Terlempar ingatan jauh ke dalam masa belasan tahun lalu. Masa dimana Aku masih bisa mencium tanganmu yang darinya tercipta segala jenis aneka masakan. Masakan yang rasanya mengalahkan chef hotel terbaik dibelahan dunia mana pun. Meskipun orang-orang kata orang hanya sekedar masakan sederhana, menu kampung. Tapi, bagiku itu menu terlezat tiada tandingan.
Di sini Aku tidak pernah menemukan santapan yang lezatnya seperti yang ibu masak dulu. Dulu aku suka memintamu untuk memasakan menu kesukaanku. Di sini Aku berjuang untuk menyiapkan segala yang aku butuhkan. Harus rela pasang badan dari pagi hingga siang atau pagi lagi.
Di tanah rantau ini aku digembleng dengan sedemikian rupa. Aku diajar untuk mandiri. Aku dipaksa untuk kuat sebagai manusia. Masih kupegang segala pesan saat aku harus pergi merantau ke Negeri orang. Bahwa Aku harus menjadi wanita dewasa, wanita mandiri yang kuat. Karena kesuksesan bukan milik orang yang bermental lemah. Meskipun di hari-hariku Aku dicambuk dengan rasa rindu akan masakanmu, rindu mencium tanganmu, rindu rumah, rindu adik-adik. Tidak mudah untuk berdamai dengan itu. Tapi sekali lagi Aku tetap memegang teguh kata-katamu "Rumah itu prasaan bukan sekedar bangunan yang sekedar tegak berdiri megah."
Kata-kata ibu Aku renungkan dan Aku yakini. Kemana pun Aku pergi, kemanapun aku melangkah maka rumah dan isinya selalu ada di hati. Sejauh apapun Aku melangkah maka Aku akan kembali ke rumah. Mengobati rindu akan rumah terkadang Aku berpikir panjang hingga akhirnya Aku memutuskan untuk memasak. Masakan yang menjadi favorit ketika di rumah dulu. Semua masakan ibu menjadi favoritku. Tapi, ada masakan yang begitu aku gilai. Terkadang sampai ibu marah baru Aku berhenti makan.
1. Daun Ubi Tumbuk
By Google |
Daun ubi tumbuk makanan khas orang Medan. Masakan ini yang buat Aku tak ingin berhenti makan sebelum dilarang. Selama diperantauan ketika Aku rindu masakan ibu aku selalu memasaknya. Meskipun tidak seenak masakan ibu. Nanti kalau Aku pulang menu yang paling pertama Aku minta daun ubi tumbuk ini pakai cepokak, bunga kantan (kincong). Ibu tidak perlu repot-repot potong ayam peliharaan kita atau pun membeli ayam di pasar. Daun ubi tumbuk bagiku sudah mewakili kelezatan ayam ataupun daging sapi.
2. Soto Medan
By Google |
Di warung ujung dekat asrama ada jual soto Medan, Bu. Tapi, Aku kurang suka jajan di warung. Bukan pelit atau terlalu irit. Tapi, lebih baik Aku masak sendiri karena kebersihan lebih terjamin. Kadang kalau lagi rindu soto Medan aku harus memasaknya sendiri. Meskipun tidak sama demgan soto yang ibu masak.
3. Pecal
By Google |
Aku juga rindu pecal buatanmu, Ibu. Bagaimana tidak rindu. Di warung ibu menjadi menu paling favorit. Menjadi primadonanya. Bahkan pelanggan ibu dari kecamatan sebelah rela antri demi sebungkus pecal buatanmu. Apalagi Aku yang setiap hari makan pecal buatan ibu tanpa absen.
4. Ikan Cincaru Santan Cabai Hijau
By Google |
Di keluarga kita setiap weekend abah menjadi koki. Ibu disuruh istirahat dari perdapuran. Dari sarapan hingga menu makan siang abah yang sediakan. Ikan cincaru santan Cabai hijau menjadi favorit ketika abah menjadi koki kita. Sudah berabad rasanya tidak makan masakan abah. Masakan ini pernah terbawa dalam mimpiku karena terlalu rindu. Oia Bah sudah semua Aku telusuri resep dan gambar menu cincaru santan cabai hijau tapi tidak ada satu pun yang sama seperti masakan Abah. Sepertinya abah orang pertama yang menemukan resep itu.😂😍😘
Daun ubi tumbuk, entah mengapa berkali2 terhidang di depan mata, tp kok nggak pernah selera. Mgkn krnkebiasaan daun ubinya sbg lalap atau kalau disayurpun hanya diptg2 saja.
BalasHapusIya kalau di sunda selalu buat lalapan ya kalau sayuran ya, Teh.
HapusMbak awiee...:) sy speechless mau ngomong apa
BalasHapusAyok kita kolaborasi masak mba Mab.
Hapus