Kita Semua dalah Guru, Kita Semua Adalah Murid

Pelatihan Satu Guru Satu Buku
(SAGUSAKU )


Sekitar dua minggu sebelum hari guru, Pak Darma seorang guru di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) mengajakku untuk berbagi cerita seputar kepenulisan acara Satu Guru Satu Buku (SAGUSAKU). Seketika berfikir apa yang bisa saya bagikan kepada ibu dan bapak Guru peserta nantinya?. Tetapi, Pak Darma meyakinkan, saya pasti bisa membagikan pengalaman-pengalaman menulis. Lantas saya berfikir. Iya juga, Pak Darma saja yakin, masak saya tidak.  

Dua minggu berlalu. Sampai pada acara. Nama dan photo saya terpampang di spanduk acara SAGUSAKU. Tepat tanggal 24 November, sehari sebelum hari guru. Acara SAGUSAKU Se Kabupaten Serdang Bedagai dibuka. Saya, Pak Darma dan Pak Herman meluncur ke tempat acara. Benar-benar hati mulai tidak tenang. Rasanya seperti akan dieksekusi. Karena bagi saya ini adalah pengalamn pertama kali akan bercerita seputar kepenulisan di hadapan para guru. 

****

Saat memasuki area sekolah SMA Negeri 1 Sei Rampah. Hati mulai tidak tenang. Keringat dingin mulai keluar. Wajar saja ini akan jadi pengalaman pertama. Anak-anak SMA Negeri 1 Sei Rampah menyambut kami di depan gerbang sekolah dan kebetulan di hari yang sama di sana mengadakan maulid. Saat memasuki gerbang sekolah terlihat spanduk kegiatan SAGUSAKU terpampang lebar.  Ada foto saya dan Pak Darma di sana.  

Kami memarkirkan mobil di lapangan sekolah. Setelah itu kami disambut oleh Panitia dan Bapak ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI)  wilayah Sumatra Utara.  Saat memasuki ruangan acara sudah hadir beberapa peserta. Saya, Pak Darma dan Pak Herman dipersilakan naik ke podium. Di atas podium sudah disusun meja dan kursi untuk narasumber. 

Menunggu peserta yang lain hadir kami sedikit berbincang-bincang kepada peserta yang sudah hadir. Ternyata pesertanya tidak saja dari Kabupaten Serdang Bedagai saja. Ada dari Medan, Tebing Tinggi, Batu Bara, Tanjung Balai, dan paling jauh dari Nias Utara. Luar biasa sekali semangat bapak dan ibu guru yang hadir saat itu.  

Setelah hampir seluruh peserta sudah hadir.  Acara dimulai dan dibuka oleh pembawa acara Pak Nawawi dan dilanjutkan kata sambutan oleh ketua SAGUSKU dan ketua IGI. Saat kata sambutan selesai hati saya mulai ngga karuan lagi. Kaki sedikit gemetaran, keringat dingin mulai keluar lagi. Tapi masih batas kewajaran. 

Materi pertama disampaikan oleh Pak Herman sebagai penggiat Gerakan Literasi Sekolah (GELIS) di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL). Kegiatan literasi sekolah di SIKlL cukup bagus. Bahkan dalam beberpapa bulan anak SD kelas 3 sudah dapat membuat buku. 

Saat materi ke-2 saya yang menyampaikan.  Tentang bagaimana mudahnya menulis. Dengan slide power point yang sederhana saya paparkan sedikit kenapa kita harus menulis, bagaimana mudahnya menulis dan beberapa poin lainnya. Sambil memberi materi saya perhatikan ibu, bapak guru peserta SAGUSAKU begitu antusias. Padahal saya yakin dan percaya bapak dan ibu guru semuanya sudah paham ilmu tentang menulis. Dan yang luarbiasanya bapak dan ibu guru yang biasa berbicara menjadi pendengar dan sebaliknya.  

Dan pembicara ke-3 dibawakan oleh Pak Darma. Pak Darma menjelaskan teknik penulisan dengan lebih jelas. Semakin antusias peserta mengikutinya. Dan pengenalan bagaimana cara penerbitan buku yang memiliki ISBN. Dan di akhir sesi bapak, ibu peserta diberi tugas menulis. Dan dikoreksi di hari ke dua acara SAGUSAKU.  

Kegiatan dari pagi hingga ke peteng di hari pertama dan ke dua dalam acara SAGUSAKU sangat luarbiasa sekali. Luarbiasa semangatnya untuk hadir dan luarbiasa semangatnya untuk membuat buku.  Jadi, target dari kegiatan SAGUSAKU adalah bapak dan ibu guru harus menerbitkan karya berupa buku. Baik itu buku antologi dan buku solo.  

Biasa guru kebanyakannya lebih terbiasa berbicara di depan kelas dari pada menuliskannya di buku. Tetapi budaya lisan itu akan kita aplikasikan juga dalam bentuk tulisan.  Sehingga nantinya banyak karya-karya yang luarbiasa terlahir dari para ibu dan bapak guru.  

Dirgahayu buat para Guru seluruh Indonesia. 




Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

10 Comments

  1. gerakan Satu Guru Satu Buku sepertinya menarik, kalau ada waktu mohon dijadikan postingan hehehehe

    BalasHapus
  2. Ok siap, Om. Nanti akan saya tulis seputar sagusaku. Terimakasih sudah berkunjung. 😊

    BalasHapus
  3. Ini asik bahasannya. kerennya anda bu... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan saya yang keren tapi ibu bapak Guru yang keren, kak 😊

      Hapus
  4. wah gerakan literasi sekolahnya bikin penasaran, ditunggu cerita selanjutnya ya hehehe

    BalasHapus
  5. Mantap jaya! Betul sekali, semua guru harus bisa menerbitkan buku baik buku untuk kepentingan bahan ajar sendiri, maupun buku penelitian/ilmiah dibikin antologi bareng guru lainnya. Sama juga dengan dosen yang semakin dituntut untuk menulis ilmiah salah satunya hasil penelitian... :D apa itu istilahnya ... jurnal online kalau tidak salah hehehe.

    BalasHapus
  6. Untuk guru-guru di kampung- kampung terpencil..
    Kegiatan liretasi nya masih kurang baik.
    Mohon di fasilitasi juga.
    Terimakasih.

    BalasHapus