Di pinggiran Danau Toba ada sebuah desa kecil. Desa yang tidak banyak penduduknya, dengan mata pencarian bertani. Salah satu warga desa tersebut hanya memiliki satu anak perempuan. Sudah beranjak perawan. Di usianya sudah mengenal cinta
Nama anak perempuan itu Seruni. Gadis cantik jelita, bermata indah. Berambut ikal, kulit kuning langsat, hidung mancung dan tinggi semampai. Sangat sempurna. Siapapun yang melihat Seruni pasti jatuh cinta.
Seriuni remaja ada pria yang mendekatinya. Lelaki tetangga desa namun sawah yang mereka garap berdekatan. Setiap hari mereka makan bersama. Akhirnya tumbuh benih-benih cinta. Diam-diam mereka menjalin kasih. Satu-satunya saksi cinta mereka adalah Si Toki. Anjing kesayangan seruni yang kemanapun Seruni Toki selalu mengikutinya.
Jalinan kisah itu semakin serius. Kekasih Seruni hendak melamarnya. Namun Seruni masih takut kepada ibu dan bapaknya atas hubungan mereka.
"Abang serius denganmu. Abang tidak ingin hubungan kita begini saja. Bagaimana kalau abang menemui bapak dan ibumu?" Lelaki itu mulai bertanggung jawab dengan ucapannya.
"Tidak usah menemuai orangtuaku dulu, bang" Seruni mengibah pada kekasihnya.
Hati Seruni mulai tidak enak. Tawaran perjodohan orangtuanya teringat kembali. Kata-kata tegas bapaknya berlegar di telinga. Seakan langit kelam akan runtuh menimpanya.
Tidak mungkin Seruni menikahi sepupunya. Lelaki angkuh yang bodoh. Karena harta orangtuanya saja dia bisa berlagak sombong. Namun isi otaknya tidak ada apa-apanya, dibandingkan pemuda desa yang menawan hatinya.
Saban hari pikiran itu terus mengganggunya. Di satu sisi hatinya sudah jatuh bahkan rebah pada lelaki pilihannya. Di sisi lain ada perjodohan antar keluarga. Jika ditolak bisa merusak nama baik keluarga. Seruni bagai makan buah simalakama.
***
Terdengar di seluruh kampung lelaki yang hendak dijodohkan oleh Seruni sudahpun kembali ke desa. Perawan-perawan di desa berbisik-bisik. Tidak ketinggalan para ibu-ibu dan bapak-bapak. Tapi, tidak dengan Seruni. Hatinya terus menolak.
Seruni semakin tidak tenang. Pikirannya kacau. Hendak lari, tapi tidak tau lari kemana. Ingin lari dengan pacarnya?. Maka akan menambah permasalahan baru. Pikirannya kusut. Susah diurai.
Akhirnya Seruni pergi ke danau Toba. Berlari sekuat tenaga. Membawa sesak yang harus dilepaskan. Sebelum hal-hal yang tidak diinginkan tiba tepat di depan mata. Si Toki terus mengikuti Seruni berlari. Teman paling setia ketika semuanya egois dengan keinginan hati mereka tanpa memikirkan hati yang lain.
Di tepian Danau Toba, Seruni menangis sejadi-jadinya. Meratapi nasibnya. Ombak-ombak kecil yang bekejaran seakan tidak dihiraukan lagi. Pasir putih yang berkelap kelip tidak menyilaukan matanya yang penuh air mata. Ikan kecil yang berenang lucu tidak dapat menghiburnya. Pikirannya kacau, hatinya bimbang dan remuk. Kenapa cinta harus dipaksa?. Bukankah cinta itu keikhlasan?. Segala tanya singgah di benaknya yang kusut bak benang.
Akhirnya Seruni mendapat ide yang saat itu dianggap sebagai jalan penyelesaian masalahnya. Cepat-cepat dihapus air mata yang terus menetes seperti getah pohon karet. Lantas Seruni pulang menemui orangtuanya.
Di lihat rumahnya masih sunyi. Ibu dan bapaknya belum pulang dari ladang. Ladang itulah harta paling beharga yang mereka punya. Di situlah lumbung pencarian mereka.
Dari kejauhan Seruni sudah melihat bapak dan ibunya berjalan menuju rumah. Seruni menarik napas untuk menyusun kata-kata yang akan disampaikan kepada orangtuanya.
"Bu, pak ini sudah aku buatkan minuman sama cemilan ubi goreng kesukaan bapak" Seruni menyuguhkan dua gelas teh manis dan sepiring ubi goreng yang sengaja dimasaknya untuk menyambut ibu dan bapaknya pulang dari ladang.
"Aih.. Anak perawan ibu. Sudah mau menikah, semakin rajin" ibu seruni memuji-mujinya.
