Teman Sejati # 3



"Kamu...beneran Thifa?" Setengah menjerit sembari ingin memegang tanganku. langsung ku tangkupkan tangan dan para penumpang yang duduk di belakang memperhatikan kami.

"Iya...do " jelasku

"Kamu...baru pulang dari Malaysia? Ucapnya masih seakan tak percaya.

"Hus....malu ah di lihat orang-orang"

Tak terasa perjalan kami sudah hampir Sei Rampah. Dido tak lama lagi akan turun dari bus yang kami tumpangi.

"Thif...BBM aku ya, ini pin aku AF00505D. Boleh kan aku main ke rumah mu sama Chacha" ungkapnya.

"Iya main aja..ntar aku bbm kamu kalau sudah ganti kartu. Beneran ajak Chacha" sebenarnya aku juga rindu berat sama Icha. Sahabat dari SMP hingga SMA.

"Bang pinggir..." teriak Dido kepada supir bus.

Akhirnya Dido turun dan sembari mengucapkan salam serta menjulurkan tangan untuk bersalaman. Waalaykumsalam sambil ku tangkupkan tangan di dada.

***
Adzan maghrib berkumandang. Akhirnya aku menginjakan kota Tebing Tinggi tercinta. kota kelahiran yang kata orang kota ini kota keramat karena di huni bosenin di tinggal ngangenin. Tak banyak perubahan. Hanya yang lebih terlihat semakin banyak pertokoan baru dibangun. Perkebunan rambutan PTPN IV baru saja ku lalui, kini sawit-sawit perkebunan itu sudah di tanami dengan pohon kelapa sawit yang baru.

"Terminal...terminal...terminal Tebing" teriak supir dengan logat bataknya.

"Turun dimana kau dek? Tanya supir padaku.

"Turun depan sana aku bang" jawabku. Sedikit berlogat batak, biar tak terbawa-bawa bahasa Malaysia ku.

Supir pun melajukan bus nya. Waktu maghrib jalanan terlihat Sedikit sesak. Tapi, supir bus sudah biasa dengan melenggok-lenggokan bus nya di jalanan.

"Bang pinggir" teriak ku

Supir langsung memberhentikan laju bus nya. Akhirnya aku turun sedikit terlewat.

"Bang ada barang di belakang" aku memberitahu kepada supir untuk menurunkan travel bag.

Segera abang supir bus menurunkan travel bag yang ada di bagasi belakang. Ku tarik travel bag menyebrangi jalan. Ku cepatkan langkah karena jamaah Maghrib sudah selesai sholat. Sedikit ku jinjing gamis yang Ku kenakan agar langkahku semakin leluasa.

"Tok...tok...assalamualaikum" Ku ketuk pintu rumah dan mengucapkan salam. Tapi, tak ada jawaban dari dalam, yang terdengar hanya suara tv.

"Mungkin ibu masih sholat, abah selalunya sholat di mesjid" gumamku dalam hati. Aku pun duduk di serambi depan.

"Iya...Waalaykumsalam" ibu membuka pintu dan terkejut melihatku sudah depan pintu rumah. Langsung saja kami berpelukan. Dengan repetannya, kenapa aku nggak ngabari kalau mau pulang sekarang, biar di jemput dan masih panjang lebar yang intinya bisa nyasar.

"Ya sudahlah, bu. Buktinya Thifa nggak nyasar kan" aku membela diri.

Tak berapa lama, abah pun pulang dari mesjid. Langsung ke meja makan untuk makan malam. Sedangkan aku masih di kamar untuk bersih-bersih dan sholat maghrib. Abah belum mengetahui kalau aku sudah di rumah. Selesai sholat maghrib aku keluar untuk menemui abah di meja makannya. Spontan itu abah kaget langsung memeluku dan mencium ku. Terasa oleh ku pipi abah basah karena air mata. Abah masih terlalu memanjakan ku. Aku masih anak-anak di mata abah meskipun sudah berumur seperempat abad. Begitulah orang tua, setiap anak di mata orang tua tetaplah anak-anak meskipun telah dewasa usianya.

"Sudah lama nggak makan bareng, ya?" celetuk abah. Sambil menikmati hidangan yang sedap air tangan ibu. Ada gulai kambing, sambal terasi, tempe goreng dan lalapan timun.

Suasana makan malam itu sangat nikmat. Di tambah lagi masakan ibu yang lezatnya tak tertandingi meskipun dengan masakan restoran bintang lima. Air tangan ibu tak ada dua nya. Cerita pun mengalir di meja makan. Hingga akhirnya harus di sudahi karena adzan isya telah berkumandang, abah cepat-cepat harus ke mesjid. Sementara aku, ibu sholat di rumah. Semenjak kedua kakak ku menikah dan pisah rumah dari kami, rumah ini hanya di huni abah dan ibu, sekarang ini aku sudah pulang merantau jadilah kami bertiga penghuninya. Tapi, saat ini lagi ada Azzahra anak kakak pertamaku yang untuk sementara tinggal di rumah kami selama umi dan abah nya berangkat umroh. Usia Zahra masih 3tahun. Wajahnya Imut, kulitnya putih, rambutnya Sedikit ikal seperti ibunya, matanya sipit seperti abahnya, dan hidungnya mancung.
***
Hari kedua di rumah, aku masih tidak kemana-mana. Masih mengurung diri di dalam rumah. Bahkan para tetangga juga tak ada yang tau kepulanganku. Pagi ini aku menyiapkan sarapan abah. Nasi uduk yang di buat ibu selepas subuh tadi sudah terhidang di meja. Kami sarapan bersama, Azzahra juga menyukai nasi uduk buatan ibu. Abah sudah pensiun dari dinas pertanian. Kini banyak menghabiskan waktu Di rumah dan menimang cucu.

