Meraih Tiket Surga Dari Dapur!


By Google 

Catatan ini terinspirasi dari beberapa grup parenting (ciee persiapan). Boleh kan? Walau belum menikah tapi ikutan grup parenting. Sebagai modal ilmu untuk menuju kesana. Jadi, saya mengikuti beberapa grup parenting. Dalam salah satu grup tersebut membahas seputar dapur yang pastinya ngga jauh-jauh dari makanan dan masakan.

Dari berbagai chattingan yang aktif luar biasa membahas masak memasak, ada yang pro dan kontra. Dengan alasan yang dirasa paling benar menurut mereka. Sementara saya hanya pendengar aktif. Menurut saya seorang wanita terutamanya yang bergelar istri, rumah adalah ladang pahalanya. Salah satunya adalah  dapur tempat berekspresi seorang istri untuk mengolah resep handalannya yang akan disajikan kepada keluarga terutama suami dan anak-anaknya. 

sebenarnya soal masak memasak tidak perlu dipermasalahkan. Karena kita sama-sama tahu bahwa apa yang kita sajikan membuat orang lain senang. Maka tanpa komando kita juga merasa senang. Apatah lagi istri yang menyediakan masakan penuh cinta kepada suami serta anak-anaknya dan suami begitu menikmatinya dengan ikhlas dan senang maka tiket surga akan diraih.

Eh, ada yang nyeletuk "Itu suami cari istri apa pembantu?." Seketika kening saya mengkerut. Etdah... bukan kah sudah fitrah seorang wanita melayani suami dan anak-anaknya dari bangun tidur sampai mau tidur lagi sekalipun ia seorang wanita karir. Memastikan segalanya terpenuhi dengan baik termasuk gizi dari makanan yang mereka makan. 

Saya pernah membaca sebuah artikel dari seorang ulama yang isinya "dentingan gelas, piring atau sendok saat istri  mamasak untuk suami dan keluarganya maka akan berbuah surga." 

Itu baru suara dentingan saat memasak. Apalagi peluh yang menetes ke kompor pastilah menuai pahala yang besar. Sungguh dekat surganya para istri. Tinggal mau atau tidak saja untuk meraih tiketnya. 

Bagi ibu yang masakannya dirindui oleh anak serta suaminya sangatlah beruntung. Karena masakan adalah candu untuk keluarga pulang ke rumah, Sebagai obat rindu ketika anak sudah pergi jauh merantau, mencicipi berbagai hidangan. Tapi, tetap saja mulut berkata masakan ibu yang paling enak.  

Indra pengecap manusia begitu peka. Jangan sampai suami candu dengan masakan warung tetangga. Ketika sesekali masak naluri sedekah suami begitu tajam. Baru satu sendokan sudah ingin menyedahkan menu kepada yang lebih butuhkan atau berakhir ke tong sampah dan bergegas mengajak makan di warteg atau rumah makan padang karena sudah candu dengan rasa warung tetangga.

"Jadi, jangan disia-siakan kesempatan untuk mengumpulkan tiket surga dari dapur rumah kita. "


Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

5 Comments

  1. Paling Seneng memang klo masak an kita disukai keluarga, jadi semangat

    BalasHapus
  2. Saya pernah mau buat artikel "Sumur, Kasur, Dapur Siapa yang Urus?"

    Tapi, masih betah didraft....hehehe

    BalasHapus
  3. Mau ahh... Dapetin tiket ke surga. Meski masakan tidak seenak chef, yang penting ikhlas menyajikannya :)

    BalasHapus
  4. Bener banget masakan rumah emang paling mantap, bisa nambah sepuasnya:D , jadi pengen belajar masak.

    BalasHapus