Bukan Perjalanan Biasa

Para kontributor buku seronok negerijaran dan babu backpacker serta penulis senior 
Nggak pernah menyangka bakal bisa ketemu seorang penulis senior yang awalnya hanya berintraksi di dunia maya. Pada akhir 2013 saat Persatuan Pelajar Indonesia UPSI  menggelar bedah buku yang menghadirkan nara sumber Arul Chairullah FLP Yaman, Pipiet Senja seniman senior literasi, dan Ulka Chandini Pendit. Ketika saya mendapat info akan ada bedah buku di UPSI langsung saya infokan ke teman-teman untuk menghadirinya. Dan teman-teman juga pada setuju. Dari situ saya mulai memberanikan diriuntuk inbox Pipiet Senja bahwa saya dan teman-teman akan hadir dalam acara bedah buku tersebut. Bunda Pipiet Senja begitu saya dan teman-teman akrab memanggilnya, sangat senang jika kami ikut serta menghadiri acara tersebut. Dari situlah saya mulai berkomunikasi ke bund Pipie, hingga akhirnya kami bertemu dalam acara.

Dari acara tersebut saya mulai menuliskan mimpi saya untuk bisa punya karya yang di bukukan, paling tidak ya buku antologi. Dan mulai saat itu bunda Pipiet selalu meneror saya untuk menuis, menoror saya untuk mengirimkan karya-karya ke VOIRRI (Voice Of Indonesia Radio Republik Indonesia). Tapi, saya tidak punya keberanian untuk mengiirimkan karya tulisan saya yang masih acak kadut. Banyak EYD  yang salah dan lain sebagainya. Tetapi sepanjang waktu dari akhir 2013 hingga 2014, saya ada beberapa kali mengikuti lomba nulis yang diadakan oleh beberapa grup di facebook. Walau nggak pernah menang (hahahah yang penting partisipasi coy). Hingga akhirnya akhir 2014 bunda Pipiet menawari saya untuk meembuat acara di Kuala Lumpur, Malaysia, dengan tema " bersedekah Dengan Pena". Sebenarnya bunda Pipiet di undang oleh mahasiswa dari kampus UUM. Karena sponsor telah menyanggupi untuk tiketnya  dari pada tiket hangus jadi bunda menyuruh kami buat acara dengan menyediakan tempat saja. Dan bunda mengajak ustad Abrar Rifai tim FLP juga. 

Dari situ saya dan teman-teman di teror lagi untuk dapat mebuat buku. Saat itu manager pemasaran dan direktur Ms Cargo juga menghadiri dan sebagai sponsor seminar yang kami buat dengan sederhana karena kami menyiapkan dengan waktu yang singkat. Hampir di penghujung acara direktur Ms Cargo siap menjadi sponsor jika kami ingin membuat buku. Peserta yang ikut seminar sangat bahagia mendengar berita tersebut, terlebih saya yang sangat menantikan kabar bagus itu. Rasanya impian yang saya tulis hampir setahun lalu akan menemukan titik terang. Akhirnya kita di tantang untuk dapat menuliskan cerita "Seronok Negeri Jiran" dalam waktu dua minggu. Cerita tentang pengalaman, suka dan duka berada dI bumi Malaysia. Akhirnya kita menyetujuinya untuk mengumpulkan tugas menulis sesuai deadline. Toh.ternyata banyak yang molor dari DL (rumangsane nulis iku penak??) abaikan yang di dalam kurungan. Akhirnya waktu DL di perpanjang. Memasuki tahun 2015 semua tulisan harus terkumpul dan akan segera di cetak. Tapi, sebelumnya harus melewati proses penyuntingan, karena kami yang ikut dalam proyek tersebut semuanya masih baru dalam dunia literasi. 

