Hari Buku, Renungan Dan Pertanyaan-Pertanyaan Kurang Ajar


Sumber gambar stocksnap.io


Selamat hari buku.

Buku apa yang sudah kamu baca hari ini?.

Seharian ini ramai dengan dua kalimat itu di grup dan timeline facebook. Sejenak aku bembatin. Oh ini hari buku. Sebenarnya saya tidak lah mengingat hari buku. 

Berbicara hari buku langsung saya teringat. Saya sudah membaca apa hari ini? Bagaimana dengan buku-buku yang saya punya? Sudahkah mereka saya baca semua?. Pertanyaan demi pertanyaan bermunculan. 

Beberapa tahun belakangan ini membeli buku begitu menggebu. Saya selalu saja membeli buku ketika banyak diskon. Seakan orang yang sedang lapar. Tapi, dari sekian banyak buku yang saya punya belum semua yang saya baca. Sungguh ini sebuah perlakuan yang tidak adil. Tapi muncul pembelaan dalam diri. Nanti juga akan saya baca. Lantas timbul pertanyaan lagi "apa iya?." 

Ada terbesit dalam hati akan segera membaca buku-buku itu satu persatu. Toh buku yang kita beli jika tidak dibaca akan meminta pertanggung jawaban di akhirat kelak. Begitu lah katanya. Karena apapun yang kita beli semua akan dipertanggung jawabkan. Sebuah pernyataan monohok. 

Minat Baca

Sebelum jauh melihat minat baca orang lain. Sebuah pertanyaan singgah dengan elegan. Sudah seberap besar minat baca saya? Sudah berapa banyak buku yang saya baca?. Saya terdiam sejenak. Hampir tidak menemukan jawaban. Malah yang datang sebuah pernyataan yang monohok 'jangan-jangan kamu hanya seorang kolektor, memenuhi ruangan atau rumah dengan buku-buku tapi sedikit sekali membacanya.' Sungguh ironis jika begitu. Tapi, rasanya minat baca saya tidak seburuk itu. Setiap hari saya masih melahap abjad demi abjad yang terangkai menjadi sebuah bacaan yang bergizi. Bacaan yang di dalamnya menyajikan ilmu untuk mengisi gagasan-gagasan dan pengetahuan dalam otak. Setidaknya itu sebagai benih-benih untuk meningkatkan lagi ragam bacaan agar tidak itu-itu saja buku yang saya baca.

Sudah Seberapa Cinta Dengan Buku? 

Semakin kesini pertanyaan yang muncul makin kurang ajar saja rasanya. Saya seperti terpojokkan. Susah sekali untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Jadi teringat sebuah buku novel atau buku cerita yang terbilang tipis. Buku tersebut bersampul hijau, dan buku-buku yang tertumpuk membentuk manusia yang sedang membaca buku. Buku itu berjudul Rumah Kertas ditulis oleh Carlos Maria Dominguez. Carlos kelahiran Argentina dan tinggal di Monteviedo, Urugay. Dalam bukunya Carlos memceritakan tokoh 'aku ' yang begitu gila terhadap buku, seorang bibliofil yang misterius. Jika penasaran dengan buku ini beli saja buku dengan judul 'rumah kertas." 

Dari buku itu saya berfikir ada orang yang begitu cintanya dengan buku. Sehingga dinding rumahnya pun terbuat dari buku, buku yang tersusun hingga ke bumbung rumah, sekat-sekat rumah ruangan satu dengan lainnya juga dipisahkan dengan buku. Bahkan dalam toilet juga dipenuhi buku. Sambil membuang hajat tangan tidak terlepas dari yang namanya buku. Sungguh luar biasa sekali. 

Mungkin jika kecintaan buku sampai pada tahap itu rasanya saya belum sampai sana. Jika seorang sastrawan atau penulis-penulis yang refrensinya sudah mencapai ribuan buku pasti hanya menilai saya sekedar hobi belum tahap mencintai. Bahkan saya tanpa sadar masih menjahati buku. Dengan melipat ujung buku. Bukankah melipat lembaran buku adalah sebuah kejahatan.

Masih Kah Ingin menulis Buku-Buku? 

Lagi-lagi pertanyaan yang seakan-akan ingin menyentil dan menyindir pribadiku. Kurang ajar sekali pertanyaan ini bukan?. Sungguh saya tercekat cukup lama. Melihat folder laptop yang terang benderang. Di sana ada beberapa file yang isinya naskah-naskah setengah masak atau mentah sama sekali. Saya memandangi naskah-naskah itu. Mencari jawaban yang agar tidak terlalu baper dengan pertanyaan di atas. Tapi, lagi-lagi gagal. Saya belum mampu menjawab. Ingin menulis buku, sementara naskah mangkrak juga tidak terjamah. Bank naskah yang juga sudah lama tidak terisi. Barangkali jika itu sebuah ruang seperti kamar sudah ditumbuhi lumut, sarang laba-laba dan rumah-rumah tikus di sana. Dengan memaksa diri; Saya harus nulis!.

Tidak lama kemudian pertanyaan selanjutnya mendesak. Seakan dua pertanyaan ini sudah lama sekali mengantri. Menunggu giliran untuk masuk dalam pikiran saya. Apakah tulisan di 14 buku antologi yang kamu tulis sudah bermanfaat?. Jleb...!!! Sakit. Sakit sekali. Bagai pedang Kakang Kamandanu menancap di ulu hati. Tapi saya tidak boleh pongah. Benar lah pertanyaan itu. Ia menyadarkan saya, bahwa pernah menulis dan dibaca orang banyak. Apakah itu memberi manfaat kepada pembacanya?. Bisa jadi manusia berat amalannya karena tinta yang ia tuliskan bermanfaat untuk orang lain dan sebaliknya. Saya hanya menjawab 'semoga saja tulisan-tulisan itu memberi hikmah dan manfaat kepada pembacanya.' Hanya itu yang bisa saya katakan untuk menjawab pertanyaan yang mendesak untuk dijawab.

Sungguh di hari buku ini saya banyak merenung atas pertanyaan-pertanyan yang kurang ajar yang tiba-tiba memenuhi isi kepala. Dan di hari buku ini saya hanya membaca sepuluh lembar saja. Selebihnya saya tidur karena rasa ngantuk yang mendera sehabis dinas malam. Sungguh alasan yang diciptakan dengan sempurna.

Selamat hari buku untuk semua. Tetap mencintai buku-buku. Kuatkan semangat membaca agar ruang-ruang kosong dalam otak terisi dengan ilmu-ilmu bermanfaat.  









Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

2 Comments

  1. yeaaaayy... aku main ke sini lagi.. ^_^ iki judule, catatan panjang tentang buku-buku... :D bukumu akeh men yu, aku tumbas limo free telu yoo? hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yeaaa akhirnya dikunjungi sedulur. Semacam tjurhat 😂

      Woke tumbas limo gratis telu tapi buku tulis hahaha

      Hapus