Melawan Pernyataan UNESCO Terhadap Minat Baca Masyarakat Indonesia

RAMAH BACA GEMAS 
Membaca adalah kegiatan menggali, mencari informasi melalui teks atau tulisan yang kita baca. Soal minat baca masyarakat Indonesia pada tahun 2012 UNESCO menyatakan di urutan ke-2 dari bawah dari 61 Negara. Jika dipersentasekan minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,0001% . Jika dibuat dalam bentuk perbandingan minat baca Indonesia dari 1000 orang hanya satu yang benar-benar berminat untuk membaca. Jika melihat persentase itu sangat sedih dan mengguris hati. Tak heran jika masih banyak masyarakat Indonesia yang buta huruf terutama wilayah pedalaman. 

Kita berhenti sejenak untuk berfikir "kenapa dan mengapa" minat baca Indonesia begitu rendah?. Pasti semua ada sebab akibatnya. Tidak mungkin ada akibat kalau tak ada sebab. Dari pandangan ada beberapa akibat yang menyebabkan minat baca masyarakat Indonesia rendah. Akibat kurang sosialisasi gerakan membaca saat Itu terutama daerah pedalaman, harga buku yang begitu tinggi sehingga dari survey kecil yang penulis lakukan hampir mendapatkan jawaban yang sama yaitu "mending beli beras daripada beli buku" sehingga kegiatan membaca begitu tabu dan perpustakaan sekolah-sekolah tidak punya fasilitas buku yang cukup.

fauzi baim Jamu pustaka 
Permasalahan harga buku yang begitu mahal di pasaran penulis juga merasakannya. Seharusnya pemerintah juga bisa mensubsidi kertas kepada percetakan agar harga buku lebih terjangkau. Masyarakat tidak berat untuk membeli buku. 

Kalau diperhatikan sejauh ini. Ketika caleg-caleg yang maju dalam pesta demokrasi selalu mengkampanyekan memberantas kemiskinan, kamajuan ekonomi, pangan, kesehatan, lapangan pekerjaan dan tetebengek. Tapi, tidak pernah mengkampanyekan tentang perpustakaan, pengadaan buku berkualitas tapi berbicara kesejahtraan dan mencerdaskan anak bangsa.
Ridwan Sururi kuda pustaka 
Tapi, saat ini banyak masyarakat yang semakin peduli literasi. Hal ini terlihat semakin menjamurnya  rumah baca atau pondok baca yang  menyediakan bahan bacaan berkualitas secara gratis. Seperti rumah baca Asmanadia, rumah baca Gemas (Gerakan Masyarakat sadar baca dan sastra) yang digagas oleh para TKI diberbagai Negara dan berbagai rumah baca yang lain. Ada pula perpustakaan bergerak seperti kuda pustaka yang digagas oleh Pak Ridwan Sururi, motor pustaka yang diprakarsai oleh Mas Sugeng Hariyono, Jamu pusataka yang diprakarsai oleh mas fauzi baimPerahu pustaka, ATV pustaka dan banyak lagi. Para pustakawan begerak mendatangi para pembaca di sekitaran desa yang mereka tinggali, sekaligus mengkampanyekan masyarakat untuk lebih menyukai buku. Cara ini merupakan untuk mengalihkan dunia masyarakat yang cenderung menonton tv untuk lebih suka membaca. Kini pemerintah juga semakin giat mengkampanyekan literasi bersama para pustakawan. Kegiatan literasi ini juga program yang bagus untuk  mengurangi jumlah masyarakat buta huruf. 

Sugeng Hariyno Motor pustaka

Semoga para relawan literasi tidak pernah berkurang jumlahnya. Tapi, semakin bertambah banyak yang peduli atas kecerdasan bangasa. Karena mencerdaskan bangsa adalah janji kemerdekaan yang harus ditunaikan. 


Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

6 Comments

  1. Awi jadi pemimpin gih, nanti kampanye nya literasi...aku ngalamin ngajak baca susahnya di daerah kampung

    BalasHapus
  2. Hhii, biasakan diri sendiri dulu lah buat rajin bacaa.. Saya termasuk pemalas ini :(

    BalasHapus
  3. Semoga semua masyarakat Indonesia segera tersadar pentingnya membaca ya ka.

    BalasHapus
  4. bagus idenya, ada motor pustakanya sgala..

    Tran Ran

    BalasHapus
  5. keren mamak, nanti balik bikin perpus ya mak..

    BalasHapus
  6. K erennn ... artikelnya Mba ...

    Semoga budaya membaca semakin menjamur mengalahkan budaya nonton tv hahaha

    BalasHapus