Jago Kandang

 Disebuah kampung tinggalah para petani dan ternak-ternaknya. Para petani sering membawa ternak mereka ke ladang ataupun sawah. Ada petani yang cukup terpandang di kampung itu. Ternak dan sawahnya yang banyak. Sehingga para petani lainnya menganggap petani yang memiliki ternak dan sawah yang banyak adalah kepala kampung.

Sang kepala kampung memiliki ternak yang sering diadu namanya Jago. Jago adalah ternak yang paling disayangi sang empunya. Kandang jago bak istana dibanding ternak yang lain. Setiap hari jago dimandikan, dipasang logam tajam di tajinya, dilatih hingga memenangkan setiap pertarungan antar jago di kampung itu.

Sang jago pun sombong karena setiap pertarungan selalu menang. Kabar ini terdengar hingga kampung tetangga. Para betina pun mulai melirik-lirik sang jago karena ketangguhan dan ketampanannya. Sang jago memiliki bulu yang klimis, jambul merah merona menambah kegagahannya.

Betina yang lebih tua sering menggunjingkannya. Tapi sang jago petarung acuh tak acuh terhadap gunjingan itu. Bahkan sang Jago bersikap angkuh. Sambil mengepakan sayapnya dan memukul dadanya yang kekar ia berkata "tak seekor jago pun yang aykan mengalahkanku."

Di kampung seberang tinggalah petani dengan beberapa petak  sawah dan terbilang petani miskin. Petani ini juga mempunyai ternak yang tak banyak. Ada ternak yang begitu nurut dengannya. Perkawinan antara betina kampung dengan bangsa kalkun. Tetapi dari Perkawinan silang itu menghasilkan anak-anak yang beragam bentuk dan jantan semua. Ada yang tinggi seperti kalkun dan ada yang kecil seperti Jago biasa. Tapi, ada seekor jago yang memiliki  tubuh yang kecil dari saudara-saudaranya. Sehingga ia sering diledekin oleh abang-abangnya yang berbadan tinggi dan besar.

Petani itu sering membawa jago kecil ke ladang. Ladang yang berhampiran dengan pengairan. Sehingga tanaman Pak tani selalu subur. Jago kecil sering mencari makan di tepian aliran pengairan. Memburu binatang-binatang kecil yang lewat dibawa arus atau mengais-ngais tanah berharap ada cacing yang bisa ia makan.

Beberapa kali Jago kecil ingin mematuk binatang kecil yang mengalir. Tetapi selalu gagal karena parunya yang kecil dan lehernya yang pendek tidak memungkinkan untuk mematuknya.
Hingga akhirnya sang jago kecil melihat Belalang yang hinggap di ilalang. Dengan sigap jago kecil mematuk sayap Belalang.

"Aduh.... " Belalang mengadu kesakitan

"Jago jangan makan aku" rintih Belalang memelas belas kasih jago kecil

"Aku lapar" jawab sang Jago

"Kamu masih bisa memakan atau mengais-ngais tanah gembur di ladang Tuanmu" Belalang memberi alternatif

"Tidak mungkin aku merusak ladang orang yang sudah baik denganku!" jawab sang Jago tegas

"Di sana aku lihat ada biji-bijian yang berserakan milik petani. Kamu bisa memakan biji-bijian itu. Dan aku akan mengajarimu ilmu yang tidak pernah kamu pikirkan sebelumnya" bujuk Belalang lagi pada sang Jago kecil

"Apa itu?" Sang Jago kecil mulai penasaran

"Lepaskan dulu aku dari patukanmu"
"Baiklah" jawab Jago kecil

Jago kecil dan belalang menuju tempat biji jagung yang berserakan.

"Ini biji-bijiannya" Belalang menunjukan biji jagung itu dengan senyuman

"Wah...banyak sekali. Ceroboh sekali petani yang memubazirkan bijian Ini" Sang jago menarik napas panjang

"Ini rezekimu. Kamu bisa makan sepuasnya sampai kenyang" Belalang menyemangati

"Iya...aku akan kenyang kalau begini" teriak jago kecil

Baru mematuk-matuk beberapa biji jagung dari kejauhan terlihat Sang Jago angkuh menghampiri jago kecil yang sedang menikmati biji jagung. Sang jago kecilpun memberhentikan aktifitasnya.

"Hai...jago kecil, jelek, hitam, pendek" teriak sang jago angkuh dengan lantangnya

"Apa mau mu, Jago angkuh" balas jago kecil

"Itu jatahku jangan kamu makan" Jago angkuh sok berkuasa

"Ini kan milik petani yang jagungnya jatuh dari karungnya" jawab sang jago kecil tak mau kalah

"Kalau kau tak mau mati dengan tajiku, hentikan memakani bijian Itu" sang jago angkuh mengancam dengan mata memerah (pake in*to kalau sakit mata) ^_^

Jago kecilpun tak mau cari mati. Lebih baik ia mati ditangan tuannya dengan sebilah pisau tajam daripada mati ditangan jago angkuh. Pikirnya.

Akhirnya jago kecil lari bersama Belalang menuju pengairan di tempat perjumpaan mereka tadi. Jago angkuh tetap mengejar mereka. Hingga Akhirnya jago kecil menemui jalan buntu. Tidak mungkin rasanya melewati parit pengairan ini.  Karena sang jago kecil tidak pandai berenang apalagi terbang. Keringat dingin mengucur dari tubuh sang jago kecil.

"Tenang jago kecil.  Kamu pasti bisa melewati aliran pengairan Itu" Belalang memberi semangat

"Ia, Tapi bagaimana caranya?" Jago kecil tambah ketakutan

"Tadi aku berjanji kepadamu akan mengajarkan apa yang tidak pernah engkau pikirkan sebelumnya. Coba rentangkan sayapmu seperti burung terbang. Kemudian kami masuk ke dalam air. Pasti kamu akan selamat" Belalang memberi petunjuk

Sang jago kecilpun menurutinya. Akhirnya sang jago kecil mampu melewati aliran pengairan itu dengan selamat. Sang Jago angkuh masih berang. Tak mau kalah sang jago angkuh melewati bebatuan mengejar jago kecil. Hingga Akhirnya jago kecil terjebak di dekat semak yang tak jauh dari ladang tuannya.

"Apa yang kau mau dari aku, Jago angkuh" ucap jago kecil

"Aku mau Belalang Itu" jawab sang Jago angkus sambil menunjukan kepaknya ke arah Belalang

"Ada syaratnya" tantang jago kecil

"Apa syarat Itu?" Jago angkuh balik bertanya

"Kamu harus melawan kakakku" kakak jago kecil sudah berada tepat di belakang jago angkuh

"Mana kakak Kamu?" Tantang jago angkuh percaya diri akan menang. Karena ia merasa paling jago diantara lawan-lawannya.

"Itu kakakku ada di belakang kamu" jago kecil menunjuk kakaknya yang tinggi besar
Saat sang jago angkuh menoleh ke belakang langsung saja kakak jago kecil memendel  tanpa ampun. Hingga Akhirnya sang jago angkuh keok tak bernyawa. "Gitu saja sudah keok. Dasar jago Kandang" kakak jago kecil menendang lawannya.

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

10 Comments