasanku bersusah payah harus jadi TKI. Padahal orang tua masih sanggup membiayaiku pendidikanku. Mungkin ada alasan yang tak bisa aku ungkap panjang lebar di sini. 

Setelah beberapa bulan bekerja, masih status pekerja training. Ekonomi dunia anjlok drastis. Tidak sekedar Malaysia saja yang menjadi korbannya. Bahkan hampir semua negara kena imbasnya. Selama yang aku tau beberapa perusahaan international di Malaysia gulung tikar Karena tidak sanggup membayar karyawan. Untung saja perusahaan ditempatku bekerja masih bisa berdiri walau kondisinya hidup segan mati tak mau.  

Seketika sekantong harapan itu sirna. Karena untuk bisa makan dan bayar hutang ke agen PJTKI saja sudah syukur. Semenjak itu pula di usiaku yang masih labil, pemikiran yang tidak terkontrol, pergaulan asal gaul. Dengan lingkungan mendukung terlebih lagi yang paling parah tidak ada siapa yang berani melarang apa yang aku lakukan. Berteman dengan berbagai manusia, jauh dari orang tua, tidak tau pula mau mengaji kemana, seakan paket komplit yang mendukung satu sama lain. 

Baju syari perlahan menjadi kaos yang ukurannya lebih kecil dari biasa, jilbab lebar menutup dada berganti jilbab biasa dan kain menerawang pula. Lama kelamaan aku berani pula melangkah keluar asrama tanpa menggunakan jilbab. Keadaan futur menggerogoti keimananku. Keistoqomahan yang aku gaung-gaungkan sudah tidak bergema lagi seperti dulu. Itu Keadaan terlemahku, begitu hina rasanya. Hidayah yang aku agung-agungkan untuk tetap istiqomah ternyata jebol tak terbendung Karena pergaulan. Tidak ada yang mengingatkan satu sama lain. Semua serba siap lu, siapa gue.

Aku sendiri bergelut dengan hati dan pikiran yang berkecamuk. Ingin kembali seperti saat aku mendapat Hidayah Allah saat sekolah dulu.  Sering menangis sendiri, tapi tak kunjung berubah juga seperti semula. Hingga akhirnya aku bertemu dengan pengajian yang sama persis dengan pengajian yang aku ikuti saat sekolah. Aku... datang dengan memakai celana olahraga, kaos dan jilbab seadanya. Duduk mendengar kajian. Seketika aku ingat dan aku seakan melihat diriku yang dulu. Diriku saat duduk dalam kajian di mushola sekolah dengan telanjang kepala.  Mulai saat itu aku mulai berbenah mencari aku yang pertama kali menginjakkan kaki di Malaysia. Hingga saat ini semoga istiqomah. Benar sungguh obat hati untuk tetap terjaga dan bersemangat harus duduk dan berkumpul dengan orang-orang yang selalum mengingatkan dalam kebaikan. 

Jika hari ini aku terlihat bahagia, sebenarnya aku sedang melawan masa lalu yang tak begitu indah. Yang hampir merosotkan keimananku. Aku takut hidayah Allah pergi dariku. Jika hidayahnya perlahan memudar dari diri ini bearti Allah murka, mengeraskan hati ini, membiarkan segala maksiat terus berkembang tanpa peduli hingga menggantarkan orang tua ke bibir neraka.

"Jika tidak bisa menghadiahkan surga ekslusif kepada orang tua jangan pula menyeretnya ke jurang neraka."

Mungkin bagi sebagian orang setiap masalah yang buat dilema, putus asa adalah Keadaan yang paling rendah dan lemah. Tapi, bagiku semua itu hanya sebuah ujian. Ujian untuk membuat lebih baik lagi. Dan bagiku titik terlemah seseorang ketika ia menghamba dengan perasaan penghambaan yang sesungguhnya. Ketika bersujud kepala dan bumi sejajar saling bersentuhan untuk menghambakan diri kepada-Nya. Ini lah titik terlemah yang mampu menguatkan. 

**** 
Mungkin kisah ini biasa saja.  Sekedar curhatan atau ada yang menganggap sebuah aib sendiri yang dibuka tabirnya kepada publik. Tapi, lagi-lagi bagiku ini sebuah kisah yang harus aku bagi. Bahwa untuk mencapai titik ini ada balutan, lembaran kisah masa lalu yang tidak terlihat, atau samar-samar. Semoga ada ibroh yang baik dari sekelumit cerita hijrhaku. Dari mendapat Hidayah, futur dan akhirnya bangkit lagi. 


  
  







Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

3 Comments

  1. huwaaa... udah dua kisah hari ini yan membuat aku berasa mau nyari bahuuu yanh lebarrr selebar lebarnya..., terimakasih atas kesediannya berbagi kisah yang sungguh luar biasa ini mba Dewie, sangat inspiring ;)

    BalasHapus