Ayah Yang Tidak Menepati Janjinya



Langit masih terlihat sendu. Namun hujan enggan untuk turun. Dua kakak adik sedang bermain di halaman rumah. Berkejaran, tertawa riang. Suminah, ibu mereka masih menanak nasi di dapur dan berbagai aktivitas lainnya. 

Langit semakin gelap. Namun tidak setetes air pun yang jatuh ke bumi. Padahal penduduk desa sudah membuat beragam ritual agar hujan turun. Sudah hampir sebulan kekeringan melanda Desa Sumber Rejo. Sawah-sawah kering kerontang. Ternak-ternak kurus, tanaman kering, daun-daunnya pun berguguran, warga harus berjalan kiloan meter untuk mendapatkan se-ember air.

"Bu, hari ini jadikan kita pergi ke kota untuk melihat pasar malam?" Gadis kecil kelas 2 sekolah dasar yang tengah asik bermain di halaman menghampiri ibunya yang sedang memasak di dapur. 

"Iya, kita tunggu bapak pulang ya" jawaban ibu menenangkan rengekan anaknya.

Seminggu sebelum kekeringan terjadi. Anak-anak itu pernah dijanjikan akan diajak ke pasar malam. Pasar rakyat yang banyak permainan di sana. Namun siapa sangka kekeringan melanda. Suami Suminah harus berganti profesi menjadi tukang bangunan yang gajinya cukup biaya makan. 

Hari semakin gelap. Adzan magrib menyeru umat untuk segera pulang, menunduk dalam kepada Sang Pencipta alam semesta. Namun, Warno masih belum juga pulang. Hujan pun tak kunjung datang. Angin yang bertiup terasa gersang.

Suminah menanti suaminya. Makanan sudah terhidang di meja. Anak-anak makan lebih dulu, tidak sabar menunggu bapaknya pulang. Hampir menjelang isya, suara sepeda yang rantainya kurang minyak sampai depan rumah. Suminah bergegas membuka pintu. Wajah lesu suaminya tergambar jelas. Letih menyelimuti. Berkilo meter dari kota ke desa mengayuh sepeda.

"Kok lama pulangnya, Pak?"

"Iya, mandor sesuka hatinya saja datang. Padahal hari ini waktunya gajian. Sudah menjelang magrib gaji baru dibagikan. Jadi kami menunggu mandor membagikan gaji baru pulang." Omelan keluar dari mulut Warno.

"Ya sudah, bersih-bersih dulu, lalu makan. Pasti sudah lapar sekali kan?"

Setelah bersih-bersih dan makan. Warno teringat janji kepada kedua anaknya.

"Anak-anak sudah tidur, Bu?"

"Sudah, tadi mereka menanyakan bapak pulang jam berapa. Mereka menagih janji ke pasar malam. Menunggu bapak pulang mereka tertidur"

Kedua anaknya tertidur dengan pakaian paling bagus yang mereka punya. Karena ingin menikmati suasana pasar malam yang sudah mereka idam-idamkan sejak sebulan lalu. Sejak bapak mereka berjanji akan membawa kesana. Setiap hari mereka menunggu waktu ini tiba. Tapi, malam ini tidak jadi pergi. Dan sialnya malam ini malam terakhir pesta rakyat itu habis.

Warno dengan muka yang masih terlihat lelah meneteskan air mata mengingat janji kepada anaknya.





Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

15 Comments