Bukit Bintang: Berburu Makanan Di Jalan Alor

Ini sambungan cerita yang sebelumnya. Setelah bertemu Mba Cmut dan kawan-kawan yang kreatif. Kenapa mereka aku bilang kreatif? Karena profesi mereka memang layak dilebeli kreatif. Mereka adalah penulis, editor dan tukang desain. Aku pun ikut agenda mereka selanjutnya yaitu berburu kuliner. Rasanya ngga afdol jika melancong ke suatu tempat tapi tidak kulineran. Kami pun berjalan menuju halte bus pasar seni. Kami menaiki bus Go Go KL yang berwana ungu rada-rada pink pudar. Bus Go Go KL ini disediakan oleh kerajaan Malaysia secara gratis khus pelancong tapi banyak juga masyarakat sekita dan pekerja-pekerja juga ikut menikmatinya. Bus Go Go KL ini punya rute-rute tersendiri. Khusus tempat yang banyak dikunjungi para wisatawan. Tujuan utama makan malam mereka di jalan Alor Area Bukit Bintang. Aku pun ikut saja kemana mereka berjalan. Sekitar 20 menit akhirnya sampai juga di Bukit Bintang. Dari area pavilion kami jalan lagi menuju jalan Alor. Jalan Alor ini cukup terkenal tapi aku sendiri belum pernah menjejakan kaki ke sana. Ternyata lokasinya cukup mudah dicari karena tidak jauh dari stasiun Mono rel. 

Sampau di jalan Alor suasananya seperti pasar malam (pekanan). Hanya saja sepanjang jalan menjual makanan. Sangat ramai sekali suasananya. Tapi, aku sedikit heran karena yang terlihat semua restoran China, penjual minuman, young tau Fu. Es Kelapa, satai dan lainnya semuanyan China. Tapi, perasaanku masih ragu. Dari pertama masuk jalan Alor hingga ke jalan Alor paling ujung sudah agak aneh karena melihat kedai-kedai dan penjualnya semua China. Sampai ada seorang diantara kami ingin membeli air lengkeng (air mata kucing) aku larang. Karena di sebalik air lengkeng banyak air-air minuman keras dan lain sebagainya. Hingga akhirnya kami berjalan sampai ujung jalan tempat makanan yang mereka cari yaitu Ayam Ah wa. Karena ragu untuk memasukinya akhirnya aku putuskan untuk bertanya penjual yang ada di sekitar situ. Jawabannya sudah dapat dijangkakan "semua resto atau kedai makan China yang ada di situ pasti memasak Babi." Langsung saja kami putar haluan. Hingga akhirnya Aunti yang kami tanya menyarankan makan di arab Street sudah pasti halal. 

Kami putuskan balik ke depan. Perut teman-teman juga sudah terasa lapar. Pilihan paling aman dan terdekat adalah kedai makan Melayu yang berhampiran dengan jalan Alor. Akhirnya kami pun makan di sana dengan menu biasa saja nasi goreng, Mie goreng, nasi lemak dan lainnya. Dari pada nggak makan dan hari sudah malam lebih baik makan yang ada  daripada pulang ke hotel perut keroncongan. 
Di manapun kita berada, soal makanan dan lainnya jangan sampai memilih makanan yang non halal sekalipun terlihat menggiurkan. Terapkan gaya hidup "halal is may way." Jika ragu-ragu mending ditinggalkan.  

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

7 Comments

  1. Kak wie, mb cmut itu desain board game bkn sih?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener Dek Cili. Mba Cmut dkk yang buat desain board game. Dia juga anggota komunita anak bawang solo.

      Hapus
  2. Betul mba, halal selalu, di mana pun dan kapan pun.

    BalasHapus