The Lodge Maribaya Cantik Tapi Buat Merinding



Bulan April kemarin saya ada agenda kerja di Bandung sambil eksplore Bandung. Dari Malaysia saya sudah merencanakan untuk mengunjungi beberapa tempat wisata di Bandung. Setelah mencari di laman website wisata Bandung akhirnya Lodge Maribaya menjadi pilihan. Dengan beberapa keterangan di website atau pun beberapa blog traveling menjelaskan bahwa Lodge Maribaya tempat yang mengasikkan. Ditambah lagi dengan gambar-gambar yang cantik. Sehingga buat penasaran.

Setelah menempuh perjalanan masuk keluar kampung akhirnya saya dan teman-teman sampai juga di The Lodge Maribaya langsung diserbu kawanan hujan. Tapi, tidak menyurutkan untuk ikut antri dalam barisan pembelian ticket. Dalam barisan tiba-tiba diserobot ibu-ibu sosialita dengan dandanan ala-ala sharini. Terpaksa saya melipir. Emosi di dada sebentar untung cepat mereda. Untung Kang Sarmen dan Aa Uge langsung inisiatif mengambil alih antrian. Akhirnya saya berteduh di bawah pohon.

Harga tiket masuk saat weekday Rp.20.000. Empat tiket sudah ditangan. Dengan gerimis yang terus memberondong kami tidak peduli yang penting photo, selfi, grupy dan pastinya dengan rasa happy. Puas berfoto dengan spot yang indah dengan background hutan pinus yang lebat kami pun pindah untuk mencari 3 wahana yang menjadi primadona di Lodge Maribaya yaitu Sky Three, Mountain Swing atau Sky Swing dan Zip Bike.


Saat sampai di lokasi Montain Swing antrian tiket sudah panjang. Aku dan teman-teman ikutan antri. Haaa ketemu ibu-ibu kepo beserta rombongan dengan jumlah yang cukup banyak. Lantas barisan menjadi riuh. Ditambah lagi dengan lelaki macho, bermata biru dan berjari lenti, lemah gemulai menambah keriuhan dalam barisan, Ditambah kepulan asap rokok yang buat dada sesak melebihi ditinggal mantan calon gebetan #Eh. Tiba-tiba loket di tutup sementara karena pegawai tiket jam makan siang. Suhu dingin menjadi panas mendadak akibat asap rokok yang merajalela. Lantas aku memutuskan keluar dari barisan. Ke tiga temanku masih setia dalam antrian. Satu jam menunggu loket buka. Tapi, tak kunjung buka. Waktu hampir menunjukan pukul dua siang. Kami masih banyak agenda yang harus dijalani. Akhirnya kami memutuskan untuk meninggalkan tempat itu dan menuju destinasi selanjutnya. Ketika hendak naik untuk keluar aku terjatuh ditangga yang licin karena diguyur hujan.

Saat pulang, kami melewati jalan utama. Terlihat banyak yang berjualan sayur, buah. Ingin membeli dan membawa sayuran dan bua-buahan tersebut tapi rasanya tidak mungkin. Karena ngga mungkin masak di hostel. Jalan utama ternyata banyak berlubang. Bahkan ada jalanan yang lubangnya cukup parah. Warga setempat terlihat bergotong royong menimbun jalan. Mereka mengikis tanah-tanah yang atasnya ditumbuhi pohon-pohon pinus yang cukup besar. Dalam hati aku membatin "jika hujan lebat besar kemungkin besar jika tidak terjadi longsor ataupun pohon tumbang" karena melihat tanah yang dikikis. Bus-bus besar mengangkut wisatawan banyak yang melintas Jalan itu, tidak kalah dengan motor dan mobil pribadi. Di salah satu dinding dekat perbatasan desa satu dengan yang lainnya tertulis "terimakasih sudah datang di desa kami. Kami harap anda tidak datang lagi Karena desa kami tidak ada apa-apa." Sebuah ungkapan keresahan warga Lembang akan desa Mereka yang semakin rusak. Jalan yang rusak semakin parah.

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

6 Comments

  1. awalnya bagus, tapi kok masyarakatnya terdengar seperti putus asa mbak :-s

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin jalanan di kampung mereka menjadi rusak itu yang membuat mereka putus asa

      Hapus
  2. Mungkin ungkapan kekecewaan warga lewat tulisan itu ya
    padahal seru traveling bareng gitu, lihat pemandangannya juga indah
    sama dong hehe ... yang penting selfie foto-foto cara mengabadikan yang paling di andalkan

    BalasHapus
  3. Seneng ya wie....cantik nian lodge maribaya...moga moga bisa kesana suatu saat nanti

    BalasHapus
  4. Ishh mamak pakai jatuh segala 😂😂 jadi longsorkan itu tanahnya..

    BalasHapus