Tukang Roti Gemar Sedekah


Lelaki tua berkaca mata itu saat pagi subuh sudah keluar rumah. Tidak lupa ia melingkarkan handuk kecil di lehernya. Becak kecil yang dipenuhi susunan roti siap untuk dikayuh. Roti-roti siap dijajakan.

Pak Ro kami memanggilnya. Tukang roti langganan yang selalu lewat depan rumah. sosok penjual roti yang ramah dan senyuman yang selalu mengembang di bibir. Keriput wajahnya menandakan begitu keras kehidupan yang ia lalui. Namun ia tetap bersyukur dengan takdir hidupnya.

Meskipun bekerja sebagai tukang roti keliling, Pak Ro selalu bersemangat. Tidak pernah bermuram durja akan nasibnya. Sesekali aku dengar percakapan Abah dan Pak Ro ketika berhenti di depan rumah.

Hari jumat biasanya Pak Ro  selalu pergi sebelum azan subuh berkumandang. Dan saat subuh tiba ia singgah di mesjid yang dilaluinya. Berdoa untuk setiap kayuhan pedal agar rezekinya lancar dan hasilnya halal.

Setiap jumat pagi itu pula Pak Ro akan membagikan 5-10 roti dagangannya. Pak Ro tidak merasa rugi, malah bersyukur karena bisa berbagi sedikit dari yang ia punya. Sungguh rasa syukur itu selalu diatas rasa apapun.

Tidak ada yang mendahului bala selain sedekah. Sebuah kata-kata yang selalu diyakini Pak Ro. Baginya sedekah adalah penangkal bala, penangkal kesusahan. Jika, ia tertimpa bala Pak Ro selalu berfikir positif. Barangkali sedekahnya kurang kencang. Sungguh Pak Ro memberi pelajaran yang begitu bearti.

Paling salut melihat perjuangan Pak Ro mengantarkan anak-anaknya ke menera gading.Meskipun Pak Ro hanya tamatan Sekolah Dasar (SD) jangan sampai anak-anaknya berpendidikan rendah seperti dirinya. Jika saat ini ia sebagai tukang roti, paling tidak anaknya kelak punya pabrik roti yang dapat menyediakan lapangan kerja.

#odop #bloggermuslimahindonesia #feature

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

8 Comments