Dalam hati seruni sedang bergemuruh. Kata-kata yang ada dalam pikirannya terus meronta untuk dilontar. Namun Seruni tidak ingin gegabah.
"Itu sepupu yang mau dijodohkan sama kamu, sudah pulang dari kota. Anaknya ganteng, pantes sama kamu, cantik" bapak Seruni membuka pembicaraan.
"Iya, dia sudah nampak beda banget selama tinggal di kota. Wajahnya bersih, penampilannya bagus. Pemuda sini ngga ada yang seperti dirinya. Beruntung kamu bisa memilikinya nanti" ibu Seruni menimpali.
Seruni tidak dapat menutupi perasaannya. Kata-kata yang tadinya masih dalam kepala kini berlompatan keluar dari mulutnya.
"Bu, pak. Seruni ingin ngomong sesuatu." Suasana jadi hening seketika. Bahkan suara angin yang berhembus tidak terdengar.
"Ngomong apa?" Bapak Seruni menanggapi ucapan anaknya.
"Sebenarnya Seruni sudah punya lelaki pilihan dan lelaki itu bukan sepupu yang emak jodohkan ke Seruni" dengan suara bergetar dan sedikit terbata-bata Seruni mengutarakan isi hatinya.
Bapaknya lantas berang. Laki-laki mana yang berani mendekati anaknya. Kenapa selam ini ibu dan bapaknya tidak tahu.
"Siapa laki-laki itu?! Jika kamu menggagalkan rencana ini, sama saja kami sudah merusak nama baik bapak"
Seruni hanya bisa menangis mendengar kata-kata bapaknya. Kembali berkecamuk pikirannya.
"Jika seperti ini. Laki-laki pilihan bapak ataupun laki-laki pilihan Seruni yang bisa menikahi Seruni kecuali memenuhi syarat" dalam isaknya Seruni mengajukan syarat.
"Syarat?. Syarat apa?"
"Yang bisa membuat tumpukan batu-batu sungai sebanyak mungkin akan menjadi suamiku"
Seruni yakin lelaki pilihannya yang akan menang karena lelaki Yang hendak dijodohkannya orang yang bodoh dan pembosan. Karena untuk membuat tumpukan batu-batu sungai butuh konsentrasi tinggi dan kesabaran.
*******
Akhirnya sayembara dilaksanakan. Dua lelaki beradu menyusun batu. Dari pagi hingga esok paginya. Kekasih hari Seruni sudah membuat begitu banyak batu tumpukan. Lelaki yang hendak dijodohka tertinggal jauh. Hatinya mulai panas. Tidak ada laki-laki lain yang boleh mendapatkan Seruni kecuali dirinya.
Akhirnya saat penghitungan tumpukan-tumpukan batu Yang dibuat. Lelaki yang akan dijodohkan tidak terima. Ia mengacak-acak semua tumpukan batu yang telah dibuat oleh kekasih Seruni.
"Tidak ada yang boleh menikahi Seruni, kecuali aku!" ucap laki-laki itu lantang sambil memukul dadanya.
"Aku hanya ingin menikahi pemenang dari sayembara ini" Seruni menjawab tegas.
"Tidak bisa! Jika kamu masih pada keputusanmu sawah orangtuamu yang diberikan dari keluargaku, akan kami ambil kembali"
Langit tiba-tiba mendung. Hati Seruni berkecamuk, air matanya runtuh, jiwanya terguncang. Jika sawah-sawah itu diambil, keluarga mereka harus menggarap apa?. Itu harta satu-satunya yang mereka punya. Segala kebutuhan hidup dari sana.
Akhirnya seruni tidak tahan lagi. Seruni lari ke tepian Danau Toba. Si Toki mengikutinya. Saat berlari Seruni terperosok dalam lubang besar yang dihimpit batu besar. Si Toki menggonggong. Orang-orang kampung mencari Seruni namun tidak ketemu. Lubang itu cukup dalam dan gelap. Namun, dari dalam terdengar suara seruni dengan perkataan "batu parapat... Batu parapat... Batu parapat.... " akhirnya batu itu merapat dan Seruni kekal abadi di dalamnya.
Ketika ke Danau Toba banyak sekali orang yang ingin melihat batu gantung. Batu gantung yang dibawahnya tanpa penyangga dan itu dipercayai adalah gadis desa bernama Seruni yang masuk ke dalam lubang dan akhirnya kekal menjadi batu.
Cerita ini dari legenda batu gantung Danau Toba namun cerita ini diimprovisasi untuk memenuhi tantangan ODOP.
#Tantanganodop
Selain ceritanya menarik, tulisan juga rapi no typo 👍
BalasHapusTerimakasih sudah sudi membacanya, Mba 🙂
HapusRapu tulisannya.
BalasHapusEh iya, hampir sama, di Nganjuk juga ada tapi namanya "Watu Gandul"
Terimakasih sudah mampir di sini mba 🙂
Hapus