Revolusi Mental yang Tidak Revolusi.


Jika teman-teman main ke kota kelahiran saya di Tebing Tinggi, lantas ke pusat kota dan ke Srimersing maka akan melihat Taman Revolusi Mental seperti pada gambar. Ya, taman itu letaknya di Srimersing Kota Tebing Tinggi. 

Beberapa teman dari luar daerah ketika saya ajak atau melewati atau melihat taman ini akan berujar "Wah... Kota Tebing ini Jokower banget ya" begitulah kata-kata yang akan keluar dari ocehan mereka. Lantas saya hanya tertawa.

Tapi, saya bukan ingin membahas masalah Taman Revolusi Mental. Atau membahas Walikota Tebing Tinggi dan jajarannya serta semua PNS Tebing Tinggi Projo atau bukan. Bukan itu yang ingin saya bahas.

Tepatnya malam rabu kemarin. Setelah saya dan seorang teman saya makan di area kantor pos. Akhirnya kami ingin jalan-jalan berkeliling Srimersing untuk mengenalkan ini loh Kota Tebing Tinggi kepadanya. Kebetulan teman saya ini orang dari luar daerah dan baru pulang dari luar negeri. 

Jam masih menunjukkan pukul 18. 40 WIB. Kami menyisir jalanan seputaran Srimersing. Kaki melangkah baru sampai depan tugu 13 Desember sekitar air pancur.  Di deretan pakiran becak yang lagi ngetem menunggu sewa. Ada segerombolan anak-anak yang usianya 10-13 tahun. Iya segerombolan, mungkin jika dihitung ada 15 orang.  Anak-anak laki-laki dan perempuan. 

Anak-anak tanpa pengawasan orangtua pastinya. Satu dua memanggil kami "ibu cantik kali ya." Namun tidak kami ambil pusing. Tetapi mata saya tertuju dengan anak-anak yang saling rangkul antara laki-laki dan perempuan. Saling peluk laki-laki dan perempuan. Dengan bangganya mereka berphoto dengan mesranya. Barangkali mereka bangga bisa photo dengan idola atau pacara mereka.

Akhirnya kami tidak jadi untuk keliling Srimersing. Duduk sebentar di Taman Revolusi Mental. Lantas pindah ke pijak batu. Dari pemandangan yang baru kami lihat sekelompok cerindil basi (anak-anak)  yang tanpa pengawasan orangtua saling peluk dan rangkul antara laki-laki dan perempuan. Ternyata bukan bualan/pepes kosong belakang. Barangkali yang selama ini hanya mendengar kenakalan remaja. Pergaulan anak-anak di bawah umur yang melampaui batas nyata adanya.

Beberpa bulan lalu juga heboh video anak SMP yang saling cium di depan umum.  Tanpa adanya rasa malu. Jika diperhatikan wilayah kejadian juga di area Srimersing.

Jika begini mental yang mana yang direvolusi?. Rasanya jargon revolusi mental tidak relevan pada kenyataan. Dan di dekat taman revolusi mental banyak mental-mental sampah. Mental perusak. Orangtua yang abai dengan anaknya. Masak sih anak-anaknya yang seusia segitu dibiarkan berkeliaran di tengah kota tanpa pengawasan. Bergerombol saling peluk dan rangkul dengan lawan jenisnya.

Jika teman-teman, bapak, ibu yang selama ini hanya dengar kenakalan remaja. Anak-anak yang di bawah umur dengan lawan jenis saling peluk, saling rangkul tidak ada batasan. Semua itu nyata adanya. Menurut saya ini pintu gerbang kemaksiatan. Pintu gerbang sex bebas. Jadi jangan heran jika ada siswa lulus SD, lulus SMP langsung bersalin. 

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »