Saat mengemas tas sandang deg...passportku tidak ada dalam tas. Aku mengingat-ngingat dimana meletakkan benda penting itu. Aku cari di dalam backpack tidak ada, aku bongkar koper yang sudah aku susun rapi juga tidak ada. Aku terus mengingat-ingat dimana meletakkannya. Karena sehari sebelumnya aku sempat jalan-jalan dengan Aa Sarmen, Uge dan Ain. Lantas baru teringat saat pulang dari Lodging Maribaya kami diguyur hujan deras. Aku menitipkan passport ke dalam jok motor Aa Uge. Saat pulang kami berpisah di warung surabi imut dan Aku lupa mengambil dari jok motornya. Dasar kebiasaan lupaku membuatku kalut.
Aku raih handphone yang masih di charge. Aku hubungi Uge namun tak dijawab, Aku whatsapp juga tak berbalas. Lalu Aku coba menghubungi Aa Sarmen hasilnya juga sama nihil telephone dan pesan whatsapp juga tak dijawab. Rasanya pengen nangis. Membayangkan kalau Uge tidak membaca pesanku. Sementara jam 8 pagi Aku harus bergerak untuk dari kamar homestay yang aku sewa semalaman untuk menemui seorang teman.
Sambil merapikan lagi barang-barang yang sudah Aku bongkar Uge menelphoneku. Rasanya dapat telephone dari Uge seperti dapat telephone dari Rangga yang sudah menghilang tanpa kabar. Lantas Aku raih handphone yang bertengger di atas tempat tidur.
"Aa, my passport di dalam jok motor," Aku langsung nyerocos sampai lupa mengucapkan salam
"Ngapunten, Teh. Abdi lupa" jawabnya diujung talian
"Iya, Aku juga lupa, Aa. Aa sekarang dimana?"
"Masih di Dago, Teh. Nanti teteh share lokasi hostelnya. Nanti saya hantar ke Pasir Kaliki"
"Aku tunggu ya, Aa. Jangan lama-lama Soalnya Aku harus ketemu teman lagi" jawabku sambil sedikit memohon. 20 menit kemudian Aa Uge dan Aini sudah berada di depan hostel tempatku menginap.
"Syukur lah Aa. Aku sudah tenang kalau passports ini sudah ada ditangan" sambil menerima bungkusan yang berisi passports
"Ngapunten ya Teh"
"Iya sama-sama,Aa. Sekali lagi terimakasih loh sudah direpotkan dan diburu-buru ngantarkan passport" Aku merasa berdosa karena pagi-pagi sudah merepotkan orang lain. Tapi bagaimana lagi. Itu dokumen penting dan sebagai nyawaku untuk bisa kembali ke tanah rantau.