Memancing Mood Nulis Di Kedai Kopi

dokpri

Sudah seminggu ini rasanya uring-uringan. Setiap kali mau nulis ada saja perasaan yang mengganjal. Mood nulis menguap entah kemana. Akhirnya aku paksakan untuk menekan keyboard laptop. Tapi, setiap dua kalimat aku baca lagi ada saja yang ngga pas. Akhirnya aku hapus kembali.

Isi kepala sudah penuh dan minta dimuntahkan isinya. Tapi, hati dan isi kepala tidak sejalan. Seminggu ini otakku rasanya seperti error. Kadang Kalau berbicara juga suka tidak nyambung. Entah faktor x atau faktor y yang mempengaruhi. Tapi, benar-benar buat ngga nyaman.

Akhirnya ketika libur kerja aku putuskan untuk nonton bioskop yang tak jauh dari asrama. Dari asrama sudah kusiapkan buku serta laptop yang batraynya sudah terisi penuh. Aku masukan dalam tas ransel merah kesayangan yang selalu aku bawa kemana aku pergi.

Setelah semua lengkap aku pesan taksi lewat internet. Sepuluh menit kemudian taksi pun datang. Taksi dengan mobil mewah membelah jalanan, lima belas menit taksi yang aku tumpangi sampai di depan mall. Aku memberikan selembar sepuluh ringgit sesuai harga yang tertera dalam email yang terkirim padaku.

Aku turun dari taksi lebih tepatnya mobil mewah yang dijadikan mobil mengangkut penumpang. Sebaik saja aku melangkahkan kaki ke dalam mall udara sejuk menerpa tubuhku. Udara dari AC yang begitu kuat. Aku lihat begitu ramai pengunjung. Maklum saja akhir pekan. Aku perhatikan toko baju dan sepatu. Akhirnya aku tertarik oleh toko sepatu yang begitu ramai dengan pengunjung. Lantas aku dekati ada apa gerangan. Ternyata oh ternyata ada diskon akhir bulan hingga lima puluh persen. Jujur aku tidak kuat dengan godaan diskon. Langsung saja aku melipir menjauhkan diri dari toko itu daripada tergoda dengan tulisan diskon.

Aku arahkan kakiku menuju lantai lima. Aku berjalan dengan pede meskipun seorang diri (uda terlalu lama sendiri). Di depan bioskop aku lihat jadwal film yang akan tayang hari itu. Akhirnya aku membeli tiket film John Wick 2 yang kata orang filmnya cukup bagus. Setengah jam aku menunggu di bangku yang tak jauh dari konter tiket. Sambil makan cemilan dan teh hiju yang aku bawa dari rumah. Maklum selama keto ngga boleh makan sembarangan.

Waktu yang ditunggu pun tiba. Duduk di bangku barisan tengah. Kurang lebih hampir dua jam durasi film yang aku tonton. Tapi, pikiran entah melayang Kemana meskipun mata memandang layar raksasa. Dua jam berlalu begitu saja malah lebih banyak bercanda dengan balita di sebelah tempat dudukku.

Keluar dari bioskop perut terasa lapar. Langsung aku mencari kedai kopi. Aku ambil posisi duduk di pojokan. Memesan kopi stevia, kopi tanpa gula yang cukup sesuai dengan orang ketogenic seperti aku. Aku keluarkan laptop dan aku nyalakan. Menyambungkan koneksi wifi. Tidak butuh waktu lama wifi langsung tersambung. Aku buka file tulisan yang masih setengah jadi. Aku pandangi monitor yang sudah terisi beberapa paragraf. Ingin aku tuliskan paragraf baru tapi otakku masih tidak bisa bekerja dengan sempurna. Selalu saja gagal ketika menuliskan kalimat pertama. Nulis, hapus lagi begitu sampai beberapa kali.

Hingga kopi pesananku datang. Aku sesap perlahan. Aromanya begitu menggoda. Rasanya begitu nikmat. Setelah menyesap kopi aku coba merangkai kalimat baru. Namun hasilnya tetap sama. Nulis, hapus lagi. Benar-benar otak lagi ngga terkoneksi dengan baik. Hingga selama tiga jam aku duduk di warung kopi, menghabiskan dua gelas kopi. Tapi, mood menulis masih pada posisi sama dengan tiga jam sebelumnya. Tidak ada satu kalimatpun bertambah. Akhirnya aku putuskan pulang ke asrama.




Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

9 Comments

  1. kopi, penyebab inspirasi menulis datang ya mbak. heheheh

    BalasHapus
  2. Iya selain itu Kopinya enak, Mas. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di sini susah cari kopi kapal api, mas. kemaren ngopi di pappa rich cafe hehe

      Hapus
    2. hihi , ntar mas kirim, kalau nggak ada disana

      Hapus
    3. Mau mau klo di hadiahi kopi ngga nolak. asal jgn kopi sianida. 😂

      Hapus
  3. Nah ini jadi tulisan. Hahah.. 😄😄

    BalasHapus