Sekarang banyak sekali bidang-bidang yang dikembangkan. Ini guna untuk kita dapat melakukan lebih banyak berbagai kegiatan dan memanfaatkannya. Terutama anak-anak muda saat sekarang Ini.
Namun banyak anak muda yang mengabaikan hal itu. Paling ketara mereka lebih banyak menghambur-hamburkan uang daripada bagaimana menciptakan uang atau menghasilkan uang di usia muda. Ada pun anak muda yang mengambil kesempatan untuk memulai bagaimana menciptakan atau menghasikkan uang, namun ini jumlahnya amatlah sedikit. Apalagi kalau dilihat belum banyak anak muda yang peduli dengan investasi. Padahal investasi sangat penting dipelajari dan dilakukan dari sejak usia muda.
Selama merantau di Malaysia membuka mata saya tentang perencanaan keuangan. Bagaimana saya harus menggunakan uang, kapan harus mengeluarkan dan sebarapa banyak yang harus saya simpan. Di Malaysia sendiri sejak usia belia sudah tidak asing dengan nama-nama investasi dan segala jenis istilah dalam investasi. Dari sana saya tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang dunia investasi.
Dari info-info serta penjelasan beberapa teman akhirnya saya memutuskan untuk memulai investasi. Dengan tujuan saya ingin bebas financial di usia 40 tahun. Saya ingin di usia 40 tahun sudah mapan secara financial. Jika saya menikah biaya anak, pendidikan anak dan kebutuhan lainnya tidak mengkhawatirkan lagi. Loh itu kan tugas suami?. Benar itu semua adalah tugas kepala rumah tangga. Syukur-syukur dapat suami yang mapan dalam keungangan, Jika tidak?. Tidak ada salahnya jika membantu keuangan keluarga.
Dari sana saya berfikir untuk mencoba investasi. Investasi pertama yang saya ambil adalah reksadana. Dengan membeli beberapa saham bank dengan minimal pembelian. Dengan jangka waktu tertentu saya jual. Setelah saya menjual saham yang saya punya. Barulah saya bercerita dengan orang tua bahwa saya bermain reksadana. Namun orang tua melarang dengan berbagai alasan. Akhirnya investasi reksadana tidak saya lanjutkan. Padahal saat itu saham bank yang saya beli lagi membaik. Bahkan ketika saya menjual saham tersebut saya memperoleh keuntungan 4x lipat dari harga pembelian.
Setelah tidak bermain di reksadana, saya mencoba berinvestasi di usaha bidang kuliner, konveksi dan laundry. Di sini dengan sistem bagi hasil (deviden). Hasilnya cukup lumayan, tapi buat jantungan. Apalagi dalam dunia bisnis kuliner sangat menjamur, persaingan terlalu ketat, jika tidak pandai berinovasi maka usaha akan lenyap, modal hilang dan kerugian adalah momok bagi usahawan benar-benar nyata. Tapi, Alhamdulillah kuliner tempat saya menanam modal cukup stabil meskipun ada sesekali mengalami penurunan hasil. Begitu juga dengan konveksi. Jika tidak ada pasar yang bagus bisa jadi modal kita tidak bergerak dan keuntungan pun tidak di dapat. Alhamdulillah konveksi dimana saya menanam modal cukup bagus pasarnya. Tapi, ada satu kejadian yang membuat saya jera akhirnya dengan perlahan saya mundur dari dunia konveksi dan laundry.
Dari situ saya belajar bagaimana investasi emas. Emas punya nilai yang cukup baik dan stabil. Namun harganya yang wow syekali saya harus membelinya dengan sedikit demi sedikit.
Saat ke Jogja beberapa bulan lalu saya tinggal selama 4 hari di desa Playen - Gunungkidul. Selama di sana saya memperhatikan aktivitas warga, rumah-rumah warga dan sebagainya. Yang menarik perhatian saya, setiap rumah pasti memiliki ternak lembu ataupun kambing. Saya berfikir ini cara orang desa berinvestasi. Dari ternak dalam jangka waktu tertentu berkembangbiak dapat dijual dan tentunya menjadi penghasilan.
Dari sana, saat pulang ke kampung saya berniat untuk membeli kambing. Namun, di rumah saya tidak cukup lahan untuk membuat kandang dan lain sebagainya. Akhirnya saya berfikir saudara-saudara di kampung banyak banyak yang berternak kambing. Akhirnya saya diskusi untuk investasi kambing ke saudara saya dengan sistim bagi hasil (mudarabah). Jika kambing saya beranak 2 maka anaknya untuk saya dan satu lagi untuk yang menjaganya. Jadi tidak ada yang dirugikan. Hasil bagi 2 dan resiko ditanggung bersama.
Untuk mencapai bebas financial di usia 40 tahun. Saya membuat investasi-investasi yang hasilnya dapat dinikmati juga dalam jangka panjang.
Jadi, selagi masih Jomblo (sendiri) masih muda tidak ada salahnya untuk berinvestasi dalam jangka panjang. Agar financial tetap terjamin jika kita sudah menyiapkannya dari sekarang.
#odop #bloggermuslimahindonesia