Datang Tampak Muka, Pulang Tampak Punggung



Sepuluh tahun lalu sebuah perjalan takdir telah membawaku ke negeri Petronas, Malaysia. Negeri dengan segudang cerita buruh migran. Bukan tanpa maksud Aku melangkahkan kaki ke negeri jiran yang bertetanggaan langsung dengan negeriku tercinta. Maksud dan tujuanku ke Malaysia untuk bekerja. Ya, bekerja. Bukan sekedar suka-suka, jalan-jalan.

Dari Indonesia melalui sebuah PJTKI resmi yang ada di Kota Medan Aku diberangkatkan. Perasaan sedih karena akan berpisah oleh keluarga. Dengan pengalaman minim soal kerjaan. Karena saat itu Aku masih baru tamat sekolah. Ketika teman-teman seangkatan merayakan euforia masuk kampus kebanggaannya, Aku sudah terbang melampaui negara untuk menjadi buruh migran. Sebuah takdir yang tidak pernah Aku cita-citakan sebelumnya.  Tapi, jalan cerita Tuhan selalu tidak dapat ditebak.

Dari PJTKI Aku ditempatkan di sebuah perusahaan bernama Carsem.sdn.bhd yang bergerak dibidang semiconductor.  Salah satu perusahaan yang terbesar di Ipoh Perak. Ipoh Perak merupakan salah satu wilayah bagian dari Malaysia. Di perusahaan ini pertama kali pengalaman kerja Aku dapatkan. Tidak tanggung-tanggung pertama kali diperkenalkan di bagian produksi dengan mesin yang berukuran besar dengan suara mesin yang menderu-deru menendang gendang telinga. Seraya Aku yang minim pengalaman tak kuasa menahan antara takut dan haru. Takut tidak bisa mengerjakan apa yang akan menjadi tugasku dan haru bisa bekerja di perusahaan sebesar ini meskipun hanya sekedar buruh.

Di sini Aku banyak belajar, banyak diberi pengalaman. Tidak sekedar soal kerjaan semata. Melainkan lebih dari itu. Pengalaman tentang management-management perusahaan kelas international. Tentang etos kerja yang luarbiasa. Pengalaman bagaimana menghadapi bos yang luarbiasa baik sampai bos luarbiasa galak dan gilanya. Tentang bagaimana mengejar target. Bagaimana menghadapi customer yang berkunjung untuk sebuah audit. Di sini, di tempat ini lah aku dapatkan.

Selama sepuluh tahun belakangan ini. Di perusahaan ini Aku mengumpulkan pundi-pundi materi untuk mengisi periuk nasi, sedikit simpanan dan membantu keluarga. Membiayai pendidikanku yang sempat aku simpan rapi dalam laci hati. Di sini Aku belajar suka duka di perantauan. Bertemu teman-teman dari negara berbeda. Membaur satu sama lain.

Kini selama sepuluh tahun tugas itu sudah purna. Sudah selesai. Telah Aku jalankan dengan suka sesekali duka. Soal duka, ini soal biasa. Hanya kerikil-kerikil kecil yang datang untuk menempahku agar bisa berdiri lebih tegak. Aku datang dan kini tiba saatnya untuk kembali. Untuk melanjutkan takdir di negeri sendiri. Terimakasih sudah menerima, mengajarkan, memberi pengalaman, menciptakan tawa dan sesekali meneteskan air mata.

Mungkin dulu saat datang Aku tidak begitu betah. Tapi, saat ini sudah sepuluh tahun berlalu. Tempat ini sudah bagaikan rumah. Negara ini sudah tidak ada bedanya seperti negaraku sendiri. Negara yang perlu Aku hormati karena telah membuka tangan untuk Aku mencari rezeki di tempat ini dan menciptakan segudang cerita dengan latar negara Malaysia.

Pepatah mengatakan "Datang tampak muka, pulang tampak punggung." Datang dengan baik-baik maka pulanglah dengan baik pula.

Catatan Lama:
14 September 2018,Ipoh Perak, Malaysia
Dewie Dean

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »