Belajar Dari Orang Kaya Yang Low Profil


by:google 


Kamu kalau berteman suka pilih-pilih nggak sih?. Sebenarnya itu pertanyaan lazim sekali. Karena di tengah masyarakat banyak yang suka pilah pilih teman. Apalgi kalau orang kaya, biasanya dan kebanyakannya mereka selalu bergaul dengan yang selevelnya. Bahkan tak jarang orang yang kehidupannya dibawahnya merasa minder dan enggan untuk menjadikannya teman. Nah, ada lagi model orang yang hanya ingin berteman dengan seusianya saja, sesukunya saja. 
Selama diperantauan aku sering sekali berteman dengan orang-orang Indonesia yang bekerja di Malaysia ataupun ibu-ibu yang ikut suaminya dinas di Malaysia dan tak jarang pula berteman dengan orang-orang dari berbagai negara. Dari sini bisa tahu bagaimana karakter setiap orang. 

Bahkan sering ada orang yang menegur "Ih, kamu suka ya berteman sama ibu-ibu." Haloooo emang ada yang salah ya kalau berteman dengan ibu-ibu. Toh nggak ada salahnya dan nggak ada aturan berteman dengan teman seusia saja. Kalau ada seperti itu kamus bodoh yang ada di dunia. Berteman dengan siapapun dengan latar belakang apapun selagi kita baik dia baik. Lanjut!. 

Seperti halnya dengan seorang ibu asal Indonesia juga yang ikut suaminya tugas di Malaysia. Aku kenal dari dunia tulis menulis. Dari hobi yang sama kami dipertemukan hingga akhirnya jadi dekat. Beliau istri dari seorang Acting director of islamic developmant bank grup, ibu dari 3 dan anak paling besar seorang arsitek, yang ke dua dokter yang paling kecil masih SMA. Meskipun bergelar istri seorang direktur tetapi penampilannya cukup sederhana. Tidak tampak seperti orang kaya pada umumnya. Dari sepanjang pertemanan yang kami jalin si ibu tidak pernah canggung berteman dengan TKI sepertiku. Bahkan dia sering membagi ilmu-ilmunya. Dan baru tahu beberapa bulan terakhir ternyata beliau seorang master alumni UNJ (Universitas Negeri Jakarta). 

Ketika aku main ke rumahnya di kawasan yang terbilang elit di area Kuala Lumpur penyambutan beliau begitu hangat dan mesra. Meskipun rumah mewah barang yang ada di rumahnya cukup sederhana tidak berlebihan. Dari segi bicara juga sangat sederhana. Si ibu sering memberi nasehat-nasehat kapadaku sebagai motivasi. Beliau pernah berpesan kekayaan itu titipan, bukan untuk disombongkan. Karena jika Dia berkehendak sekedip mata bisa jadi miskin. Bukan miskin harta saja tetapi yang paling berbahaya miskin mental dan moral. 

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

7 Comments