Pelangi part 2

By: April cahaya
Semenjak mendengar hasil curhatan dengan psikolog itu, Della  merenungi dirinya sendiri. Mulai benci dengan keadaan dirinya. Beribu pertanyaan singgah dalam pikirannya. Della mulai menjadi pendiam. Untuk berbagi cerita ke keluarga juga tidak mungkin apalagi teman. Akhirnya Della memilih diam.

Rasa cinta terhadap Mei tak pernah diungkapkannya. Terlalu frontal rasanya jika mengungkapkannya. Diam lebih baik!. Meskipun menahan cinta yang tak terungkap rasanya sakit, terlebih lagi orang yang dicintai ada di depan mata.

"Ia merusak hidupku. Ia merampas kebahagiaanku," kepalan jari-jarinya memukul bantal.

Tiba-tiba Dello mengetuk pintu. "Del, kamu ngapain? yuk latihan tekwondo. Cepatan, aku tunggu di depan."

"Iya, El. Aku lagi siap-siap pakai sepatu." Teriak Della dari kamarnya.

"Cepatan. Sudah hampir terlambat kita."

Sepanjang perjalanan menuju tempat latihan tekwondo Della hanya diam.

Berdiam diri adalah cara terbaik bagi Della. Diam dan lebih mendekatkan diri pada Allah. Della mengutuk tentang penyakit same sex attraction yang dideritanya saat ini.

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

13 Comments

  1. Mb kifa.... komentarnya dong

    BalasHapus
  2. Penasaran mb bgmn Della mengatasi semuanya

    BalasHapus
  3. Tunggu di cerita selanjutnya ya mba wid 😀

    BalasHapus
  4. Allah sayang Della...

    Awas nek kelamaan episodenya, ngancam, hhaa

    BalasHapus
  5. Hahaha ikutin smpai titik penghabisan

    BalasHapus
  6. Dibawah covernya ada namaku... uyeeeyy.. hahaha

    Aku ikutan galau sperti Della..

    BalasHapus
  7. Dibawah covernya ada namaku... uyeeeyy.. hahaha

    Aku ikutan galau sperti Della..

    BalasHapus
  8. Memang pelangi menyimbolkan hubungan terlarang hehe

    BalasHapus
  9. Kata 'Berdiam' kayak ada yang kurang mba. kalau 'berdiam diri' rasanya baru pas.
    Penasaran nunggu lanjutannya

    BalasHapus
  10. Pelangi... engkau pelangi...

    BalasHapus
  11. Part 2 pov nya ganti yah? Kalo gak salah... ah luar biasa. Aku blm bisa membuat kisah seberat ini.

    BalasHapus