By Google |
"Hari ini bisa ketemu di tempat biasa ngga? " pesan dari Bayu
"Ngapain?" tanyaku. Karena tidak biasanya ia ngajak ketemuan secara mendadak
"Beberapa hari lagi aku akan pulang ke Indonesia. Ada yang ingin aku kasih ke kamu" balasnya pantas.
Kami sudah berteman tiga tahun. Sering nonton dan jalan bareng. Bahkan orang menganggap kami ada hubungan spesial dari sekedar teman. Sedih juga rasanya ketika Bayu akan kembali ke kampung halaman. Tak ada lagi yang tiap akhir bulan traktir nonton atau sekedar menikmati es cendol di taman Jepang area taman DR. Tak ada yang lagi nasi goreng yang pedasnya sampe bulu mata tegak, perut mules.
Akhirnya Aku menemuinya di TKK tempat kami biasa jumpa untuk sekedar makan mie pangsit lalu pergi ke mall terdekat untuk menonton bioskop. Maklum kadang kantong tipis, jadi makan di luar area mall yang harganya ramah lingkungan dan kantong kami.
Sesampainya Aku di TKK, Bayu sudah sampai duluan di warung pojok. Dengan kemeja kotak-kotak kecil bewarna biru dan lapisan kaos putih di dalamnya, rambut yang sedikit rapi. Gaya masih sama dengan tiga tahun dulu saat pertama kali kami kenalan di pasar sayur.
"Maaf lama. Taksinya lambat datang" jelasku. Bayu masih menyedot air sirup yang ada di depannya.
"Ngga apa. Biasa nunggu juga" ucapnya datar
"Gaya mu sok cool banget" gurauku. Karena ngga seperti biasanya yang selalu ceria walau pun hujan melanda.
"Biasa aja" jawabnya datar. Dalam hatiku pasti ia punya masalah makanya harus segera pulang. Aku meletakkan tas di kursi sebelahku. Memesan es mata kucing kepada pramusaji.
"Kanapa tiba-tiba mau pulang?"tanyaku ingin tahu.
"Bapakku menyuruhku pulang" jawabnya sambil memutar-mutar sedotan yang ada di dalam gelasnya.
"Pulang kemana? Rembang atau Medan?" Selidikku
"Medan. Sebenarnya Aku masih bingung. Pulang ke Rembang dulu atau langsung ke Medan" jawabnya dengan sedikit bingung
"Kalau kamu kangen ibumu dan Raya pulanglah dulu ke Rembang, setelah itu baru pulang ke Medan" usulku. Bayu hanya diam. Pikirannya menerawang jauh. Entah apa yang dipikirkannya.
Tidak terasa sudah dua jam lebih kami ngobrol. Aku harus bergegas pulang karena harus dinas malam.
"Katanya mau ngasih sesuatu" Aku mengingatkan Bayu akan pesan yang dikirim lewat whatsapp.
"Oh Iya. Aku mau ngasih wasiat sebelum pulang. Ini ada buku untuk kamu baca. Kamu harus membaca sampai halaman akhir. Di sana ada surat yang harus kamu baca setelah selesai membaca isi buku ini" ujarnya. Senyuman melekung di bibirnya. Aku segera meraih buku yang Bayu berikan. Aku penasaran dengan buku yang dibungkus plastik hitam dengan nama toko baju di depannya. Setelah itu Aku langsung pamit pulang.
"Jangan lupa surat kecil di belakang buku itu kamu baca" Bayu sedikit berteriak ketika Aku hendak melangkah kedalam taksi. Aku menunjukan jempol pertanda oke.
Sesampainya di dalam taksi Aku penasaran buku apa yang ia berikan padaku. Langsung aku buka pelastik yang membungkusnya. Ternyata buku tentang pernikahan. Aneh rasanya kalau ia memberikan buku pernikahan. Selama ini jika diajak diskusi tentang bab nikah ia selalu saja mengelak. Entah apa sebabnya Aku tidak begitu pasti. Bisa jadi karena trauma keluarganya. Ibu dan bapaknya sudah bercerai saat Raya adiknya masih usia beberapa bulan.
Tanpa membaca isi buku langsung saja aku membuka halaman akhir. Di sana ada kertas dalam amplop yang terlipat rapi. Segera Aku buka karena penasarankun sudah sampai ubun-ubun.
Malaysia, 6 juli 2013
Maaf Ndut. Aku terpaksa mewasiatkan ini kepadamu. Semoga ketika kamu membaca surat ini, kamu sudah selesai membaca isi buku Ini. Aku mau minta tolong. Tolong kembalikan buku ini ke perpustakaan negara karena Aku tidak sempat mengembalikannya. Buku ini sudah setahun Aku pinjam dan aku sertakan uang denda karena keterlambatan mengembalikannya. Dan sisa dari uang denda itu untuk kamu sebagai pengganti ongkos taksi karena sudah menemuiku untuk mengambil wasiat Ini. Maaf untuk bulan-bulan selanjutnya Aku tidak bisa memasak nasi goreng nano-nano untukmu, tidak bisa menemani dan traktir nonton film, tidak bisa menemani minum cendol di taman Jepang. Semoga kita bisa bertemu di Medan dengan keadaan yang lebih gila. 😊
Temanmu
Bayu S Butarbutar
Seketika tawaku pecah perlahan menjadi haru karena setelah ini Aku akan kehilangan teman. Meskipun bisa saja komunikasi lewat WA atau media sosial. Tapi, rasanya akan berbeda.
Wah, padahal saya berharap surat itu tentang cinta, penyesalan, dan permohonan maaf. Hahaha
BalasHapusSaya juga nyesal banget baca suratnya, Mas 😂😂
Hapus