Bekal Perjalanan



"Bah, belikan kakak alqur'an kecil yang ada terjemahannya dong" rengekku kepada Abah yang baru saja pulang dari mesjid. Abah duduk di kursi sambil menikmati teh manis dan sepiring ubi goreng buatan ibu.  Tv menyala mempertontonkan berita paling hot saat itu.

"Alqur'an yang gimana, kak? " tanya Abah sambil mengunyah ubi goreng di mulutnya.

"Alquran yang kecil itu loh, Bah. Yang ada terjemahannya. Yang seperti ini" aku sambil menunjukkan gambar alquran yang aku inginkan.

"Ya, minggu depan ya" jawab Abah

Sudah hampir hujung minggu. Aku mengingatkan abah akan janjinya ingin membelikan Alqur'an terjemahan. Sampai dua minggu berlalu Alqur'an tak kunjung dibelikan. Abah mengingkari janjinya. Batinku berontak karena Abah taj tepat janji. Seminggu setelah itu pas sehari sebelum hari ulang tahunku ada bungkusan bertengger di tempat tidurku. Bingkisan dengan bungkus koran. Lantas aku membukanya dengan penuh hati-hati. Ternyata alquran yang pernah aku minta kepada Abah. Alqur'an dengan sampul biru. Warna kesukaanku. Lantas aku buka zip alquaran untuk melihat isinya.

Kertas kecil terjatuh dari dalam Alqur'an. Tulisan yang sudah tidak asing lagi. Aku tau pasti itu adalah tulisan Abah. Aku baca pesan yang ada di kertas kecil tersebut, cukup singkat hanya dua kata "Bekal Perjalanan." Seketika air mataku menetes. Haru dan bahagia jadi satu. Pesa singkat tapi maknanya begitu dalam. Alqur'an biru itu setiap hari aku bawa kemapun pergi. Terlebih lagi ketika halaqoh. Hingga tamat sekolah, mencoba peruntungan di beberapa universitas negeri. Tapi, Allah belum mengizinkan untuk aku masuk di kampus dan jurusan yang aku inginkan.

Abah memberi kebebasan untuk aku memilih kuliah di universitas swasta. Akhirnya salah satu universitas swasta di kota Medan yang terkenal dengan jurusan psikolognya. Abah menyetujui pilihanku. Semua syarat dan segala tes sudah aku ikuti dan dinyatakan diterima. Tapi, sebuah alasan kuat untuk aku tidak kuliah dahulu di tahun itu. Akhirnya tanpa pamit ibu dan abah, aku mendaftar di perusahaan penyalur tenaga kerja ke Malaysia (pjtki). Segala tes dan wawancara aku ikuti. Semuanya dinyatakan lulus. Medical cek up dan passport juga sudah diurus. Seminggu setelah lebaran kabar datang dari pjtki tempat aku mendaftar. Visa kerjaku sudah siap dan dua hari kedepan akan diberangkatkan.

Mau tidak mau, suka tidak suka aku harus jujur berpamitan kepada Abah dan ibu. Benar saja perkiraanku mereka terkejut. Abah menentang untuk aku pergi. Tapi, aku harus pergi juga. Hingga Akhirnya kami perang dingin. Bahkan ketika aku hendak masuk asrama tidak ada siapapun yang mengantar. Kecuali ibu mengantar sampai depan rumah hingga aku naik bus. Abah tetap diam, jangankan bekal yang dibawakan, bahkan sekedar pesan "hati-hati dirantau orang" tidak keluar dari mulutnya. Tapi, Abah jauh sebelum aku merantau sudah memberi bekal Alqur'an siap dengan pesan mendalam "bekal Perjalanan." Ya, memang benar apapun keadaan saat di rantauan bekal perjalanan yang paling berharga, obat dari segala kesedihan, kesusahan dan kesenangan ada dalam Alqur'an.

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »