"What is your name?" Tanyaku. Ia tetap tersenyum tanpa sepatah kata pun.
"What is your name?" Tanayaku lagi. Lagi-lagi ia hanya tersenyum dan berlalu pergi. Aku melihat punggungnya menjauh dariku. Ia bermain-main di pelataran mesjid dengan begitu bahagianya. Aku memperhatikan dari jauhc sambil duduk di tepian danau buatan, melihat ikan, kura-kura.
"Hai..." sapa gadis cilik bermata bening. Aku kaget tiba-tiba ia sudah berada di sampingku dan menyapaku dengan suara yang hampir tak terdengar.
"Hai..." Aku tersenyum.
"What is your name?" Aku menanyakan namanya lagi. Lagi-lagi ia hanya diam dan tersenyum.
"Siapa nama kamu?" Kali ini aku menanyakannya dengan bahasa Indonesia. Namun tetap sama. Ia hanya diam dan tersenyum. Tanpa sepatah kata pun yang keluar dari bibir mungilnya.
Aku pun ikut tersenyum meski pun sedikit bingung dengan sikap gadis kecil di sampingku. Ia melempar batu-batu kecil ke dalam danau. Sesekali ia menyentuh tanganku untuk melemparkan batu kecil ke dalam danau. Aku pun ikut gerakkannya.
"Meena... Meena..." wanita separuh baya sedekit berteriak. Dengan agak cemas lantas menghampiri Aku dan anak kecil di sampingku.
"Ummi cari kat dalam mesjid rupa-rupanya Meena kat sini" ucap ibu yang menghampiri kami berdua. Lantas anak kecil itu memeluk umminya dengan manja. Aku tersenyum.
"Siapa nama dia?" Aku memberanikan diri bertanya nama anak kecil itu kepada umminya. Aku sedikit kurang yakin kalau itu Ummi kandungnya. Wajah mereka begitu berbeda. Anak kecil di hadapanku lebih berwajah Arab sedangkan sang Ummi kental dengan wajah Melayu.
"Nama dia Ameena. Kami memanggilnya Meena. Ia bisu tidak bisa bercakap" wanita itu menjelaskan. Ia anak Syiria yang kehilangan ibu dan bapaknya saat perang di Syiria. Benar saja dugaanku tadi bahwa ia bukan anak dari ibu ini. Bearti tidak suudzon firasatku tadi. Di balik wajah ceria bocah kecil ini, di balik lengkungan senyumannya ada duka yang begitu memilukan. Seketika mataku mengembun. Mereka berlalu pergi menuju mesjid.