Perjuangan

Hari masih terlalu pagi. Bahkan embun masih betah bertengger pada dedaunan, mobil dan motor yang terparkir di pelataran rumah flat berlantai lima. Namun manusia-manusi pekerja pabrik yang mengabdikan diri ditanah rantau sudah terbangun, bergegas sebelum adzan subuh berkumandang.

Dengan langkah penuh semngat berbondong-bondong menuju perhentian bus. Menunggu bus yang akan membawa mereka ke tempat mencari nafkah. Memenuhi isi priuk nasi dan segala kebutuhan.

"Eh, Mba rajin banget over time" tegur seseorang wanita pada wanita sebelahku, yang usianya Aku taksir sudah diatasku.

"Iya. Di kampung anak-anak lagi butuh biaya sekolah" jawab wanita disebelahku. Senyuman kegetiran tergambar dibibirnya.

Tidak ada yang mengelak banyaknya kebutuhan ketika anak sekolah sudah naik-naikkan kelas. Buku dan perlengkapan baru harus dibeli. Tak jarang baju dan sepatu sekolah juga harus diganti. Apalagi ada dua atau tiga anak sekolah yang harus dibiayai. Merantau jauh dari keluarga dan anak-anak tercinta harus dilakoni demi dapur tetap ngebul, priuk nasi terisi dengan makanan bergizi tidak sekedar mengenyangkan, biaya sekolah dan kebutuhan sehari-hari tetap terpenuhi dan berharap ada sisa yang ditabung. Meskipun kenyataannya untuk makan sehari-hari di perantauan terkadang harus ditahan-tahan. Semua dilakoni demi cinta dan tanggung jawab terhadap anak dan keluarganya. Ia tahu bahwa hidup bukan sekedar mimpi dan menunggu tapi ada usaha dan pengorbanan yang harus dijalani. Bahkan ia juga tahu Tuhan akan menyertainya disetiap urusannya.





Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

1 Response to "Perjuangan "