"Thif...sebenarnya abah menyuruhmu pulang ada yang ingin abah bicarakan pada mu" abah membuka pembicaraan pagi Itu.

"Apa itu,bah?" Selidiku penuh penasaran di rongga dada.

"Begini....kamu sudah punya calon?" Tanya abah.

"Deg...be..belum, bah" aku terbata, rasanya darahku dari kepala ke kaki mengalir cepat. Jantung berdetak lebih cepat.

"Beneran belum ada calon?" abah meyakinkan ku.

"Iya...belum bah" jawabku

"Begini sebagai orang tua abah punya hak untuk mencarikan pasangan untuk anaknya. Ada temen pengajian abah, temannya itu lagi cari istri dan abah juga kenal dengan anak itu. keluarganya baik, anaknya juga baik, agamanya bagus, dan sekolahnya juga bagus. Kamu mau abah jodohkan dengannya?" Jelas abah panjang lebar.

Aku hanya terdiam mendengar penjelasan abah. Diam bukan mengiyakan atau menolak. Tapi, berfikir dalam. Berkecamuk berbagai pertanyaan, rasa takut juga ikut menghampiri, rasa senang juga menghibur prasaan Dan keragu-raguan juga tak mau ketinggalan juga menghampiri pikiran dan hati.

"Abah... nggak minta jawaban Athifa sekarang. Pikirkanlah dulu dan istikhoro. Abah juga istikhoro juga untuk keputusan ini" ungkap abah seakan mengerti kediamanku. Apa yang berkecamuk di benaku.

"Iya....bah" jawabku lirih.

"Ya sudah bantu ibu di dapur. Sepertinya ibu mu akan masak kesukaanmu. Ayam goreng kalasan" hibur abah. Sehingga membuat aku tersenyum.

***
Dua hari berlalu dari percakapan Pagi Itu. Akhirnya abah menanyakan bagaimana keputusanku. Ku utarakan semua rasa yang ada dalam benaku. Dan ku terima untuk taaruf yang abah tawarkan kemarin padaku.

Ke esokan harinya tepat 11 maret, lelaki yang sebelumnya sempat abah ceritakan padaku datang ke rumah bersama teman sepengajian abah. Hatiku mulai gusar, Ini sesuatu yang sangat membuatku tak bisa duduk tenang. Tak putus-putusnya aku beristighfar untuk menenangkan hatiku.

Suara mobil depan rumah membuat hatiku tak karuan. Benar saja tamu sudah datang.

"Assalamualaikum" ucapan salam dari luar.

"Walaikumsalam, silakan masuk ustad " sahut abah dan abang Ku dari dalam rumah.

Detak jantung ini seakan habis di kejar hantu. Semakin tak karuan, keringat dingin rasanya. Sekujur tubuh terasa beku. Sementara di ruang tamu, abah dan abang Ku masih beramah mesra dengan para tamu. Saling menayakan kabar. Begitu yang ku dengar dari percakapan mereka. Ku tetap beristighfar kepada Allah memohon ke tenangan hati.

Setelah itu abah memanggilku untuk menghidangkan teh kepada para tetamu. Aku pun membawa nampan berisi teh dan kue.

"Ini anak bapak paling bungsu yang baru pulang dari Malaysia" abah memperkenalkan Ku pada tamu nya. Lalu abah menyuruhku untuk duduk di sebelahnya. Aku masih tertunduk malu. Tak berani Sedikit pun untuk melihat tetamu yang ada di depanku. Ada wanita juga memakai gamis biru dongker duduk di samping ustad.

"Mungkin itu istri ustadz tersebut" gumamku dalam hati.

Aku duduk di sisi abah dengan perasaan tak tenang. Ibu duduk di sisi ku sebelah kiri. Ibu seakan mengerti kegusaran hatiku. Lalu ibu memegang jemariku yang dingin bagai es. Ku beranikan melirik pada tetamu. Ketika kulirik sosok pemuda Itu Hatiku berdesir.

"Deg..." detak jantungku bagai terhenti sejenak. Laki-laki itu sepertinya sudah tak asing bagiku. Ligat ku  memutar memori otak Ku..

Dia.....

Bersambung...





Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

4 Comments

  1. Penasaraaaann..semangat mba. Lanjutkan yaa!?

    BalasHapus
  2. Penasaraaaann..semangat mba. Lanjutkan yaa!?

    BalasHapus
  3. Diaaa... Dido!!
    Wkkwkwkwkkw..
    (y) keren de.... Lanjutkan yak,,semangat!!!

    BalasHapus