Akhirnya awal februari naskah yang terkumpul sudah selesai di edit dan proses cetak. Menunggu proses cetak bunda Pipiet mengabarkan bahwasanya buku karya teman-teman TKI akan di launching di beberapa tempat seperti rumah dunia (RD), milad FLP yang ke 18, taman Ismail Marzuki, Jakarta, dn insya Allah akan di launching di UNJ. Salah satu impian saya adalah bisa mengunjungi rumah dunia di Serang. Saya yang sebagai TKI tulen di sebuah pabrik elektronik, jika ingin ikut acara tersebut harus membuat planing jauh hari, permohonan saya untuk pulang emergency saat itu sudah di setujui tiba-tiba harus di cancel karena ada sesuatu urusan kerja. Akhirnya saya memilih ikut acara launching buku di Taman ismail Marzuki. 

Saya dan teman-teman kontributor di buku seronok negeri jiran dan babu backpacker janjian untuk menghadiri acara launching buku tersebut. Tidak semua para kontributor bisa menghadirinya, hanya saya dan 3 orang teman yang bermukim di Malayisia dan yang satu lagi kontributor yang lagi magang di Jakarta. 

Menjejakan Kaki Di Jakarta
Dari Kuala Lumpur pagi-pagi sekali saya dan teman saya Resti berangkat menuju KLIA2. Karena penerbangan kami sekitar jam 10.50 waktu Malaysia, dari pada di tinggal pesawat lebih baik kami menunggu sebentar. "Saya akan ke Jakarta" teriak hati kecilku. Ibu kota Indonesia yang banyak cerita hiruk pikuk warganya. Saya kan melihat kehidupan warga jakarta dari dekat. Saya akan bertemu teman-teman dunia maya dan para seniman senior. 
Perta janjian bersama ayah Dian Kelana yang akan menjemputku ternyata beliau tidak dapat menjemputku di bandara Soekarno-Hatta karena ada urusan kerja, akhrnya, ayah menyuru temannya untuk menjemput kami di bandra. Di pintu kedatangan luar negeri, om Yulef Dian teman ayah Dian yang menjemput kami sudah standby. Dan ayah Dian memang benar tidak menjemput kami. Saya juga maklum ayah Dian lagi banyak kerjaan dan saya juga tidak akan memaksanya. Saat langkah kami keluar dari ruang tunggu kedatangan luar negeri om Yulef melihhat arah belakang seperti mencurigakan (Hehe maaf om sudah di curigai) saya juga tak mau kalah pengen tahu apa yang di lihatnya. Saat saya melihat ke belakang ternya ayah Dian sudah berada di belakang saya, spontan itu juga setengah menjerit senang karena ayah Dian suudah menyempatkan waktunya untuk saya. 
Setelah itu kami menuju parkiran taksi untuk mencari taksi yang akan mengantarkan kami ke Taman Ismail Marzuki. Akhirnya kami menaiki taksi argo sehingga tidak ada tawar menawar harga taksi. 
Keadaan kota Jakarta saat itu cukup panas, dan jalanan Jakarta sangat macet di mana-mana itu sudah jadi hal yang biasa bagi warga Jakarta.

Taman Ismail Marzuki
Saya dan Resti di hantar oleh om Yulef sampai Taman Ismail Marzuki, sesampainya di tempat acara belum banyak yang hadir jadi kami bisa sedikit bernafas lega. Sambil menunggu yang lain datang saya coba melihat ruangan dewan bahasa TIM, Dewan yang sudah tua tetapi masih terlihat rapi dan terawat. Sesaat kemudia Uut sms bahwasannya ia sudah sampai di TIM. Uut adalah mantan TKI Hongkong yang aktif menulis di Kompasiana dan saya mengenalnya lewat dunia maya hingga akhirnya bertemu di dunia nyata dengan acara yang sangat bahagia dan bertemu dengan mba Anazkia mantan TKI Malaysia yang aktif nulis di blog. Rasanya senang banget bisa bertemu dengan orang-orang hebat yang banyak saya contoh usaha keras mereka. 

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

1 Response to "Bukan Perjalanan Biasa"