Drama Saat Berangkat Sholat Iedul Adha



Iedul Adha atau hari raya haji merupakan hari besar umat muslim sayang dong jika dilewatkan begitu saja, apalagi melewatkan sholat ied adha. Seperti biasa saat idul fitri ataupun idul adha asrama selalu menyediakan bus untuk pekerja yang akan melaksanakan sholat Ied.

Sehari sebulum hari raya, aku sudah mengirim whatsapp ke warden (ibu asrama)  menanyakan apakah sholat ied adha ada bus atau tidak. Tidak menunggu lama pesan pun dibalas. Warden menyatakan ada bus. Alhamdulillah batinku.

Saat hari H tiba, aku turun dari asrama agak terlambat. Pagi-pagi aku sudah menyiapkan urusan domestik, nyuci dan lainnya. Namun ngga sempat masak. Jam sudah menunjukkan pukul 7.00 waktu Malaysia. Lantas bergegas mandi. Hampir jam 7.30 aku turun dari asramaku menuju tempat perhentian bus. Sebelum turun aku mengirim pesan ke warden untuk memastikan bus belum berangkat. Namun tak ada balasan.  Saat di lantai dua aku bertemu teman yang akan berangkat sholat ied juga. Kami mempercepat langkah takut tertinggal bus.

Jreng... Sudah banyak orang menunggu ternyata di depan perhentian bus. Syukur lah belum terlambat batinku. Aku pun masuk ke rumah penjaga asrama. Ternyata warden lagi bingung karena bus tak kunjung datang. Jam sudah hampir menunjukkan ke angka delapan. Akhirnya warden menghubungi uncle bus yang biasa membawa kami saat sholat ied. Eng ing eng jawaban uncle "HR tidak ada menghubunginya." Tanpa ba bi bu warden menghubungi HR dan jawaban dari HR sudah diinformasi oleh driver bus. Nah, disini sudah yakin pasti miskomunikasi. Warden langsung memberi tahu uncle untuk segera datang. 15 menit berlalu jam sudah menunjukan 8.10 namun bus yang kami tunggu tidak kunjung datang.  Semua yang menunggu sudah cemas, bagaimana kalau masih setengah jalan sholat sudah dimulai.

Sebenarnya mesjidnya tidak terlalu jauh. Hanya di kampung sebelah. Tapi, jika ditempuh dengan jalan kaki bisa gempor juga. Akhirnya aku inisiatif untuk tetap jalan menuju mesjid demi sholat ied. Masak iya sih, sudah niat tapi karena bus ngga ada ngga jadi sholat. Cuma dalam hati, sebenarnya juga membujuk diri.

Akhirnya aku pun jalan. Warden dan teman-teman ikut jalan. Namun sebagian lagi ada yang balik badan menuju rumah tidak jadi ikut sholat. Di tengah jalan bertemu dengan pekerja-pekerja bangunan dari Banglades yang jalan menuju mesjid. Akhirnya kami pun mencari jalan potong untuk cepat sampai ke mesjid. Kami melewati perumahan-perumahan mewah yang baru siap dibangun, namun belum berpenghuni.  Hingga pada belokan terakhir ternyata jalan buntu. Alamak...jalan satu-satunya adalah lompat pagar setinggi 2 meter yang di dekatnya bersandar tangga yang terbuat dari kayu. Masak iya sih pakai gamis gini pakai panjat pagar, mana dari belakang rumah warga. Keringat uda mulai keluar, membayangkan berbagai kemungkinan.

Akhirnya dengan penuh keyakinan kami pun manjat satu persatu saling tolong menolong. Syukur selamat semua tanpa ada yang cedera. Kami pun mulai mempercepat langkah menuju mesjid agar tidak ketinggalan.  Syukur alhamdulillah 10 menit duduk di dalam mesjid sholat baru akan dimulai.

Sungguh perjuangan itu akan menyisahkan kenangan indah untuk dikenang pada akhirnya. 😍

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

3 Comments

  1. Walah, nggak kebayang awie penekan pake gamis... Pulangnya juga dong!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pulangnya dari jalan yang berbeda tapi blusukan juga dari dapur orang, brabas semak. Lewat pager

      Hapus
  2. HAi Mbak, salam kenal. Maaf baru bisa mampir ya.

    Wah serunya, pasti beda ya ngerasain di negri sendiri sama di luar. Oh ya, kukfollow blognya, folbek ya. Makasih :)

    BalasHapus