Dari Kopdar Hingga Jadi Guru Ngaji Dadakan



Awal bulan maret kemarin saya pulang beberapa hari ke Indonesia tepatnya kampung halaman saya di kota Tebing Tinggi. Kepulangan saya karena rindu orang tua dan ada beberapa hal yang harus diurus. 

Setiap pulang ke Indonesia pasti saya menyempatkan berkunjung atau silaturahmi dengan beberapa teman yang masih tinggal di Tebing Tinggi. Tapi, kepulangan saya kemarin disempatkan untuk kopdar sekaligus silaturahmi dengan teman-teman nulis one day one post (ODOP) yang ada di kota Medan. 

Seminggu sebelum kepulangan. Saya menghitung-hitung beberapa agenda yang harus diselesaikan. Menghitung dan mempertimbangkan waktu yang pas untuk kopdar dengan Edak Karin dan Kak Shree, temen nulis saya di ODOP. Akhirnya kopdar kami pilih senin, 12 maret. 



Senin pagi setelah sarapan dan menyiapkan berkas sepupu yang akan saya bawa ke kampus Universitas negeri Medan (UNIMED) saya pun bergegas menunggu angkutan di depan rumah. Kebetulan rumah saya berada di lintas Sumatra jadi tidak susah untuk mendapatkan bus menuju kota Medan.

Setelah mendapat bus saya kirim WhatsApp ke edak Karin dan kak Shree. Sekitar 2 jam lagi saya akan sampai di Istana Maimun tempat yang kami sepakati untuk bepertemuan perdana ini. Qodarullah ternyata sepupu meminta saya untuk langsung ke kampusnya. Untung saja bus yang saya tumpangi berhenti langsung di depan kampus UNIMED jadi tidak perlu nyambung-nyambung angkutan lagi.

Kota Medan tidak banyak berubah, hanya saja banyak bangunan baru. Jalan tol dan jalan layang yang membantu mengurangi sedikit kemacetan kota Medan. Becak dan angkutan kota tetap saja masih semraut. Berkejar-kejaran berebut penumpang. 

Sampai di UNIMED adik sepupu sudah menunggu di minimarket simpang 4 kampus UNIMED. Saya langsung turun di sana. Untung saja saya masih ingat wilayah kampus UNIMED. Setelah sampai dan berjumpa sepupu yang hampir sudah 3 tahun tidak bertemu kami pun kangen-kangenan sebentar dan setelah itu saya beranjak untuk pergi ke istana maimun. 

Edak Karin sudah bolak balik menghantarkan pesan via WhatsApp menanyakan posisi saya lagi di mana. Dia sedikit kesal karena saya sudah molor satu jam dari waktu yang dijanjikan. Tanpa banyak pikir saya pun memesan grab car agar cepat sampai tujuan. Tidak menunggu lama, grab car yang saya pesan pun tiba. Dari UNIMED ke Istana Maimun jika ikut jalan utama bisa memakan waktu 30 menit. 

"Kalau dari sini ke ismun berapa menit ya, Pak?" Saya membuka pembicaraan kepada supir grab

"Sekitar setengah jam, Dek," jawab supir grab car.

"Bisa lebih cepat ngga, Pak? Teman saya sudah nunggu lama di sana. Takut dia keburu pulang," saya sedikit mengiba. 

Pak supir mengira-ngira jalanan yang tidak macet. Karena waktu itu pas jam makan siang. Sudah tentu jalanan kota Medan padat merayap. 

"Ngga apa-apa ini dek saya cari jalan pintas saja. Karena saya takut dikomplen ugal-ugalan sebagai supir," jawabnya 

"Ngga apa, Pak. Saya memang mau sedikit cepat," 

"Baik lah kalau begitu," 

Pak supir melewati jalan pintas dari q sempit. Akhirnya tidak sampai setengah jam kami pun sampai di Istana Maimun. Istana Maimun tidak banyak berubah. Masih sama seperti dulu. Saya pun menyusuri pintu istana menuju Edak Karin dan Kak Shree yang sudah sampai duluan. 

"Aku sudah sampai, Dak," 

"Eda masuk saja, kami warung dekat istana," 

Akhirnya kami pun bertemu. Ini pertemuan perdana. Tapi rasanya kami sudah berkali-kali ketemu. Ngobrol apa saja sambil menikmati minuman masing-masing. Setelah puas melepas dahaga kami masuk ke dalam bangunan Istana Maimun. Hari itu tidak ramai pengunjung tapi tidak terlalu sepi juga. Kami berkeliling dalam istana. Penjual souvenir di dalam Istana menawarkan penyewaan baju adat. Tapi, kami bertiga belum ada keinginan menyewanya.

Seteleh puas berkeliling waktu zuhur sudah semakin hampir. Kami pun bergegas menuju mesjid raya Al Mahsun yang menjadi ikon kebanggaan kota Medan. Setelah sholat kami menjamu selera. Siang itu kami menjamu selera di area jalan H.M Jhoni.  Satu restoran dengan nama pasar merah. Dengan menu nusantara yang enak rasanya. 

Sambil makan, berbagai cerita mengalir begitu saja. Dari kepenulisan sampai soal bisnis. Seporsi nasi goreng nanas sekelip mata bersi dari tempat sajinya. Karena siang itu saya memang laper berat. Jadi begitu pesanan terhidang melahapnya dengan segera.  

Hari beranjak sore. Kami pun kembali ke area mesjid raya lagi karena edak Karhin harus mengambil motornya di parkiran Mall Yuki simpang raya. Setelah sampai di Yuki kami mencuci di pusat perbelanjaan itu. Lelah berkeliling kami pun pulang. Berpamitan dengan Kak Shree dan saya ikut edak Karhin ke rumahnya. Hitung-hitung sudah di Medan menyempatkan diri singgah sebentar. 

Sampai di rumah edak Karhin istirahat sebentar. Tidak lama kemudian segerombolan anak usia TK sampai dengan SD kelas 5 berbondong-bondong ke rumahnya. Ternyata mereka murid-murid ngaji Edak Karhin.  Mereka lucu-lucu, bising khas anak-anak. Suka mengganggu temannya. Akhirnya saya pun ikut mengajar ngaji anak-anak yang membaca iqro. 

Kopdar pertama jadi kenangan dan jadi pengalaman menjadi guru ngaji dadakan. Tapi seneng banget.  😂

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »