Penting Ngga Penting Sampul Buku Di Dunia Perbukuan

Rahasiaku : Buku antologi ke-12 


Tulisan ini lahir dari pemilihan sampul buku communitas one day one post. Karena untuk memilih desain sampul buku yang akan lahir butuh voting yang lumayan panjang untuk menghasilkan kata sepakat.  

Sebenarnya penting atau ngga penting sih sampul atau cover atau kulit buku dalam dunia perbukuan?. Pertanyaan itu lah akhirnya singgah di pikiran saya.  

Di Indonesia sendiri sering menyebut sampul buku dengan sebutan cover book nama ini adalah nama yang langsung dari bahasa inggris. Tapi, sebagian penerbit ada yang menyebutnya dengan sampul atau pun kulit terluar buku.  Bagi saya pribadi sampul buku atau kulit buku merupakan sesuatu hal yang sangat penting sekali. Karena sampul atau kulit terluar buku seperti baju atau pakaian atau pun pembungkus.  

Dalam dunia penerbitan buku pasti selalu memiliki desainer atau perancang sampul yang handal dalam bidangnya. Karena sampul atau cover buku adalah perpaduan antara seni kata dan seni rupa. Sampul buku merupakan representasi estetik dari isi buku. Sehingga sampul buku yang gemilang bukan sekedar menggambarkan buku yang bermutu melainkan seni rupa yang luarbiasa. Sehingga desainer buku tidak boleh dipandang biasa saja. Karena selain isi buku, sampul buku juga merupakan bagian yang sangat penting dari dunia perbukuan.  

Dalam merancang sampul buku butuh tingkat imajinasi yang tinggi. Tidak asal-asalan, bahkan seringkali perancang sampul buku butu harus punya waktu khusus untuk menejemahkan tulisan ke dalam sebuah gambar. Karena selembar gambar mewakili isi buku bagian dari pekerjaan yang misterius dan serius. 

Makanya sekarang ini banyak sekali penulis buku yang selalu meminta bantuan kepada follower atau pembaca karyanya untuk memilihkan sampul buku karya terbarunya. Dari sana kita bisa lihat, selain isi buku ternyata sampul juga punya nilai jual. Karena pembaca bermata awas tidak sekedar menilain isi buku, tapi menilai keseluruhannya dari sampul terluar hingga penutup buku. Dengan begitu pembaca dapat mempercayai dalam dunia perbukuan tidak hanya tangan ajaib yang menghasilkan tulisan yang baik, melain ada tangan ajaib yang menerjemahkan tulisan dalam bentuk seni rupa. Dengan mengotak atik, menempel dan mengedit kata dalam selembar kertas seperti halnya permainan puzzel. 

Seperti saat saya membeli buku Reem karya Sinta Yudisia, selain cerita di dalamnya saya suka dengan desain sampulnya yang menggambarkan kota putih Fez.  Bahkan jika kita lihat 4 sampul buku Djenar Maesa Ayu yang dicetak ulang jika ke 4 buku tersebut disatukan maka gambar yang terbentuk adalah tubuhnya secara utuh. Dan itu bagian representasi dari buku beliau.  

Tapi, bisa jadi sampul buku menjadi tidak penting. Kenapa?  Karena sampul dan isi bertolak belakang, terkesan ngambang tidak mewakili isi tulisan dalam buku.  Ini bagian dari kegagalan seorang perancang sampul. Meski pun pada pangsa pasar atau di pasaran ada yang tidak mempermasalahkan hal itu. Tapi, pada dunia perbukuan atau percetakan merupakan sesuatu yang tidak bisa dianggap remeh.  

Tapi sayangnya dalam dunia perbukuan masih ada perancang sampul buku yang asal-asalan. Perancang buku yang tidak mampu membaca isi tulisan untuk diterjemahkan dalam sebuah seni rupa. Ada pula asal cepat selesai, cepat bayaran dan tidak terima kritikan. Hal semacam ini salah satu faktor dunia perbukuan Indonesia mundur ke belakang.  

Bagikan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

4 Comments

  1. Memang tidak mudah menerjemahkan isi buku dan permintaan penulis tentang sampul buku ya mbak Dew ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba. Makanya seorang perancang sampul ibarat perancang busana. Ngga asal2an

      Hapus
  2. Sampul buku ibarat bajunya buku, mosok arep asal yoo

    BalasHapus