Jangan Bangun Rumahmu Dengan Pondasi Riba!



By google

Bismillahirahmanirahim

Beberapa hari lalu teman-teman One Day One Post (ODOP) membahas tentang Bank syariah dan Bank konvesional. Di sana narasumbernya Mba Sakifa yang menjelaskan tentang bank syariah dan Mbak Sabrina menjelaskan tentang bank konvesional (anggap saja lah mereka berdua ini narsum semacam di talk show 8 mata). Dari pembahasan itu menyinggung tentang riba. Medengarkan pembahasan tersebut saya sampai gelar tikar dan tenda di whatsapp. 

Riba adalah menetapkan bunga/melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang dibebankan kepada peminjam. 

Sedangkan hukum riba dalam islam dalam bentuk apapun dan dengan alasan apapun adalah HARAM!.

Jika kita membaca Al Qur'an di sana sudah jelas Allah SWT melarang orang mukmin tidak memakan riba dalam Surat An-Nisa ayat 161

" Dan disebabkanh karena mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih."(An-Nisa:161)

Dan masih ada ayat-ayat yang lain yang menjelaskan tentang riba. 

Ilmu yang disampaikan sangat menarik sekali sehingga menambah ilmu yang sebelumnya belum sampai kepada saya pribadi. Hingga akhirnya saya teringat tentang sebuah keajaiban yang pernah dialami keluarga saya sendiri. 

Sudah beberapa tahun lalu saya dan orang tua punya visi dan misi yang sama yaitu ingin membuat rumah di belakang rumah yang kami tinggali saat ini dan rumah yang pertama akan kami jadikan tempat usaha. Hingga akhirnya kami pun bersinergi untuk mengumpulkan uang membangun rumah. Dan kami juga menyicil barang-barang seperti batu bata yang kami pinjamkan kepada tetangga yang akan membangun rumah, saat kami sudah punya modal yang cukup maka mereka yang memakai batu bata tersebut akan mengembalikannya. Begitu juga dengan semen dan kayu.
Rumah tampak depan


Rumah tampak samping

Beberapa tahun kemudian modal yang kami kumpulkan sudah puluhan juta lain dengan barang-barang yang dipinjam tetangga. Kami pun mulai untuk membangun rumah dengan modal yang ada. Hingga pada satu hari ibu kepikiran ingin meminjam uang kepada Bank karena takut modal yang kami punya tidak cukup untuk membangun rumah yang kami rancang dan hanya setengah sudah berhent. Ibu begitu semangat untuk menggadaikan surat tanahnya sebagai agunan kepada Bank. Saat saya menelephon ke kampung ibu bercerita tentang niatnya .

"Kak, ibu mau pinjam uang ke Bank. Takut rumahnya baru setengah sudah mandek (berhenti)." 

"Emang ada bank yang mijamkan duit tanpa bunga, bu?" saya menjawab omongan ibu sekenanya saja. Agar ibu berfikir mau dibawa kemana percakapan ini. 

"Ya...mana ada hari gini minjamkan duit tanpa bunga. Ibu mau jadikan surat tanah sebagai agunan(jaminan)." Ibu belum juga faham apa maksud kata-kata yang saya ucapkan. 

"Bu... itu riba loh. Jangan samapai kita berlindung di atas pondasi yang dibangun dengan uang riba" akhirnya saya pun jujur. Seketika hening. Ibu tidak ada jawaban lagi di ujung talian telphon. Mungkin saat itu sedang berfikir dan mengingat bahaya tentang riba. 

"Sekarang pengerjaan rumah kita itu pakai modal dan bahan yang sudah ada saja dulu. Nanti kakak cari tambahannya di sini. Kita buat pelan-pelan saja dulu ya, Bu. Kalau rezeki kita Allah pasti kasih jalan kok sama kita untuk menyiapkan rumah kita itu." Akhirnya itulah kata-kata penyemangat untuk Ibu. Agar tidak merasa di gurui melainkan saling mengingatkan. 

"Iya deh, kak." Ibu akhirnya mengganti topik pembicaraannya. 

****

Dua minggu kemudian saya telphon ke kampung untuk menanyakan sudah sampai mana proses pembangunannya. Saat itu proses pembangunan sudah sampai memasang dinding batu. Dan saat itu juga Ibu menyampaikan kabar gembira bahwa ada yang menyumbangkan bahan bangunan berupa semen, batu bata, pasir, kayu, krikil, pintu depan dan jendela. Kalau ditotal dalam rupiah dalam 17 juta tanpa harus dikembalikan. Seketika syukur Alhamdulillah terlontar dari bibir, bahwa Allah SWT tak pernah tidur, tidak pernah tuli, tidak pernah acuh apalagi lupa atas doa-doa yang dipanjatkan hambaNya. 

Tidak ada yang susah bagi Allah jika sudah mengatakan Kun Fayya Kun. Semuanya mungkin, tidak ada yang mustahil jika selalu berpegang pada tali Allah SWT. Alhamdulillah hingga hari ini pembangunan tersebut sudah berjalan 80%. Dalam minggu ini akan memasang lantai. perlahan tapi pasti meskipun tidak harus menggunakan riba, Allah memanjangkan tangannya melalui orang-orang yang tak terduga. 




Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

2 Comments